 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Damar mengangguk kecil. Wajahnya menahan sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan sekarang. "Lupakan saja, Rumi."
"Aku juga pasti akan melupakannya, Mas Damar. Karena tidak mungkin juga, Mas Damar akan mau menjadi suamiku." Ruby menatap penuh tuntutan. Suaranya bagaikan lirihan angin, nyaman, bahkan mirip sekali dengan suara istri Damar.
Di sebrang, MC sudah melontarkan beberapa kalimat sambutannya. Tuan rumah pemilik pesta itu menyuruh Damar untuk maju, memberikan sambutannya bersama Rumi.
Di kiranya, pesta itu privat. Namun, Damar tidak tahu jika banyak wartawan yang meliput pesta itu untuk di jadikan siaran langsung.
Damar beserta Rumi sudah berdiri di depan bersama kedua mempelai. Beberapa orang menyambutnya dengan tepukan meriah, menatap kedua pasangan yang nyaris sempurna itu. Namun tidak sedikit pula yang menanyakan, mengapa Damar malah datang dengan perempuan lain. Bukankah CEO Adipati itu sudah bertunangan dengan putri keluarga Suseno?
"Baik, terimakasih atas undangan dari Pak Rasya beserta keluarga besar. Dan rekan-rekan semua yang turut mendukung dalam jalannya perusahaan kami. Semoga saja kedepannya kerja sama kita dapat terjalin dengan etat." Ucap Damar menatap keseluruh rekan-rekan yang datang. Lalu ia menatap kedua mempelai, "Selamat buat Pak Rasya, dan sang Istri. Semoga saja rumah tangga kalian di berkahi oleh Tuhan, dan segera di beri keturunan."
Rumi tampak antusias berdiri mendampingi Damar. Bibirnya sesekali tersenyum miring, merasa puas dapat berdiri disamping suaminya sendiri.
"Pak Damar, kapan Anda juga akan meresmikan pernikahan Anda seperti Pak Rasya?" tanya salah satu wartawan.
"Oh ya, Pak... Bukannya calon tunangan Anda mbak Raisa? Tapi kenapa Anda datang dengan wanita lian?" wartawan perempuan menimpali.
Wajah Damar spontan menegang. Sorot matanya mengerjab beberapa kali, merasa bingung harus menjawab apa.
'Rasain kamu, Damar! Setelah ini, citra nama serta perusahaanmu akan anjlok parah gara-gara hubunganmu dengan pelakor itu.' Ayu tertawa puas dalam hatinya.
"Oh, em... Itu-"
"Maaf, mungkin Mas Damar gugup akan menjawab apa." Rumi tersenyum lebar di depan kamera wartawan, menoleh Damar sekilas penuh arti. "Secepatnya, kalian semua pasti akan mendapat kabar bahagia dari kami. Dan untuk masalah Raisa atau siapa itu... Hubungan Mas Damar dengan perempuan itu sudah berakhir, dan... Sayalah yanh akan menjadi istrinya. Jadi buat kalian semua, stop membawa nama Raisa lagi dalam kehidupan pribadi Pak Damar."
Deg!
Damar sontak saja terkejut. Ia menoleh Rumi seidkit melebarkan matanya. Namun Rumi hanya menanggapinya dengan senyuman hangat, serta bergelayut manja pada lengan kekar itu.
"Wah, rupanya Pak Damar sudah putus dengan Mbak Raisa," terkejut para wartawan.
Salah satunya ikut menimpali, "Tapi Pak Damar lebih cocok dengan Mbak Rumi. Selamat ya buat kalian berdua."
"Terimakasih, kalau begitu kami permisi," ucap Rumi menarik pelan lengan Damar untuk di ajaknya turun.
Damar bagaikan orang yang sudah terhipnotis dengan sikap calon adik iparnya itu. Ia menarik lengan Rumi, hingga gadis itu tiba-tiba akan terhempas ke belakang.
Hap!
Dengan sigap, Damar memegang punggung Rumi, hingga tatapan mereka terkunci beberapa menit.
"Ayu..." lirih Damar saat tetiba wajah Rumi berubah menjadi Ayu dalam sekejab.
Namun yang Damar terima. Ayu tengah membalas tatapanya begitu bengis, menajam, penuh rasa dendam yang tertahan.
"Mas Damar, ini aku Rumi," gumam Rumi merasa segan kembali menegakan badannya.
Damar tersadar, "Oh, maaf! Aku gagal fokus, dan masih memikirkan ucapan para wartawan tadi."
"Mas Damar takut jika Mbak Raisa tahu? Sebegitu cintanya Mas Damar kepada Mbak Raisa? Atau... Selama ini Mas Damar hanya terpaksa menjalaninya?" Kalimat Rumi begitu halus, serta wajahnya tak menunjukan reaksi apapun.
Di dalam tubuh itu, Ayu benar-benar menata semuanya dengan sangat rapi. Ia hanya ingin membalaskan sakit hatinya kepada Raisa, sebab telah menghancurkan rumah tangganya dulu. Dan untuk Damar, dengan berita baru malam ini, pasti hal itu akan berimbas denngan kehancuran dalam perusahaannya.
"Rumi... Apa kamu tidak takut dengan kemarahan Raisa? Apa kamu juga tidak takut, jika orang tuamu tahu atas berita malam ini?" Damar menatap Rumi bermaksud menyadarkan gadis di depannya itu.
Rumi bukannya takut, tapi ia malah terkekeh. "Takut?" Desisnya, "Tidak ada lagi rasa takut dalam kamus besarku untuk sekarang, Mas! Seharusnya yang Mas Damar khawatirkan itu perusahaan Mas sendiri. Gara-gara Mbak Raisa, semuanya jadi berantakan 'kan? Jika saja dia tidak ceroboh memakan sembarangan, pasti aku juga tidak hadir di malam ini. Aku tidak bermaksud menyudutkan suasana. Namun, aku hanya tidak ingin melihat Mas Damar terbebani saat ini."
Damar terdiam cukup lama. Saking terpananya melihat Rumi yang sama seperti Ayu, Damar sampai lupa memikirkan nasib perusahaannya.
****
Di lain tempat, tepatnya di kediaman Pak Darma.
Raisa baru saja pulang dari periksanya dengan Bu Sintia. Dan bersamaan pula, Pak Darma sedang melihat siaran langsung pesta pemilik perusahaan Gading Jaya.
Pak Darma sedikit tersentak. Namun wajahnya berusaha tenang, hingga suara Raisa menggetarkan ruangan hening itu.
"Dasar gadis sialan! Rumi benar-benar tidak tahu diri! Berani-beraninya dia mengatakan calon istrinya Damar." Nafas Raisa naik turun bersamaan desahan nafas kasar. Melihat Ayahnya hanya diam, dengan cepat Raisa mendekat kearah Pak Darma. "Pah, Papah hanya diam saja melihat Rumi sudah menghancurkan hubunganku dengan Damar?"
"Kamu harus tenang dulu Raisa! Jangan kegabah, dan apa-apa harus kamu lampiaskan dengan kemarahan. Papah tahu, Rumi melakukan itu pasti ada sebabnya." Pak Darma masih melekatkan pandangannya pada siaran Tv di depan.
Bu Sintia datang menimpali, "Lagian kamu juga salah Raisa! Sudah tahu mau diajak Damar pesta, bisa ceroboh begitu."
Dada Raisa hampir saja meledak. Rasanya panas sekali melihat kedua orang tuanya sekarang sudah berpihak pada sang adik.
"Mamah, Mamah apa-apaan sih? Bagaimanan Mamah bisa menyalahkan Raisa, sedangkan Rumi disini yang salah. Dia sudah berani berbicara pada kalayak, jika Damar calon suaminya." Bantah Raisa merasa tidak terima.
"SUDAH, STOP!" Bentak Pak Darma. "Kamu tidak dapat menyalahkan Rumi sepenuhnya, Raisa! Jika Damar benar-benar mencintaimu, dia pasti akan menyelak dari ucapan Rumi. Tapi kamu bisa lihat sendiri, bagaimana calon suamimu itu hanya diam saja."
Raisa mendesah dalam. Ia berjalan kesembarang arah, menahan rasa gatal yang semakin menusuk kulitnya. "Aku yakin, Rumi pasti yang sudah membuat alergiku kumat, agar dia bisa pergi dengan Damar!"
Pak Darma menggelengkan kepala lemah. Ia langsung bergegas melenggang dari ruang tengah menuju ke dalam ruangan kerjanya.
"Raisa, kamu tidak bisa menyalahkan adikmu! Rumi sejak siang sudah pulang, sementara kamu pukul 5 baru tiba di rumah. Jadi, jangan bisanya menyalahkan Rumi terus." Baru kali ini Bu Sintia menampakan wajah kesalnya, saat Rumi selalu di sudutkan oleh putri sulungnya itu.
Setelah itu, Bu Sintia melenggang juga dari ruang tengah.
"Mah, arghhh...." geram Raisa. "Aku harus membuat perhitungan buat gadis sialan itu."
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.