🌺 Season 1 & 2 🌺
🙏Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, vote, hadiah. Sebagai dukungan untuk karya ini ya. Selalu di tunggu.🙏
Datang ke kota dengan niat ingin merubah nasib keluarga, Karina malah di jebak dan di jual pada seorang pria asing.
Namun siapa sangka, Ia terjerat dalam hubungan rumit dan menjadikan dirinya seorang pelakor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S1-21
Setelah dirasa sudah membaik, Ken,Karin dan Anton check out dari hotel dan melanjutkan perjalanan beberapa jam lagi sebelum sampai ke villa.
Selama diperjalanan karin menghabiskan salad buah porsi jumbo yang di pinta Karin sebelum berangkat.
"Karin, apa kamu gak sakit perut makan salad buah porsi jumbo habis sendiri." tanya Anton yang keheranan saat memperhatikan karin dari spion depan.
"Entahlah, baru kali ini rasanya Karin makan ini sampai habis." Karin sendiri Marasa heran dengan dirinya.
"Masih kurang kah, kalau kurang biar Anton mencarikan lagi." saut Ken.
"Enggak sudah cukup, tapi Karin masih pengen minum jus mangga sama jus melon."
"Anton Carikan pesanan Karin dulu." perintah Ken.
"Baiklah, baru kali ini aku lihat cewek makannya porsi jumbo tapi badannya masih seksi." ucap Anton.
"memuji atau menghina, pedas amat sindirannya" saut Karin sewot
"Aku gak nyindir atau menghina, aku cuma heran aja, bener gak pak?"
"mungkin." saut Ken singkat
Tak lama Anton singgah di salah satu cafe yang menjual aneka jus, dan langsung membeli empat cup jus mangga dan jus melon dengan dua cup jumbo.
"Ni pesananmu karin." Anton memberikan dua cup jumbo jus mangga dan melon." pak Kenzo mau yang mana melon atau mangga." tanya Anton pada Ken.
"Berikan saja pada Karin, mana yang dia mau." ucap Ken yang sepertinya tak tertarik dengan jusnya.
"Iya baiklah, ini semua cemilan untukmu, setelah kita jalan jangan memintaku untuk berhenti oke." Anton memberikan makanan ringan dan juga kue dan Anton hanya mengambil kacang kulit dan jus.
Selama di perjalanan Karin mencemili makanan yang ada, entah perutnya sudah berubah jadi perut karet tak ada hentinya mulut Karin mengunyah makanan.
Ken hanya memperhatikan Karin yang makan dan sesekali mengusap pipinya yang belepotan.
"Kalau makan pelan-pelan, aku takkan memintanya." ucap Ken dan karin hanya mengangguk.
setelah lima jam perjalanan akhirnya mereka sampai ke villa, dan di depan sudah di sambut bi Ani yang menunggu.
"Bi..." panggil Karin dan langsung memeluknya." Karin kangen banget sama bibi, gimana lapar bibi?" Karin langsung memeluk bi Ani.
"Baik non gimana dengan non Karin? kenapa nampak pucat dan sedikit kurus." bi Ani memegang kedua pipi Karin setelah Karin melepas pelukannya.
"Aku baik Bi, masih banyak cerita yang ingin Karin bagi dengan bibi." ucap Karin.
"Iya non, ceritanya nanti ya, ayo masuk bibi sudah siapkan makan buat non Karin dan tuan." ajak bibi
Ken yang sudah duluan bersama Anton. sedangkan Karin baru masuk bersama bi Ani Saat beberapa langkah masuk kedalam rumah Karin kembali mual setelah mencium bau masakan bi Ani.
Tanpa memperdulikan yang lain Karin langsung berlari kekamar mandi, untuk mengeluarkan mual di perutnya.
"Non, ada apa non." bi Ani yang kuatir langsung menghampiri karin dan mengusap punggungnya.
"Kenapa non, kok muntah-muntah, non mabuk perjalanan?" tanya bibi sambil menunggu Karin.
"Bi..." Karin menangis dan langsung memeluk bi Ani.
"Ada apa non, ada masalah apa dengan tuan, cerita kan pada bibi, siapa tahu bibi bisa bantu?, tapi jangan di sini ya. ayo bibi antar kekamar non Karin." Karin pun mengangguk, bi Ani pun membawa Karin ke kamarnya.
Dikamar Karin memberanikan diri bercerita pada bi Ani, hanya dia yang Karin percaya selama ini.
"Bi...." Karin mengelus perutnya.
