Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.
Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.
Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.
Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^
Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Muridku (Part 2)
Andrian mengakhiri ceritanya, tepuk
tangan kali ini terasa lebih tidak bertenaga. Berbeda dari awal tadi. Mungkin
para fans Andrian yang tadi semangat sedang dirundung duka.
“ Bu Aya kemarin kencan makan
es cream jugakan? Sepertinya yang diceritakaan Andrian mirip dengan lokasi yang
diposting suami bu Aya. Apa kalian double date.”
Aku mendelik mendengar celetukan
panjang Hanan. Target yang akan aku intrograsi tentang PR dijam makan siang
nanti. Ia cekikikan di belakang setelah nyeletuk. Yang lain juga ramai.
“ Wahh, Hanan follower suami ibu
ya.” Aku menjawab asal saja. Mengusir canggung.
Jawaban murid-muridku diluar dugaan. Apa ini, kenapa yang menjawab banyak sekali. Hampir semua muridku
adalah follower Ren. Apa coba, memang suamiku selebgram apa.
“ Tenang ya, sekarang kita sedang tidak membahas ibu ya. Kita kembali kepada Andrian.” Aku menoleh kembali pada muridku yang masih berdiri. “ Silahkan kembali ke kursimu, kita akan mendengar
pendapat dari teman-temanmu.”
Andrian kembali ke tempat duduknya.
Kenapa anak ini harus duduk tepat di depanku si. Aku benar-benar tidak suka
tatapannya.
“ Baiklah, siapa yang akan
memberikan tanggapan dan kesimpulan. Informasi apa yang kalian dapatkan dari
cerita yang dibagikan Andrian tadi. Tunjukan jari kalian, perkenalkan diri dan
tertib.”
Berebut dari kubu fans Andrian.
“ Mutiara pertiwi. Jadi Andrian sudah
punya pacar ya, siapa pacarnya dan kapan kalian pacaran?”
Hei-hei ini bukan tanya jawab. Atau
deklarasi patah hati. Siswa selanjutnya. Tolong fokus pada informasi yang
disampaikan Andrian dalam ceritanya.
“ Saya Puput. Saya suka es cream
yang Andrian makan, kapan-kapan saya ingin mencobanya.”
Nah ini sepertinya masih agak nyambung.
“ Saya Angga Gunawan. Sepertinya nanti aku akan mengajak pacarku kencan disana juga.”
Huuuuuuuuu! Kompak sekali kalau
urusan teriak huuuu. Para jomblo pasti yang paling keras itu suaranya. Aku
bangun dari kursiku, berdiri di depan ruangaan. Mau menyimpulkan semua pendapat
anak-anak yang banyak sekali. Tapi pada intinya mereka penasaran sekali ya
sama pacarnya Andrian. Sejujurnya aku juga penasaran.
Kuketuk papan tulis dengan spidol meminta semua tenang dan fokus padaku.
“ Kalau menurut ibu, kencankan tidak harus dengan pacar ya.” Aku memandang sang pencerita, apa-apaan itu. Dia tersenyum sinis seperti mengatakan, bagaimana kau bisa tahu. “ Sebelum menikah
ibu juga sering kencan dengan kakak, atau adik-adik ibu. Tergantung lagi ingin
ditraktir atau ingin keluar uang.”
Anak-anak tergelak tahu maksudku.
“ Jadi kalian bisa kencan dengan
ibu kalian, ayah kalian, atau adik atau kakak kalian, gak harus sama pacar ya.
Yang jomblo jugakan wajib bahagia, setuju?”
Ramai lagi, teriak-teriak setuju.
“ Kita kembali kecerita Andrian ya.”
Tenang kembali di dalam kelas.
“ Sekarang kita mulai pahamkan bahwa informasi yang sama akan disimpulkan berbeda-beda oleh setiap orang, kenapa?” Aku memandang murid-muridku.
“ Karena setiap orang itu berbeda, setiap orang itu spesial, setiap orang itu punya minat dan passion yang
berbeda-beda. Dari informasi yang disampaikan Andrian saja bisa kita lihat ya.
Ibu ambil contoh dari jawaban-jawab kalian yang bermacam-macam barusan ya. “
Mereka masih mendengarkan dengan tenang.
“ Atau begini misalnya, setelah mendengar info dari Andrian, Hanan yang seorang vlogger akan langsung punya ide content vidio, sepertinya asik ngevlog sambil makan es cream aneka rasa ni.
Sekalian mungkin bisa dapat uang buat di endorsekan”
Ramai mengiyakan.
“ Atau Buat Vivian yang penulis
********, ide kencan makan es cream rasanya bisa jadi ide brilian untuk
mempertemukan tokoh utama laki-laki dan perempuan.” Aku tersenyum pada muridku
Vivian, webnovelnya bagus-bagus lho. Dia tersenyum malu membalasku.
“ Atau buat fans-fans Andrian, bisa
coba buat es cream mungkin untuk dibagi ke Andrian.” Wahhh ribut. Aku melihat
Andrian mendelik kearahku. Seperti pandangan Ren kalau sedang sebal padaku. “ Haha yang terakhir bercanda ya.”
Tapi sepertinya para fans Andrian
menganggap ide itu ide brilian dan luar biasa. Mereka berbinar menatapku, ingin
mengucapkan sejuta terimakasih atas ideku.
