Istrinya dalam keadaan mati suri setelah melahirkan. Untuk membangunkannya, Zhou Fan harus mencari sepuluh kristal beast. Namun tidak semua kristal beast dapat ia gunakan, minimal harus tingkat ke delapan, dan itu semua berbasis es.
Selain itu, Zhou Fan akan mencari gurunya yang tiba tiba hilang tanpa kabar.
Dari sini petualang Zhou Fan di negeri seberang dimulai. Akankah dia berhasil menuntaskan tujuannya?
Cover by Google
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 8 : Tidak Ada Kata 'Tidak Siap'
"Sudah sudah, kenapa kalian malah bertengkar saat acara seperti ini." Wanita tua datang menghampiri Shao Mingrui.
Namun Shao Mingrui malah menghindar, melenggang pergi mendekati ayahnya.
Wanita tua itu menggeram marah, tangannya mengepal karena sudah diabaikan.
"Tidak anak tidak ibu, sama sama bisa membuatku kesal!" Wanita tua itu membatin geram, tak mau malu dia kembali ke tempat duduknya.
"Ibu, kenapa kau membelanya." Shao Ziyu-pangeran kedelapan berkata kepada wanita tua itu.
Jing Biarong melirik anaknya. "Apakah kau pikir aku melakukannya dengan sukarela, aku hanya ingin kaisar memiliki kesan baik terhadapku dan tentu saja untukmu."
Sementara itu Shao Mingrui mendekati ayahnya, Shao Lin-Kaisar Kekaisaran Shao.
"Hormat kepada ayah kaisar." Shao Mingrui kemudian kembali ke tempat duduknya.
Kaisar memiliki sepuluh anak, delapan diantara mereka adalah pria, sedang dua sisanya adalah wanita. Mereka memang satu darah, tapi tidak dari ibu yang sama. Setidaknya tidak semua dari mereka terlahir dari rahim yang sama.
Kaisar memiliki dua istri, dan empat selir. Namun karena istrinya yang pertama telah tiada, sekarang hanya tersisa satu istri dan empat selir.
Mereka semua hadir di dalam aula, selain keluarga kekaisaran ada juga keluarga menteri dan juga penasihat agung.
Setelah semua datang, perayaan ulang tahun kaisar dilaksanakan. Kaisar yang duduk di kursi kebesaran menyaksikan dengan penuh kebanggaan.
Pria tua itu berdiri, menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian.
"Untuk kalian semua yang telah datang, nikmati semua yang ada. Selain itu akan ada pertandingan antar pangeran, tapi bukan pangeran itu sendiri yang akan bertanding, melainkan perwakilannya."
Semua yang berada di sana bertepuk tangan, mengakhiri pidato singkat Shao Lin.
Di tengah aula telah ada arena, meski tidak terlalu besar, juga tidak bisa dikatakan terlalu kecil. Panjang dan lebarnya mungkin sekitar sepuluh langkah.
"Kakak ketiga, kenapa tidak perwakilanmu saja yang maju pertama? kau terlihat sangat percaya diri." Shao Ziyu mengatakan dengan sengaja, membuat semua orang mengalihkan pandangan ke arah Shao Mingrui.
Hem...
"Kenapa tidak perwakilanmu saja, adik kedelapan?" Shao Mingrui berkata sambil melirik sinis adik seayahnya itu. "Jika tidak mempunyai keberanian, sebaiknya diam."
Shao Ziyu mengeratkan giginya, dia menahan kesal atas ucapan Shao Mingrui.
"Bong Heteng, kau maju." Shao Ziyu melirik pria bertubuh kekar di sampingnya.
"Baik pangeran." Bong Heteng menaiki arena, dia berdiri tegak di sana.
"Karena adik kedelapan telah mengambil bagian, aku tidak akan sungkan." Bersama dengan itu seorang pria tua berdiri berhadapan dengan Bong Heteng.
Melihat siapa yang berbicara, Shao Ziyu mengangkat senyum di bibirnya. "Kakak kelima, memang seperti biasa. Menjadi yang paling dahulu maju."
Shao Lin yang melihat ada dua orang telah berdiri di atas arena, langsung mengambil nafas dan memulai pertandingan.
Bong Heteng mengeluarkan pedang yang semula menggantung di punggungnya. "Pedang Pembantai menyapa Senior Lun."
Pria tua yang dipanggil Senior Lun mendengus, pria di hadapannya itu terlihat tidak menempatkannya sebagai lawan. Jelas itu merupakan penghinaan.
Zhou Fan mengamati pertarungan yang akan segara dimulai, dia penasaran apa yang akan dilakukan pedang pembantai, apakah memang dia setangguh kabar yang beredar, atau hanya rumor kosong.
Pertandingan dimulai, Bong Heteng langsung melesat sambil membawa pedang nya. Ketika pedang terangkat, kepala Senior Lun ditarik ke belakang.
