NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iblis Pengendali Tengkorak

Di tempat yang tak bernama, langit terbentang seperti kain merah darah yang tak berujung. Awan-awan kelam menggulung perlahan, seolah hidup, berdenyut bersama aura kematian yang menggantung di udara. Petir sesekali menari di kejauhan, membelah cakrawala merah itu, meninggalkan gema rendah yang terasa sampai ke tulang.

Dari celah spasial yang berkilau lembut, dua sosok muncul. Lumo dan Qingwan mendarat ringan di atas tanah bebatuan kasar yang menghitam, seolah terbakar oleh sesuatu di masa lampau. Tanah itu memancarkan hawa panas samar, namun di udara berembus Qi begitu pekat, bahkan setiap tarikan napas seperti menelan kabut spiritual murni.

Lumo menatap sekeliling, matanya menyipit tajam. Ia bisa merasakan, di balik ketenangan yang sunyi ini, tersembunyi kekuatan petir yang amat menakutkan, jauh di dalam wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh mata biasa. Sedangkan Qingwan merasa merinding karena tempat itu begitu menakutkan, lebih menakutkan dari apa yang di ceritakan gurunya.

“Apakah Daoyo Feng pernah mengatakan padamu letak pasti Kolam Petir Neraka?” tanya Lumo tanpa mengalihkan pandangannya dari horizon.

Qingwan menggeleng pelan. “Tidak, Senior. Tapi Guru pernah bilang… Kolam Petir memiliki pintu masuk tersembunyi.”

Lumo menatap datar ke kejauhan. Sudut bibirnya terangkat sedikit, bukan senyum, melainkan sinyal kecil dari pikirannya yang mulai berputar. “Pintu masuk lagi… menarik.” pikirnya dalam diam. Ia lalu melangkah maju perlahan dengan tangan di belakang tubuhnya, langkahnya ringan namun membawa tekanan yang seolah menekan udara di sekitarnya.

“Ikuti aku. Jangan sampai tertinggal.”

“Baik, Senior.” suara Qingwan lembut, penuh hormat, namun di dalamnya terselip getaran halus antara kagum dan takut.

Mereka berjalan menembus dataran berbatu yang dipenuhi kabut tipis berwarna merah. Di kejauhan, tampak bukit hitam menjulang seperti punggung naga tua yang membatu. Semakin mereka mendekat, semakin terasa aura berat yang menekan dada. Qi di tempat ini tidak hanya pekat, tapi juga tidak stabil, seperti ada kekuatan lain yang mencemari alirannya.

Lumo menghentikan langkahnya. Ia menatap bukit itu dengan tatapan dalam, pupil matanya memantulkan kilau petir biru samar. “Ada sesuatu di balik sana,” gumamnya perlahan. Ia bisa merasakan fluktuasi energi aneh, bukan sekadar Qi, tapi semacam esensi yang menentang harmoni langit dan bumi.

Qingwan pun langsung waspada, ia mencoba untuk tetap dekat dengan Lumo.

Sebelum Lumo melangkah lebih jauh, kabut merah pekat tiba-tiba muncul di sekitar mereka, merayap seperti ular, menutup jarak pandang dalam sekejap. Udara berubah berat, dan bau besi karat bercampur dengan hawa kematian menyeruak dari segala arah. Dari balik kabut, suara gesekan logam terdengar. Lalu, satu per satu, tengkorak-tengkorak hidup muncul. Tulang mereka hitam terbakar, mata kosongnya berkilat merah. Masing-masing menggenggam senjata, tombak patah, pedang berkarat, sisa-sisa perang masa lalu yang kini berjalan tanpa jiwa.

“Hati-hati,” ujar Lumo datar. “Mereka sepertinya tercipta dari sedikit esensi Kolam Petir Neraka. Aku bisa merasakan sedikit energi petir di dalam tulang mereka.”

“Baik, Senior.” jawab Qingwan sambil membentuk segel tangan, wajahnya mulai tegang.

Lumo mengangkat tangannya, cahaya hitam berkilau muncul di antara jarinya. Dari cincin penyimpanannya, pedang hitam muncul perlahan, kemudian ia mengarahkan pedangnya keatas.

“Pedang Sunyi,” katanya lirih, lalu menebas ke depan tanpa suara.

Sepuluh tengkorak yang berlari ke arahnya terpotong dalam sekejap, tulang mereka hancur jadi abu sebelum sempat memberikan serangan ke Lumo.

Di sisi lain, Qingwan sudah memadatkan energi Yin-nya. Udara di sekitarnya berubah dingin, permukaan tanah berlapis es tipis. Gaun birunya bergoyang lembut, diselimuti hawa beku yang menusuk. Dengan dua tangan membentuk segel di depan dadanya, es tajam seperti duri terbentuk di sekitarnya. Kemudian ia mengirim puluhan duri es ke arah tengkorak yang datang menyerang. Serangan Qingwan pun menghantam sepuluh tengkorak. Suara pecahan tulang terdengar bersamaan dengan desir es yang menghancurkan tubuh-tubuh itu tanpa ampun.

Namun, ketika tengkorak itu berhasil di kalahkan. Kabut merah kembali bergulung, kali ini lebih pekat, lebih padat, lebih gelap. Dari dalamnya, puluhan tengkorak lain muncul.

Lumo mengernyitkan dahinya, dan merasa ada sesuatu yang aneh, namun ia dengan cepat mengendalikan diri, dan menebas ke arah tengkorak yang bermunculan.

"Pedang sunyi." katanya lirih, yang membuat tebasan cepat ke berbagai arah. Membuat tengkorak yang bermunculan langsung terpotong potong dan menjadi abu.

