Suamiku Posesif
Selamat pagi dunia. Namaku Ayana. Sambil kubuka lebar jendela, di luar masih temaran, aku sudah hampir menyelesaikan masakanku. Tinggal menyusunnya dalam kotak bekal makan siang. Untuk sarapan sudah siap juga, aku membuat nasi goreng. Haha, jujur ya, seminggu bisa lebih dari beberapa kali menu ini jadi menu sarapan langganan. Bukan karena favorit, namun resep sederhana dan kepraktisannyalah yang menjadi alasan.
“Kakak! Di mana hp?”
Suara nyaring dari kamar. Dia bukan adikku ya. Aku langsung menghampiri kaca yang menempel di dinding. Melepaskan ikatan rambut dan memeriksa wajahku. Dia suamiku, Renan Alaska. Aku mengeryit sendiri pada bayanganku di cermin. Kusisir rambutku demi memastikan aku tidak melanggar peraturan.
“Kakak!” kembali terdengar jauh lebih keras dari sebelumnya. Oh ya, aku belum menjawab pertanyaannya tadi.
“Di laci biasanya. Dompet juga di situ, coba tarik lacinya lebih keluar.”
Tak ada sahutan, masalah selesai pikirku. Sambil menunggunya keluar, sudah kumasukan semua bekal makan siang yang tadi kusiapkan. Beres. Kuletakan di pinggir meja, berjajar. Aku berdiri di dekat meja menunggunya.
“Bukan hpku, tapi hp kakak.”
Glek! Aku menelan ludah. Merasa ada yang salah. Ekor mataku menatap benda mungil di dekat kompor. Sial. Pantas perasaan ada yang mengganjal setelah membereskan kotak bekal tadi. Ternyata benda itu. Ren mendekat ke arahku. Wajahnya tidak terlihat senang.
“Aku memakainya untuk mencari resep daging masak paprika tadi.” Aku mencium pipinya. Melunakan hatinya.
“Berikan hpmu!”
Aku tidak punya dalil menolaknya, kuserahkan benda pembawa masalah itu.
“Aku membuka pesan sambil memasak tadi.” Mengaku, karena kalau dia menemukan fakta ini sendiri, dia akan semakin kesal, jauh lebih aman kalau aku mengaku. “Sungguh, aku hanya sebentar tadi melihat pesannya.”
Kulingkarkan tanganku memeluk pinggangnya. Walaupun mudah marah, menaklukan hatinya juga tidak susah. Dia sudah tersenyum padaku. Tuhkan, aku menyeringai dalam hati.
“ Kakak benar-benar tidak patuh ya. Istri yang tidak patuh kepada suami, harus dihukum kan?” Nadanya memang bertanya. Tapi senyum jahat di wajahnya mengatakan habis kau. Membuatku merinding sekaligus kesal.
Aku melepaskan pelukan tanganku, karena tidak berhasil memperdayainya. Sudah berbalik hendak duduk menyantap sarapan. Namun belum menarik kursi, aku sudah terhimpit antara meja dan tubuhnya. Ren mendorongku sampai menyentuh meja. Anak ini. Dia sudah menggenggam rambutku, seperti saat aku mau mengikat rambut. Tubuhku semakin terdorong menempel di meja. Aku merinding karena bibirnya sudah menempel di leherku.
“ Ini hukuman untuk hp tanpa izin dariku.”
Dia sudah mencap stempel bibirnya di leherku. Aku menjerit.
“ Ini hukuman membaca pesan.”
“ Aduh!” Dia menggigit telingaku. Tidak tahu semerah apa leher dan telingaku.
“Berjanjilah tidak akan mengulangi.”
Suaranya datar. Masih memelukku dengan kuat. Dagunya menempel tepat di bahuku.
“ Baik suamiku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang lepaskan aku.” Kugoyangkan sekuat tenaga tubuhku, agar ia melepaskan pelukannya. “ Makan sarapanmu, kita terlambat nanti.”
“ Tidak mau.”
Dasar bocah ini. Aku memutar tubuhku yang masih dalam pelukannya. Kecupan lima kali di bibirnya membuatnya patuh. Ia melepaskanku. Lalu berjalan diam seperti anak kucing manis ke meja makan, menghabiskan sarapannya.
Peraturan baru:
Hp harus disimpan di dalam laci setelah aku pulang kantor. Untuk akhir pekan toleransi diberikan sesuai izin dariku.
Apa-apaan dia ini. Aku menolak dengan tegas. No hp no live. Begitu kan semboyannya.
“ Bagaimana kalau ada telfon penting”
“ Siapa yang akan menelfon kakak malam-malam?” balik bertanya dengan nada curiga dan kesal. Aku memilih tidak menjawab daripada berbuntut panjang.
“Bagaimana kalau urusan kantormu?” kataku menemukan alasan lain.
“ Aku sudah bilang di grub kantor kalau aku tidak bisa dihubungi setelah jam kantor. Hp non aktif setelah sampai rumah.”
“ Apa!”
Bocah ini, masuk akal gak, hal seperti ini dibuat pengumuman di grub kantor.
“ Apa?” senyumnya sudah licik. Aku memutar otak mencari celah mendebatnya lagi.
“ Tapi Ren, kenapa sampai harus menyimpan hp?” baiklah, aku harus melunak. Jangan memancingnya. Karena peraturan yang sudah kami sepakati sangat mustahil dirubah lagi. Jadi aku harus membuat aturan baru ini jangan sampai diketok palu.
“Karena aku ingin bersama kakak tanpa diganggu siapa pun.”
Gila ya, alasan apa itu. Kau katakan dengan wajah sepolos itu.
“ Ini kan cuma hp Ren. Di sekolah saat bekerja aku juga gak bisa main hp. Masak di rumah juga gak boleh.” Merajuk manja. Namun ntah kenapa aku merasa jijik dengan gaya bicaraku. (Gw juga pengen nampol pas ngebayangin. Hahaha. *author)
Ren tergelak. Suara tawanya memenuhi kamar. Dia tau kalau aku sudah mengandalkan senjata mautku.
“ Kakak manisnya, bagaimana ini, aku sudah tidak kuat lagi. Jantungku mau meledak rasanya” Muah, muah. Dia menghujani wajahku dengan ciuman. Sampai aku tak bisa bergerak. “ Aku akan bermain bersama kakak selama di rumah.”
Rasa bahagia saat mengatakan itu muncul di wajahnya, membuatku takut.
“ Aku kan tidak melarang kakak main hp. Peraturan dimulai saat aku sudah pulang dari kantor, sebelum itu kakak bisa main hp sepuasnya.”
“ Baik, tapi peraturan batal kalau kau yang melanggar duluan ya” liat apa kau bisa. Haha, aku pasti bisa menang darimu.
“ Baik kakak.” Senyumnya mengatakan, berjuanglah, kau tidak akan mengalahkanku.
Dan bocah ini, sama sekali tidak pernah melanggar peraturan.
Bersambung
" Kakak dukung kami ya ^_^ @Ren"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Rub¥❤❤
balik baca yg ke 3x nya 😁
2024-08-19
0
anisa
gara2 peraturan baru, pas logout Ntun dan harus log in baru lagi jadi hilang deh novel Ren di rak buku padahal dl udah tamat baca ny, ini baca lg krn kangen sama keBucinan ren ke kak aya 😁
2024-07-27
0
anisa
aq kangen Kak Aya dan ayank Ren, jadi ny baca lagi dehhh mulai dari awal 😁😁
2024-07-27
0