Pedang menebas tepat di depan wajah Senior Lun, beruntung pria tua itu dapat dengan cepat menghindari serangan.
Namun Bong Heteng belum puas dengan hasil yang dia dapatkan. Pria paruh baya itu memutar pedang, melayangkan kibasan sambil berputar.
Senior Lun melakukan serangan balasan, dengan tongkat di tangannya melompat. Namun Bong Heteng dapat mengatasi dengan begitu mudahnya. Tak sampai di sana, perwakilan pangeran kedelapan itu terus menyerang tanpa belas kasihan.
Permainan pedang terlihat begitu dominan, memang dia merupakan seorang ahli pedang. Zhou Fan yang menyaksikan, tak sabar membayangkan bagaimana jika dia berhadapan dengan Pedang Pembantai.
Bong Heteng keluar sebagai pemenang, Senior Lun harus mengakui bahwa dia tidak cukup mampu untuk mengimbangi lawannya, dia menyerah setelah tongkat dihempaskan dari tangannya.
Yang menang masih berada di atas arena menantikan siapa yang akan menantang. Karena tak ada yang bersuara, Bong Heteng meninggalkan arena, dengan wajah sombong.
Sampah!
Mungkin itu yang dia katakan ketika menatap seluruh perwakilan yang ada, termasuk Zhou Fan.
Namun bukannya Zhou Fan takut, bahkan sebenarnya dia sangat ingin bertarung. Tapi dia tidak bisa bertarung seenaknya tanpa menunggu keputusan Shao Mingrui, karena dia di sini mewakili nama pangeran ketiga tersebut.
"Kakak ketiga, apakah kau tidak akan mengirim perwakilan ke atas arena?" Shao Ziyu tersenyum penuh arti.
Shao Mingrui tidak menanggapi ucapan Shao Ziyu, dia memalingkan wajah menatap Zhou Fan. "Kau siap?"
"Tidak ada kata 'tidak siap'." Zhou Fan berdiri dan naik ke atas arena.
Shao Mingrui telah menjanjikannya sebuah kristal beast tingkat kedelapan berelemen es, selain itu pangeran ketiga itu telah memberikan bayaran awal yang juga tidak kalah berharga.
Setidaknya membantu masalahnya juga merupakan bentuk pertanggung jawaban Zhou Fan kepada Shao Mingrui.
"Hohoho... Adik ketiga sangat suka bercanda, apakah tidak ada yang lebih baik dibandingkan dengan keronco ini?" Pangeran kedua tertawa sambil menunjuk Zhou Fan.
Shao Mingrui mengerutkan kening. Namun bibirnya tersenyum di detik berikutnya. "Karena merasa seperti itu, kenapa tidak kau keluarkan perwakilanmu, kakak kedua?"
"Siapa takut?!" Pangeran kedua mengayunkan tangannya, dan dengan itu seorang pria paruh baya berpakaian hitam naik ke atas arena.
"Menyerahlah, setidaknya kau tidak babak belur." Pria berpakaian hitam berkata dengan nada mencibir.
Zhou Fan tak menghiraukan, dia mengeluarkan pedang darah malam.
Merasa diabaikan, kepala pria berpakaian hitam terasa terbakar. Amarah sudah merasuk ke dalam pikirannya.
Ketika kaisar telah mengatakan kata 'mulai', keduanya melesat dan memburu lawan masing masing. Keduanya menggunakan senjata berupa pedang, itu akan membuktikan siapa yang lebih baik dalam ilmu pedang.
Zhou Fan bergerak maju sambil menodongkan pedang darah malam, begitu halnya dengan pria berpakaian hitam. Ketika dua pedang saling beradu dengan tenaga dalam tinggi, pedang di tangan pria berpakaian hitam terdengar suara 'krak'.
Namun itu tidak menahan pertarungan, karena pria berpakaian hitam langsung menarik tangan kanan dan menyabetkan dengan cepat.
Zhou Fan menarik perutnya, tubuhnya condong ke belakang.
Bersamaan dengan itu tangan pria berpakaian hitam menyambar kepala, beruntung pemuda itu dapat berkelit sambil memutar tubuhnya.
Tak sampai di sana, sambil berputar dia mengayunkan pedang. Hanya dalam kurun waktu singkat, mereka bertukar puluhan serangan.
Keduanya melompat mundur, tapi setelah itu melesat dengan dengan sangat cepat. Pedang sudah siap saling menghancurkan.
Namun ketika kedua pedang telah menyatu, tangan pria berpakaian hitam terdorong mundur, pedang di tangannya hancur.
Semua mata memandang dengan tak menyangka, seorang pemuda yang seharusnya kalah malah berjaya.
Shao Mingrui tersenyum puas, dia melirik ke arah pangeran kedua. "Terlalu percaya diri itu tidak baik."