Sedangkan Qingwan tidak kalah tenangnya, ia mengayunkan lengan nya pelan. Ratusan duri es menghantam puluhan tengkorak itu bersamaan. Membuat tengkorak itu hancur seperti pecahan es.

Setelah tengkorak itu habis, lalu muncul lagi ratusan tengkorak. Setiap kali satu kelompok lenyap, kelompok baru muncul menggantikannya.

Lumo tetap tenang, tubuhnya seperti menari di tengah badai kematian. Setiap tebasan pedangnya diikuti cahaya biru samar yang membelah udara. Qi-nya mengalir deras, setiap gerakan seolah menulis hukum kehancuran di udara.

Waktu berjalan tanpa terasa. Dua jam berlalu. Serangan tak henti-henti, kabut merah menebal hingga menutupi langit di atas mereka. Lumo mulai merasakan bahwa kekuatan sumber dari semua ini tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Di tengah hiruk pikuk pertempuran, matanya menatap tajam ke arah bukit hitam di kejauhan, tempat di mana aura petir itu pertama kali terasa.

"Sudah cukup." katanya lirih.

Lumo kemudian mengangkat tangannya, membuat pedang yang ia pegang mengarah ke langit. Qi biru muda berputar di sekeliling tubuhnya, lalu di ujung pedangnya terbentuk bola api besar, warnanya campuran biru lembut dan putih pucat, memancarkan panas sekaligus dingin yang menusuk. Api itu berdenyut seperti jantung hidup.

Dengan satu ayunan tangan, bola itu melesat ke arah bukit. Udara bergetar, bumi bergetar, dan dalam sekejap bola api itu menghantam sisi bukit dengan suara ledakan yang menggetarkan alam.

Dari balik bukit, suara jeritan panjang dan melengking terdengar.

Lumo tersenyum tipis. “Aku membiarkanmu bersenang-senang sebelumnya. Sekarang rasakan itu, iblis rendahan.”

Begitu kata-kata itu keluar, seluruh tengkorak di sekitar mereka berhenti bergerak. Dalam hitungan detik, mereka runtuh menjadi abu, kabut merah memudar seperti tersapu angin.

Qingwan terengah-engah, wajahnya pucat, namun matanya menatap kagum. “Suara teriakan tadi… Suara teriakan apa, Senior?”

Lumo menatap tajam ke arah bukit yang kini bergetar. “Tunggu saja. Kau akan tahu.”

Beberapa saat kemudian, dari balik bukit, muncul sesuatu yang terbakar. Asap hitam naik ke langit merah. Makhluk itu melayang pelan ke udara, tingginya sekitar lima meter, bertubuh merah menyala, bersayap seperti kelelawar, dengan tanduk tajam melingkar di kepalanya. Tubuhnya bergetar, kulitnya meleleh oleh api biru muda yang menempel padanya.

“Lihat,” kata Lumo tenang, “itulah iblis kecil yang mengendalikan tengkorak-tengkorak tadi.”

Iblis itu meraung, suaranya berat dan serak. “Api apa ini? Manusia rendahan! Tarik kembali apimu!”

Ia menggeliat, berusaha memadamkan api yang membakar tubuhnya. Tapi setiap gerakannya hanya membuat api itu semakin kuat. Api itu bukan sembarang api, di dalamnya mengalir dua esensi yang saling bertentangan namun harmonis, esensi api biru Lumo dan esensi es liar dari tubuh Yin Murni Qingwan yang beberapa waktu lalu ia murnikan.

Qingwan memandangnya kaku, jantungnya berdegup keras. Gurunya tidak pernah menyebut ada iblis di wilayah ini. Bagaimana mungkin di tempat tersegel seperti Kolam Petir Neraka masih ada makhluk seperti itu?

“Apa kau takut?” tanya Lumo datar, tanpa menoleh.

“S-sedikit, Senior…” jawab Qingwan pelan.

Lumo memasukkan pedangnya kembali ke cincin penyimpanan. “Wajar jika kau takut. Tapi jangan biarkan rasa takut itu menguasaimu.” Ia kemudian berjalan santai ke depan, dua tangannya di belakang tubuh. “Ayo. Kita cari Kolam Petir Neraka. Biarkan iblis itu jadi abu.”

“Baik, Senior.”

Qingwan mengikuti, masih menoleh ke Iblis itu, yang kini hanya setengah tubuh, sayapnya runtuh jadi abu. Suara parau terakhirnya terdengar lirih, seolah dari kedalaman neraka.

“Api ini… bukan milik dunia fana… terlalu dingin… untuk disebut panas…”

Tubuhnya pun hancur sepenuhnya, menyisakan abu hitam yang beterbangan di udara.

Langit tetap merah. Angin panas berembus, membawa bau abu dan belerang. Di antara lanskap mati itu, dua sosok berjalan perlahan menuju takdir berikutnya, ke arah Kolam Petir Neraka yang semakin terasa memanggil dari kejauhan, dengan denyut kekuatan yang mampu memecah langit dan membakar jiwa.

1
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
YAKARO: Terimakasih 🙏
total 1 replies
Doddy kun
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Doddy kun
proses pengobatan yang sangat sulit
Doddy kun
mantap lumo
Doddy kun
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Doddy kun
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Doddy kun
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Doddy kun
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Doddy kun
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Doddy kun
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
HUOKIO
Disturbing banget Thor 😁
Don Pablo
untuk awal bagus, tapi kalau menurun kualitas nya, ku turun kan bintang nya😛
Don Pablo
melepaskan anak panah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!