Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21 Perasaan Ken
"Bell, Lo entar malam bisa tidur di sini, kan? Soalnya gue ada urusan," ucap Ken, menatap Bella yang duduk di hadapannya bersama Raka-kekasih Bella.
Sebelum menjawab Bella lebih dulu menatap Raka, keduanya seakan berbicara lewat tatapan mata, dan setelah Raka mengangguk Bella pun bersuara, "Bisa," jawabnya.
"Gak usah, Bell," tolak Luna yang baru saja kembali dari dapur membawa minuman untuk mereka berempat. "gue kayaknya mau balik setelah ini, dari tadi adek gue nelpon, nyuruh gue balik," keluhnya.
Ketiga orang itu langsung menatap ke arah Luna, "Ck, Lo tetep disini sebelum masalahnya selesai," sahut Ken.
"Gak bisa! Adek gue di rumah sendirian!" Luna menatap kesal Ken. "Lo tuh siapa sih ikut campur urusan gue?!"
Ken menatap tak suka akan ucapan Luna. Dia memang bukan siapa-siapa gadis itu, tapi tidaklah Luna mengerti kalau Ken itu sayang dengannya, tidak ingin Luna terluka.
"Udah-udah, Lo tenang dulu Lun, gue tahu perasaan Lo gimana ninggalin adek Lo yang masih kecil itu di rumah sendiri, tapi Lo juga harus memikirkan diri Lo sendiri. Adek Lo di rumah ada pengasuhnya dan art di rumah, kan? Dia bakalan baik-baik aja. Sedangkan Lo, gak aman kalau di rumah untuk saat ini." Bella menjelaskan, dia pun tak ingin Luna kembali dalam bahaya.
"Gue gak tega sama adek gue Bell, dia nangis di rumah sendirian. Mama sama Papa ternyata gak pulang dari kemarin," sahut Luna.
"Iya, tapi untuk saat ini, Lo emang lebih baik disini Luna," timpal Bella sedikit memaksa.
"Hm, yaudah gue disini lagi sampe besok," putus Luna. Setelah mengatakan hal itu, dia memilih masuk ke dalam kamar. Entahlah dia malas sekali berdekatan dengan Ken, rasa kesalnya makin menjadi saat melihat wajah pemuda itu. Padahal selama ini Ken selalu membantu dirinya saat berada dalam masalah.
"Emang ntar malem kalian mau ngapain?" Bella menatap Raka lalu bergantian menatap Ken, masih penasaran akan apa yang akan mereka lakukan nanti malam.
"Gue mau menyelidiki sesuatu sama Satria," jawab Ken.
"Masalah Luna?"
Ken menganggukkan kepala, "Hm, makanya gue nyuruh dia tetap di sini, tapi tuh anak ngeyel banget, padahal demi keselamatan dia sendiri," sahutnya.
"Semoga aja masalahnya cepet kelar, kasihan juga gue sama Luna," sahut Bella yang memang sudah mengetahui sedikit terantang masalah Luna.
Ken menganggukkan kepala. Dia pun berharap masalah keluarga Luna ini cepat terselesaikan, meski tak begitu yakin.
"Gimana soal penyerangan Raka?" tanya Bella.
"Ternyata bener ada yang nyuruh mereka, tapi dia belom ngaku siapa yang nyuruh, bilangnya malah gak tahu," bukan Ken yang menjawab, melainkan Raka sendiri.
"Kamu emang punya musuh Beb?" kini Bella menatap kekasihnya.
Raka menggelengkan kepala, "Kayaknya enggak, bisa jadi mereka mau balas dendam atau mau buat rusuh sama Scorpion, bukan maslaha pribadi," jawabnya.
Bella menghela napas, "Kapan sih kalian berhenti dari hal kaya gitu? Udah dewasa juga, masak masih mau kayak remaja labil yang masih suka tawuran dan gak mikiran keselamatan senidiri," protes gadis itu. Kesal sekali rasanya melihat mereka masih saja sering membahayakan diri sendiri.
"Sebenarnya kita udah jarang kaya gitu, tapi mereka yang memulai, jadi kita akan tetep usut semuanya sampai tuntas. Semoga aja setelah ini gak ada yang namanya pengeroyokan kaya gitu lagi," jawab Ken. Sebenarnya dia juga lelah seperti ini, tapi entah kenapa selalu saja ada yang membuat masalah.
