dikisahkan ada seorang gadis desa bernama Kirana, ia adalah gadis yang pintar dalam ilmu bela diri suatu hari, ayahnya yaitu ustadz Mustofa menyuruh Kirana untuk merantau ke kota karena pikirnya sudah saatnya ia untuk membiarkan putrinya itu mempelajari dunia di luar desa
Kirana memenuhi permintaan sang ayah dan pergi ke kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampung halamannya. dan di sinilah Kirana mulai di hadapkan dengan situasi yang menguji keberanian serta kesabarannya, pertemanan, Cinta segitiga sampai akhirnya ia bertemu dengan takdir yang memang telah di putuskan untuk dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riris Sri Wahyuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melerai
Daniel yang melihat temannya kalah dari seorang wanita merasa tak Terima, ia melemparkan bola tersebut ke udara dan menendangnya ke arah Kirana.
"Awas!!!" tiba-tiba Reyhan datang entah dari mana dan menangkap bola tersebut. Daniel yang melihat itu malah semakin marah. ia berteriak memarahi Reyhan.
"apa-apaan lo? berani banget nangkep bola itu."
Reyhan yang melihat kemarahan adiknya itu berusaha untuk menenangkannya. "Daniel udahlah! sampai kapan kamu mau terus mengganggu orang lain begini? apalagi dia itu perempuan, jaga sikap kamu niel! "
"alah, gak usah sok ceramahin gue lo! cewek itu yang duluan cari masalah malah lo belain. "
"aku nggak akan cari masalah jika kamu bisa bersikap lebih baik pada anak kecil. "tatapan Reyhan kini berubah ke arah Kirana dan anak yang terlihat ketakutan. ia seketika paham bahwa memang Daniel lah yang memulai masalah tersebut.
"niel, udah dia cuma anak-anak apa salahnya jika dia hanya bermain?"
"dia nendang bola ke kepala gue. "
"Daniel, dia hanya anak kecil dia nggak sengaja ngelakuin itu kamu jaga emosi kamu! "
Di sisi lain, ibu sang anak tiba-tiba muncul dan meminta maaf atas apa yang telah anaknya perbuat.
"nggak papa buk, anak ibu nggak salah kok. " jawab Reyhan dengan sopan. sedangkan Daniel masih belum Terima dengan hal itu ia kembali berkata dengan amarah.
"enak aja gpp, heh jaga dan didik anak lo itu ajarin dia supaya nggak main bola di sembarangan tempat. " sang ibu hanya diam sambil tertunduk. Reyhan tak bisa menerima perlakuan adiknya itu pun akhirnya berkata dengan nada tidak senang.
"astaghfirullah hal adzim, Daniel jaga sikap kamu! dia lebih tua dari kita. "
"gak usah ikut campur lo! "
"kalau kamu nggak bisa jaga sikap kamu aku pastiin kalau ayah akan hukum kamu nanti. "
"berani lo ngancem gue hah! "
" kalau gitu jaga sikap kamu dan jangan pernah mengganggu anak dan ibu itu lagi! " Daniel menatap Reyhan dengan mata berapi-api dan Reyhan membalas dengan berani menatap balik . karena tak mau ayahnya tau Daniel akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana berserta teman-temannya. sementara itu, kirana mendekati anak dan ibunya untuk memastikan keadaan keduanya.
"ibuk, ibuk nggak papa? "
"ibu itu mengangguk lalu kirana bertanya kepada anaknya dan sang anak menjawab. " aku juga nggak papa kak. makasih karena kakak udah bantuin aku tadi.
kirana tersenyum, "iya."
Sedangkan Reyhan juga ikut menghampiri mereka dan mengembalikan bola tersebut kepada sang anak Reyhan juga minta maaf kepada keduanya atas kelakuan adiknya itu.
"nggak papa kak lagian itu juga salah aku kok karena main bola di sembarangan tempat. "
"nggak papa, lain kali hati-hati ya! " ucap kirana dan anak itu membalas dengan anggukan. sang anak kemudian meminta kepada sang ibu agar membelikannya es krim tetapi ibunya menolak karena ia tak punya uang karena sedari tadi dagangannya belum laku..kirana yang tak tega melihat itu ia pun berniat untuk membelikan anak tersebut es krim yang ia minta
"beneran kak? " anak itu seolah tak percaya
"iya, ayo ikut kakak beli es krim! " ajak kirana yang kemudian di sambut dengan senyum anak kecil tersebut. keduanya pun pergi membeli es krim di salah satu stand.
di sini lain Reyhan yang melihat kirana yang membantu anak tersebut seakan tak mau kalah, ia memborong dagangan ibu dari anak tersebut dan menyusul kirana dan sang anak ke stand es krim.
"kamu borong semua dagangan ibu tadi? " tanya kirana sambil melihat Reyhan yang membawa kantung plastik besar berisi beberapa macam makanan siap saji.
Reyhan mengangguk. "iya, dimana anak itu? " Kirana mengisyaratkan Reyhan untuk melihat ke arah kulkas dan Reyhan melakukannya ia melihat anak itu sedang memilih es krim.
"lalu, apa yang akan kau lakukan dengan semua makanan itu? " tanya kirana lagi.
"aku akan membagikan makanan ini pada anak-anak di dekat sini. " kirana mengangguk paham. Reyhan meletakkan semua kantung plastik itu di meja dan ia berbicara pada kirana
"maafkan atas perlakuan adikku tadi! aku harap kamu tidak dendam padanya. " ucap Reyhan sembari menunjukkan raut muka bersalah.
"aku sama sekali tidak peduli dengan itu, lagi pula ini juga bukan pertama kalinya dia kekanak-kanakan seperti itu. "
"kalian sudah pernah bertemu? "
"ya, adikmu itu pernah hampir melukai ibu Tina dan adiknya yang masih bayi. itupun hanya karena masalah sepele. "
Reyhan seketika terkejut mendengarnya, " astaghfirullah lalu apakah mereka baik-baik saja? "
"iya, aku sempat menghentikan adikmu sebelum dia melaksanakan ambisinya itu. "Reyhan menghela nafas berat, ia sama sekali tak menyangka adiknya akan berbuat demikian.
sementara itu, kirana kembali meneruskan ucapannya. " lagian, aku heran bagaimana orang seperti kau bisa punya adik seperti dia? "
Reyhan terdiam sejenak lalu berkata, "dia bukan adik kandung, dia anak dari mama sambung aku. "
"lalu, kemana perginya Ibu kandungmu? "
Reyhan menunduk lalu berkata lemah, "ibu aku udah nggak ada semenjak aku masih kecil. "
KIrana terdiam sejenak, matanya membulat pelan. Ucapan Reyhan barusan membuat dadanya terasa sesak. Ia tak menyangka di balik sosok Reyhan yang terlihat tenang, tersimpan luka sedalam itu.
Dengan suara pelan namun penuh empati, Kirana berkata,
“Maaf… aku nggak tahu, Aku nggak bermaksud bikin kamu teringat akan hal itu.”
Ia menatap Reyhan lembut, berusaha menunjukkan bahwa ia benar-benar peduli. Dalam hatinya, Kirana mulai berusaha memahami sosok Reyhan yang tampak dewasa dan tenang melebihi usianya karena ia tumbuh tanpa sosok ibu yang mendampinginya.