“ Seperti halnya sekolah ini,
kalian mendapatkan pelajaran dan ilmu yang sama. Tapi ibu yakin kalian punya
penafsiran yang berbeda-beda tentang ilmu yang diberikan di sekolah. Kalian
punya minat dan bakat yang tidak sama. Jadi, ibu sarankan ya, kenali potensi
yang ada dalam diri kalian, minat kalian apa, bakat kalian apa. Jika sampai
hari ini kalian belum tahu mau melakukan apa dan bakat kalian apa, maka
mulailah mencoba banyak hal.”
“ Bu Aya saya sudah tahu bakat saya apa.”
Celetukan lagi. Aku mengacungkan jempol.
“ Bu Aya saya bingung.”
“ Kalau sampai hari ini kalian
belum tahu, maka cobalah hal-hal baru. Temukan passion kalian kemana ya. Mencoba
hal baru yang positif itu cara yang bagus untuk menemukan minat kalian apa.”
Ramai lagi.
“ Baiklah anak-anak kita sudahi kelas senin dengan cerita akhir pekannya. Sekarang kita mulai pelajarannya.
Buka buku teks kalian.”
Yaaaaaaaaaaaaaaaaaa! Kompak sekali
kalian kalau untuk urusan beginian.
Aku masih bisa mendengar mereka
ribut tentang siapa teman kencan Andrian bahkan sampai kelas berakhir. Aku
melihat Andrian, sebenarnya apa alasan anak itu dengan membuat cerita
memancing. Padahal dia juga pasti tahu, kalau ceritanya akan membuat heboh
seluruh kelas. Bahkan mungkin sebentar lagi ceritanya akan menjadi kisah paling
banyak dibicarakan di seluruh sekolah. Ah, anak itu memang susah ditebak
maunya apa.
Kuakhiri kelas Bahasa Indonesia
hari ini. Kupanggil Hanan mendekat ke kursiku, “ Ikut ibu, ada yang mau ibu
bicarakan denganmu.”
“ Asikk.”
Aku mendengarnya bergumam tapi
tidak seberapa jelas. Apa yang anak ini katakan barusan. Kenapa dia terlihat
senang begitu, jelas-jelas aku menyuruhnya menghadapku. Dia mengikuti langkah
kakiku menuju ruang guru.
“ Hanan berjalan di samping ibu
kenapa”. Aku berhenti menunggunya agar berjalan mensejajariku. Rasanya tidak
nyaman saja, ada orang yang jelas-jelas memperhatikanmu berjalan dari belakang.
“ Gak papa bu Aya, saya disini
aja.”
Baiklah, terserah kamu. Hanan
mengikuti langkah kakiku ke ruang guru
- - -
“ Duduklah.” Aku mempersilahkannya
duduk di kursi yang kuambil dari meja tidak jauh dari mejaku. Dia melirik
mejaku, sepertinya sudah melihat buku tulis yang sengaja kutaruh disana.
“ Bu saya boleh ngevlog disini gak?”
“ Tidak.” Kujawab cepat. Mau apa
kamu, ngevlog. Jelas-jelas kamu sedang diintrograsi
“ Please ya bu, boleh ya. Nanti wajah ibu disamarkan.” Merengek.
“ Tidak.” Tegas kujawab.
Hanan menyerah, tahu aku tidak akan
luluh dengan kata-katanya.
“ Kamu tahukan kenapa ibu panggil kesini.”
“ Tidak.” Idih jawaban Hanan sok
polos, seperti kalau aku sedang berdosa membalas pembicaraan Ren. Berusaha
tampak imut dan mengemaskan.
“ Ini buku Prmu”. Aku menggangkat buku tulis yang tergeletak di meja kerjaku.
“ Gak tau bu, kan banyak buku tulis begini.”
“ Ia ini buku kamu. Ibu tidak sedang bertanya ya, tapi ibu memberi informasi kalau ini buku kamu.”
Kutunjukan lembar pertama buku yang bertuliskan nama dan kelasnya.
“ Haha, bu Aya imut banget si. Ia,
ia aku tahu maksudnya. Itu memang bukuku.”
Anak ini, boleh dicubit gak si.
“ Kenapa?” Aku bertannya lagi
sambil menyerahkan buku PR ke tangannya. Biar dia mulai instropeksi kesalahanya apa.
“ Kenapa apa bu?” Sok polos lagi malahan.
Aku benar-benar ingin mencubit
pipinya. Hanan masih terlihat santai saat aku menatapnya dengan tatapan sedikit
tajam. Dia membuka bukunya dan membolak balik lembaran di dalamnya.
“ Kenapa kamu tidak mengerjakan PR
mata pelajaran Pak Bahar sampai 3 kali.”
Tunggu, kenapa anak ini terlonjak
senang dengan kalimatku barusan. Apa yang sedang direncanakannya. Apa dia
sedang main prank disini. Kulihat kantong baju dan celananya, dia tidak mungkin
sedang merekamkan. Sepertinya tidak ada hp. Aku menoleh dan berkeliling
ruangan, melihat jendela. Tidak ada siapa-siapa. Kupikir aku akan melihat siswa
lain sedang memegang kamera atau apa. Jadi kenapa anak ini sesenang ini.
BERSAMBUNG............
membaggongkan