☘︎☘︎☘︎
Malam hari sesuai yang direncanakan Ken dan Satria, saat ini kedua pemuda itu berada di resto hotel milik Herdi. Mereka makan malam biasa selayaknya tamu pada umumnya, tapi sebenarnya mereka hanya ingin mencari informasi.
"Gue rasa wanita itu masih di hotel ini Ken, soalnya Om gue juga masih disini," celetuk Satria.
"Apa mungkin dia dijadikan jaminan ya?" tanya Ken menebak.
"Gue rasa juga gitu, kalau enggak, mana mungkin Om gue nahan tuh wanita," jawab Satria yang sepemikiran dengan Ken.
Ken menganggukkan kepala.
Cukup lama mereka berada di area hotel tersebut, tapi masih belum menemukan apapun. Hingga pandangan Satria tak sengaja melihat Herdi berjalan bersama seorang wanita, keduanya memasuki area resto dan masuk ke dalam ruang VIP.
"Om!" seru Satria sengaja memanggil Omnya.
Herdi yang mendengar suara seseorang yang sangat dia kenali itu pun langsung melihat sekitar, dia tersenyum saat mendapati Satria berjalan ke arahnya. "Ngapain di sini?" tanyanya.
Satria tersenyum menatap Herdi dan bergantian menatap wanita itu, "Siapa Om? Gebetan baru?" tanyanya.
"Kamu bisa masuk dulu, saya mau bicara sama keponakan sebentar." Herdi membuka pintu ruang VIP dan menyuruh wanita itu untuk masuk, tanpa banyak protes wanita itu pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Siapa Om?" tanya Satria lagi, sebab pertanyaannya belum dijawab.
"Gimana cantik gak? Menurut kamu Om cocok gak sama dia?" bukannya menjawab Herdi justru bertanya balik.
Satria mengangguk-anggukkan kepalanya, "Cocok, pilihan Om gak pernah gagal. Dia keliatan cantik, masih muda juga sepertinya," jawabnya.
"Om memang gak pernah salah pilih, yasudah Om mau kencan dulu." Herdi langsung masuk setelah mengatakan hal itu.
Sedangkan Satria cukup terkejut mendengar pengakuan Omnya. Dia pun kembali ke tempatnya.
"Gimana Bang?" tanya Ken.
Satria pun menceritakan semuanya pada Ken. "Kita selidiki lagi besok," ucapnya.
Malam ini, keduanya berencana menginap di hotel tersebut, tepatnya di kamar yang berdekatan dengan kamar Herdi.
☘︎☘︎☘︎
Esok harinya Ken sudah kembali ke apartemen, dia sudah tak sabar memberi informasi mengenai semua hal yang dia dapatkan semalam dan pagi tadi.
"Rel!" serunya memanggil Luna saat dia sudah berada di dalam apartemen. Mencari keberadaan Luna hingga menemukan gadis itu sedang berada di dapur.
"Kenapa?" jawab Luna sewot tanpa menatap ke arah Ken, gadis itu sedang memasak untuk makan siang.
Bella sudah pulang sejak pagi tadi, sebab gadis itu harus ke kampus.
"Lo mau lihat apa yang gue dapatkan dari semalam sampai siang ini gak?" bukannya menjawab, Ken justru bertanya balik.
"Gak, apalagi kalau gak penting buat gue," sahut Luna sewot.
Ken menghela napas, "Ini tentang nyokap Lo, beneran gak mau tahu?"
Luna langsung menghentikan kegiatannya, dia bahkan memutar knop kompor dan langsung menghadap ke arah Ken. "Apa?" tanyanya.
"Bisa gak sih Lo gak sewot gitu kalo ngomong sama gue?" protes Ken, sebab Luna berbicara sewot seperti itu hanya dengannya, jika dengan yang lain gadis berbicara itu normal saja. Hal itu tentu membuat Ken sedikit terusik.
"Gak," sahut Luna, dia memang sengaja bersikap seperti itu apalagi setelah mengetahui jika Ken menyukainya. Dia tak mau pemuda itu menyukainya karena dia memang tidak memiliki rasa apapun pada Ken.