"Non, apa ini benar, non hamil." Karin yang langsung memahami bahasa isyarat Karin. Karin pun mengangguk.
"Apa tuan mengetahuinya?" tanya Bi Ani dan Karin menggelengkan kepalanya.
"Aku ragu bi, aku ragu apa yang apa yang akan di lakukan tuan jika mengetahui tentang ini bi, aku takut jika tuan tak menginginkannya" jelas Karin sambil menangis
"Non, jika boleh bibi sarankan lebih baik non bicara dengan tuan, dia berhak tahu bahwa di dalam perut non ada janin anak tuan, dan apapun keputusannya kita cari jalan keluarnya nanti. Percayalah pada bibi, tuan tidak sekejam itu, cari waktu yang pas untuk bicara." bi Ani pun menasehati Karin dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Karin.
"Baiklah bi, aku akan mencoba bicara pada tuan, terimakasih bi sudah menghilangkan keraguan Karin untuk bicara."
"Iya non. Ayo kita makan dulu, sudah bibi siapkan masakan buat non."
"Maaf bi, tapi karin gak bisa mencium bau rempah bi, tapi tadi sudah makan banyak selama perjalanan" tolak karin
"Baiklah non, biar bibi nanti buatkan bubur buat non. kalau begitu saya turun dulu mau melayani tuan, non istirahat saja."
"Iya bi, makasih ya bi."
Setelah bi Ani menasehati, Karin mondar-mandir memikirkan semua ucapan bibi.
"Aku memang harus jujur dengan tuan, walau bagaimanapun ini anaknya, darah dagingnya, aku tak bisa egois, menyembunyikan ini terlalu lama, apa jadinya jika perutku semakin membesar tapi tuan tak mengetahuinya. Mudah-mudahan tuan mau menerimanya aku tak bisa jika harus kehilangan anak pertamaku, akan ku pertahankan apapun yang terjadi." hati dan pikiran Karin berperang antara harus jujur atau tidak.
Ken keruang kerjanya dan membahas beberapa pekerjaan kantor yang tertunda bersama Anton. sedangkan Bi Ani mau mencuci pakaian Karin dan Ken yang sudah kotor.
Saat hendak memasukkan cucian ke dalam mesin cuci bibi selalu memeriksa pakaian majikannya, karena Ken sering melupakan barang yang ada di pakaiannya.
Bibi mendapatkan sebuah amplop yang ada dari dalam kantong saku Ken, dan sekilas bibi membaca surat dari puskesmas.
"Sepertinya ini surat penting punya tuan, aku harus segera menyerahkannya sebelum kelupaan." bi wiwik pun langsung menghampiri ruang kerja Ken.
"Tuan bolehkah saya masuk sebentar." suara bibi dari luar pintu ruang kerja Ken.
"Masuk saja bi." ucap ken
"Maaf tuan mengganggu, saya menemukan ini di kantong celana tuan." bi Ani menyerahkan yang dia temukan.
" makasih bi." Ken mengambil surat itu dan bi Wiwik pun pergi.
Ken membolak-balik kan amplop itu, sebelum membukanya.
"Punya siapa itu pak, rasanya bapak gak pernah periksa ke puskesmas?" tanya Anton
"Ini punya Karin, aku mengambilnya dari tasnya namun belum sempat aku baca, soalnya lupa." Ken duduk di kursi kerjanya dan membuka amplop itu.
Dengan seksama Ken membaca hasil pemeriksaan Karin, beberapa kali Ken membacanya namun tak ada yang berubah hasilnya tetap sama.
Ken Tanpa bicara meninggalkan Anton dan pergi menuju kamar Karin. Ken membuka perlahan pintu kamar Karin dan mendapati Karin tengah tertidur. Ken menghampiri Karin menatap lekat Karin. ingin rasanya Ken segera menanyakan secara langsung apa yang dijelaskan dalam laporan medis itu.
Ken mengurungkan niatnya setelah melihat Karin yang terlihat lelah dan lemah, Ken memilih untuk keluar dari kamar dan menanyakannya lagi nanti.
Makasih sudah mampir jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐✍️🧿 ditunggu.
sukses
semangat
mantap
cuma di bab 9 , tentang Ken tau klau joe bukan anaknya tidak ada alur crita nya ,😊
Alur critanya ok gk berbelit belit melebar kemana mana kaya senetron..😁
cukup enak di baca di ikitin Alur crita nya thur.. 😊👌👍
mantap dah 🙏👍👍
bisaan thor
malu-maluin nggak sportif bersaing sehat BANCI LO Reval