Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta..
"Setelah nanti aku membatalkan pertunanganku, mari kita menjalani rumah tangga yang semestinya.."
Devan menatap Asha lekat.
Asha terkejut dengan apa yang didengarnya, jantungnya berdegup kencang.
Dirinya menjadi salah tingkah, menarik tangannya yang dipegang oleh Devan secara perlahan, dia tidak bisa mengatakan apapun, mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Devan tersenyum melihat Asha yang salah tingkah, dia mengambil cincin untuknya, membuka dompetnya dan memasukkannya ke dalam sana.
Pelayan datang dengan membawa makanan.
Setelah makanan disajikan, mereka segera menyantapnya, Asha yang masih terlihat salah tingkah terlihat makan dengan sedikit.
"Makanlah yang benar, setelah ini kita akan ke beberapa tempat lagi, kamu butuh tenaga banyak jika bekerja luar ruangan.."
Asha tidak menjawab, dia melihat jam tangannya.
"Saya permisi ke belakang dulu.." Asha beranjak dari duduknya tanpa menunggu jawaban dari Devan.
Dia mencari mushalla untuk melaksanakan shalat Dzuhur.
***
Mereka kemudian melakukan kunjungan sesuai agenda hari ini, Asha masih dengan setia menemani Devan, namun ada yang berbeda, setelah mendengar perkataan Devan di restoran tadi, Asha merasa ada yang aneh dengan perasaannya, dia menjadi sangat canggung melayani Direkturnya itu, bahkan berada didekatnya pun Asha menjadi sangat tidak nyaman karena jantungnya yang selalu berdegup kencang.
Sedangkan Devan, selalu mengawasi Asha dengan cermat selama kunjungan itu, dia ingin Asha selalu berada di sampingnya, karena entah mengapa sepertinya Asha menjadi menjaga jarak dengannya, dia juga melihat Asha menjadi lebih pendiam dan tidak fokus.
Menjelang sore, kunjungan berakhir, Devan dan Asha menaiki mobil dengan diantar oleh beberapa orang.
"Sudah sore, kamu tidak usah kembali ke kantor, aku akan mengantarmu pulang kerumah.."
Asha tersentak kaget.
"Turunkan saja saya disini, saya bisa pulang sendiri.." Jawab Asha kikuk.
Devan tersenyum.
"Mana mungkin aku membiarkan kamu pulang sendiri.."
Asha terdiam.
"Setelah makan siang tadi, kamu terlihat canggung dan selalu menghindariku.."
Asha terdiam.
"Kenapa..?" Tanya Devan melihat Asha sekilas.
Asha tidak menjawab.
"Apa karena semua perkataan aku di restoran tadi..?"
Asha masih tidak menjawab.
Tiba tiba Devan menghentikan mobilnya.
"Perkataan mana yang membuatmu tidak nyaman lagi berdekatan denganku..?" Devan memajukan badannya mendekati Asha.
"Bagian aku tidak akan menikahi tunanganku atau bagian kita yang akan menjalani rumah tangga yang semestinya..?" Tanya Devan sambil menatap wajah Asha yang berada tepat di depannya.
Asha melihat wajah Devan.
"Tetap nikahilah tunangan anda.."
"Kenapa..?"
"Karena aku akan sangat merasa bersalah padanya.."
Devan menghela napas, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil.
"Jangan karena permintaan kakek, anda mengorbankan kebahagian kalian berdua.." Ucap Asha lirih.
Mereka terdiam.
"Kamu harus mengetahui sesuatu.." Devan melihat Asha.
"Hubungan kami karena perjodohan..Kami sudah dijodohkan dari kecil.."
"Aku terpaksa menerima perjodohan itu, karena permintaan ibuku, selama itu pula, aku mencoba untuk mencintainya, sesaat aku merasa kalau aku mencintainya.."
"Tapi setelah mengenalmu, aku sadar kalau itu bukan cinta.. tapi keterpaksaan.."
Devan kembali menghela napas.
"Menikah dengannya, akan membuatnya menderita, karena aku tidak mencintainya.."
"Karena aku mencintai orang lain.." Devan kembali melihat Asha.
Asha terus menundukkan kepalanya.
Devan mengambil tangan Asha.
Asha kaget, dia melihat Devan yang sudah menatapnya dari tadi.
"Walaupun tidak mudah, aku akan mencoba mengatakan kepada keluargaku dan membatalkan perjodohan ini.."
Asha menggelengkan kepalanya.
"Jangan sakiti wanita itu, saya tahu dia sangat mencintai Anda.."
"Lalu bagaimana dengan perasaanku..? Aku tidak mencintainya.."
"Aku mencintaimu.."
Jantung Asha berdetak lebih kencang.
"Aku selalu mencoba mengelak dari perasaan ini, tapi semenjak kita menikah, aku memantapkan diri.."
"Perasaanku memang tidak salah dari awal, semua kebetulan membuat kita harus menikah, semakin membuatku yakin akan perasaanku padamu, meyakinkan diriku sendiri bahwa kamu memang jodohku.."
"Kamu istriku, yang akan mendampingiku sepanjang hidupku.."
"Kamu adalah ibu dari anak-anakku kelak.." Devan mencium tangan Asha.
Asha menitikkan air matanya.
Mereka kembali saling berpandangan.
Namun tiba tiba Asha menggelengkan kepalanya.
"Tidak akan semudah itu.." Ucap Asha sambil melepaskan tangannya.
"Aku tahu.." Jawab Devan kembali menghempaskan tubuhnya pada kursi.
Mereka terdiam beberapa saat.
Memutuskan hubungan pertunangannya apalagi rencana pernikahan sudah disusun memang tidak akan mudah baginya, ditambah kedua keluarga sudah menyambut bahagia pernikahan yang sudah di depan mata.
Tapi Devan sudah bertekad, dia harus memperjuangkan kebahagiaannya sendiri, walaupun akan sangat sulit, dia akan mencoba mengatakan kepada keluarganya terlebih dahulu, terutama sang ibu.
Sedangkan Asha, perkataan Devan serasa membuatnya melayang, semuanya terdengar sangat indah, perasaannya begitu bahagia, hingga tak terasa dia menitikkan air mata kebahagiaan, namun semua itu musnah ketika dia mengingat statusnya sendiri seorang wanita miskin dan sebatang kara, akankah dia akan diterima dengan mudah begitu saja oleh keluarga Devan, terlebih karena dirinya Devan memutuskan perjodohan keluarga yang sudah direncanakan semenjak mereka masih kecil.
Asha melihat jurang yang begitu curam antara dirinya dan Devan, suaminya. Dia tahu, akan sangat sulit bagi mereka untuk bersatu.
Akhirnya mereka sampai di depan ruko.
"Terima kasih.." Asha akan membuka pintu mobil.
Devan menahannya, memegang salah satu tangannya.
Asha kaget, dia kaget melihat wajah Devan yang telah berada tepat di depannya.
"Sekarang kamu akan lepas dari penglihatanku, jaga dirimu baik baik.."
"Jangan ragu untuk meneleponku kalau ada sesuatu.."
"Angkat teleponku dan balas pesanku.." Ucap Devan lembut
"Iya.." Jawab Asha kemudian keluar dari mobilnya.
Asha berjalan mendekati ruko, menaiki tangga, dan melihat mobil Devan belum melaju pergi, Asha menaiki tangga dengan cepat, hingga sampai di atap baru dia mendengar suara mobil itu melaju dengan kencang.
Asha memegang dadanya, lagi lagi jantungnya berdegup kencang.
pikir tdi bnran jetua gangster ...