Ken menghela napas, "Yaudah gak masalah, gue sabar kok," sahutnya.
"Sini kalau mau lihat, tapi bentar gue ambil laptop dulu." Ken berjalan ke arah kamarnya, menyuruh Luna menunggu du ruang tamu.
Tak lama Ken kembali membawa laptop, memilih duduk di sebelah Luna, supaya lebih mudah melihat apa yang dia temukan semalam, tapi Luna justru langsung berpindah ke single sofa.
Ken menggelengkan kepala melihat tingkah Luna, "Disini aja, gue cuma mau Lo lihat ini dan jelasin, biar lebih mudah," ucap Ken.
Mau tak mau Luna akhirnya kembali ke tempat semula, duduk di sebelah Ken.
Setelah Luna duduk di sebelahnya, Ken mulai memutar video yang dia dapatkan semalam dan pagi tadi.
"Ini nyokap Lo?" tanyanya, sebab dia memang belum pernah bertemu langsung dengan mamanya Luna.
Luna menatap wanita yang Ken tunjuk, setelah itu dia mengangguk.
"Semalam nyokap Lo makan malam sama Herdi, setelah makan malam mereka kembali ke kamar Herdi," Ken mulai menjelaskan dan menunjukkan CCTV yang dia dapat.
Mendengar dan melihat semuanya membuat Luna terkejut, apalagi melihat sikap Herdi dan mamanya yang seperti sepasang kekasih membuatnya berfikir yang tidak-tidak.
"Terus pagi tadi, gue sama Satria sengaja mengikuti mereka dan Lo tahu, Herdi bawa nyokap Lo ke rumahnya. Herdi juga bilang ke Satria kalau nyokap Lo itu kekasihnya, entahlah apa Herdi cuma membual atau emang kenyataannya begitu, sebab gue lihat nyokap Lo nyaman-nyaman aja sama tuh laki-laki," jelas Ken.
Luna menggelengkan kepala, "Mana mungkin seperti itu, setahun gue mama gak kenal sama laki-laki itu," ucapnya menyangkal semua ucapan Ken.
"Untuk memastikan, Lo boleh balik hari ini, tapi sama gue. Gue bakalan ikut Lo pulang," ucap Ken.
"Gak perlu, gue bisa balik sendiri!" tolak Luna lagi.
"Sama gue atau Lo tetep di sini," sahut Ken tidak terima penolakan.
Luna menatap marah pada Ken, "Lo bisa gak sih kalau gak ikut campur terlalu jauh? Gue berterima kasih karena Lo udah bantu gue, tapi gak harus sejauh itu. Gue bisa sendiri!" ucapnya kesal.
Ken tidak menyahut, dia hanya menggidikkan bahu.
"Udah ya, Lo gak usah ikut campur urusan keluarga gue lagi. Gue gak mau berhutang budi sama Lo, gue akan urus semuanya sendiri setelah ini. Gue yakin gue bisa, dulu sebelum Lo muncul juga gue selalu menyelesaikan masalah keluarga gue sendiri tanpa bantuan siapa pun. Gue gak...." Luna tidak melanjutkan ucapannya.
Cup
Karena Ken mengecup bibir Luna sekilas, terlalu gemas dengan gadis itu yang banyak bicara. "Udah atau mau lanjut lagi, ntar gue cium lagi," ucapnya enteng.
Luna yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentu tak terima, menurutnya Ken terlalu lancang. Meskipun tadi dia sempat mematung mendapatkan kecupan mendadak seperti itu, "Ken sialan!"
Ken langsung berlari masuk ke dalam kamarnya, tak ingin mendapatkan balasan dari Luna. Tapi Luna tak tinggal diam, dia justru mengejar Ken dan tak menyadari jika pemuda itu masuk ke dalam kamar.
"Awas Lo ya!" seru Luna, dia bahkan membawa sandal rumah yang tadi dia pakai dan siap melempar ke arah Ken.
"Ampun!" sahut Ken pura-pura meminta ampun. Padahal dia hanya mengejek Luna.
Mereka berdua seperti kucing dan tikus, terus berlari di dalam kamar Ken. Bahkan tak sungkan naik ke atas kasur guna menghindari dari kejaran Luna, dan tentu saja Luna mengikuti langkah Ken. Mereka benar-benar seperti bocah lima tahun yang sedang main kejar-kejaran.
Hingga Luna berhasil menarik kerah baju belakang milik Ken, membuat pemuda itu tak bisa menjaga keseimbangan, sebab mereka sedang berada di atas kasur. Dan hal yang tak diinginkan oleh Luna pun terjadi, keduanya terjatuh. Ken hampir saja menimpa tubuh Luna, jika pemuda itu tidak menghindar.
Melihat Luna pun ikut terjatuh di belakangnya, Ken langsung berbalik dan mengurung tubuh Luna di bawah kungkungannya.
"Lo mau apa?" teriak Luna, dan berusaha melepaskan diri, tapi tidak berhasil, sebab Ken sudah mengunci kedua tangannya.
Ken tersenyum smrik, "Terserah gue, ini kamar gue, dan Lo masuk perangkap harimau," ucapnya.
"Gue bakalan teriak kalau Lo macem-macem!" ancam Luna.
"Teriak aja, gak bakalan ada yang denger," sahut Ken, terus menatap wajah ketakutan gadis itu.
"Dasar bjingan! Gue bakalan lapor polisi kalau Lo macem-macem sama gue!" Luna kembali mengancam.
"Emang gue mau ngapain?" tanya Ken.
Tak
Ken menyentil pelan dahi Luna, "Pikiran Lo itu kemana, hm?" dia tersenyum menggoda Luna.
Wajah Luna memerah karena malu, sebab sudah menuduh Ken yang tidak-tidak. "Lepas ih!"
"Boleh, tapi ada syaratnya," ucap Ken.
"Gak mau, cepetan lepasin gue!"
"Gak mau ya sudah, kita akan tetep seperti ini sampai Lo mau memenuhi syaratnya," sahut Ken enteng, seakan posisi mereka tidak menyulitkan dirinya.
"Apa? Cepetan!"
"Cium gue dulu, baru gue lepas," jawab Ken.
"Ogah!" tentu saja Luna langsung menolaknya.
"Yaudah, biarkan seperti ini sampai nanti, tapi jangan harap Lo selamat dari harimau kelaparan kalau posisi kita seperti ini terus," sahut Ken.
Luna tentu saja paham apa yang Ken maksud, tapi dia juga tidak mau mencium pemuda itu. Alhasil dia hanya berusaha melepaskan diri dari kungkungan Ken meskipun tidak berhasil.
Cup
Luna akhirnya mencium pipi Ken dengan sangat terpaksa.
"Gak mau kalau di situ, gue maunya di sini." Ken menunjuk bibirnya sendiri.
"Gak! Gue udah penuhin syarat dari Lo, cepet lepas!" Luna kembali memberontak, tapi Ken tetap tidak melepaskannya.
"Yaudah kita akan seperti ini terus kalau gitu," sahut Ken.
"Gue ilfil tau gak sama Lo!" ucap Luna kesal.
"Gak apa-apa, sekarang ilfil, ntar juga bucin," sahut Ken tak mau kalah.
Luna hanya memutar bola matanya malas, "Please lepasin gue Ken, gue mau pulang. Oke Lo yang nganter gue pulang, tapi lepas ya," ucapnya memohon, kali ini dia benar-benar memohon dengan baik tanpa ada perkataan dan tatapan sinis.
"Hm, baiklah karena Lo udah bicara baik-baik sama gue, jadi gue ngalah deh," sahut Ken, mulai melepaskan tubuh Luna.
Belum juga Luna terlepas sepenuhnya dari kungkungan Ken, pemuda itu kembali mendaratkan sebuah kecupan, kali ini di kening Luna.
"Maaf, gue gini karena gue sayang sama Lo," ucapnya menatap penuh wajah Luna.
Luna yang awalnya ingin segera lepas dari Ken, kini membeku saat mendengar pengakuan pemuda itu, padahal kemarin Ken sudah mengatakan hal yang sama, tapi entah kenapa kali ini terasa berbeda. Apalagi tatapan tulus yang Ken berikan saat menatap wajahnya.
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri