Ethan, seorang kurir yang diperlakukan seperti sampah oleh semua orang, dikhianati oleh pacarnya, dipecat oleh bosnya. Tepat pada saat dia hampir mati, seorang lelaki tua memberitahunya identitas aslinya. Sekarang, dia bukan lagi sampah yang tidak berguna, dia disebut Dominus, raja dunia!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Ethan menoleh cepat ke arah para wanita itu. Bukankah mereka barusan menyebut namanya?
Dia terkekeh. Dia tidak bisa menahan diri. Para wanita itu sedang membicarakan dirinya dan mereka bahkan tidak menyadari itu. Lucu sekali!
Para wanita itu menoleh ke arahnya seolah-olah dia seorang badut. "Mengapa kau tertawa?"
"Aku tidak tertawa, aku hanya terkekeh," koreksi Ethan dengan nada sarkasme.
Wanita pertama memberinya tatapan sinis. "Terserah! Yang ingin aku tahu adalah kenapa kau melakukan hal barusan. Apa yang lucu dari pembicaraan kami?"
Ethan mendengus. "Kalian sedang membicarakan cara menggoda seseorang padahal seharusnya kalian membicarakan cara untuk sukses. Itu namanya matre!"
Wanita itu meletakkan tangannya di pinggang.
"Heh, hentikan! Kami sedang membicarakan salah satu temanmu. Bukankah Ethan Hunt juga pria seperti kau? Dia bisa membeli hal-hal yang bahkan kau tidak mampu beli. Dia bisa beli pria sepertimu dalam jumlah seratus kali lipat."
Ethan tertawa lagi. "Tidak, dia tidak bisa," dia menggelengkan kepala sedikit. Saat dia hendak memberitahu mereka siapa dirinya sebenarnya, sebuah mobil berhenti di area parkir dan seorang pria berpakaian Gucci turun dari mobil itu.
"Itu William, manajernya!" wanita pertama berseru dan segera berjalan melewati meja untuk menyambut pria itu di tengah jalan.
Ethan memandang pria itu dan membiarkannya mendekat.
"Apakah Ethan Hunt sudah datang?" tanyanya langsung sambil membuka ponselnya dengan gaya profesional.
"Belum, dia—" wanita itu mulai bicara tapi Ethan memotongnya.
"Dia sudah di sini. Aku sudah menunggumu."
William menatap ke arahnya, hanya melirik sekilas pada pakaiannya. Dia tidak tampak terkejut. Sepertinya Simon sudah memberi petunjuk tentang penampilan Ethan.
"Kau Ethan Hunt?" wanita itu bertanya dengan kaget.
Ethan mengangguk singkat. "Dan aku ingin segera pergi dari sini."
"Silakan, ikuti saya," ajak William sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mulai berjalan.
Para wanita itu hanya terpaku di tempat sambil menatap Ethan dengan tidak percaya. Ethan tersenyum lagi, merasa sangat puas pada dirinya sendiri.
Mereka berjalan melewati deretan mobil yang tertata rapi dan berhenti di depan sebuah jalan. Seseorang mengeluarkan mobil dari garasi. Itu adalah Bugatti La Voiture Noire.
Interior dari Bugatti La Voiture Noire benar-benar memancarkan kemewahan futuristik dengan sentuhan seni haute couture otomotif. Pemiliknya akan memiliki banyak alasan untuk mengemudikannya tanpa terburu-buru, demi memamerkan setiap detail elegan dari kabin yang dirancang layaknya arloji mewah dalam wujud mobil. Skema warnanya senada dengan bodi berwarna hitam gloss yang dalam dan eksklusif, dihiasi aksen karbon gelap dan detail alumunium presisi tinggi di seluruh bagian interior.
Material kulit yang membalut interior dipilih dari kulit sapi terbaik yang berasal dari peternakan khusus di Prancis Selatan — tempat di mana hewan-hewan dibesarkan secara alami untuk menghasilkan kulit dengan pori-pori sempurna dan tekstur halus. Jok depan dan belakang dilapisi kulit berwarna hitam obsidian dengan jahitan kontras berwarna perak gelap yang memantulkan cahaya secara elegan.
Panel interior dihiasi dengan pola berlian halus yang terinspirasi dari kaligrafi Perancis, dan setiap tombol kontrol dipoles secara manual dari potongan aluminium solid. Sistem pencahayaan ambient di dalam kabin diciptakan untuk membangkitkan suasana ruang angkasa yang tenang, dipadukan dengan sistem audio 16-speaker dari Bugatti Signature Sound, di mana seluruh kabin dirancang sebagai ruang akustik seperti auditorium pribadi.
La Voiture Noire ditenagai oleh mesin 8.0-liter quad-turbo W16 legendaris Bugatti, dengan tenaga luar biasa sebesar 1.479 horsepower, yang membuatnya bukan hanya sebuah karya seni, tapi juga monster performa sejati di atas aspal.
Dan hanya satu unit dari mobil ini yang pernah dibuat di seluruh dunia — menjadikannya sebagai salah satu mobil paling eksklusif dan misterius dalam sejarah otomotif modern.
Simon mendapatkannya di acara lelang.
"Aku akan menyiapkan dokumen sementara kamu cek mobilmu," kata William lalu pergi.
"Hai!" Sebuah suara kecil dan manis terdengar di belakang Ethan. Dia menoleh dan melihat Isabella.
Sebenarnya, Isabella adalah salah satu teman Zoey yang dia lihat di pesta. Meski mereka tidak bicara karena Isabella terlihat kaya dan jelas menjauhkan diri, dia tidak bisa berhenti memandang Ethan sampai pesta itu selesai.
Isabella berjalan lebih dekat dengan senyum penasaran. "Apa ini?" Dia menatap mobil itu sejenak, memperhatikannya dengan seksama. Lalu dia menatap Ethan. "Siapa kau sebenarnya?"
"Apa yang kau inginkan?"
Dia tersenyum lagi, kali ini lebih cerah. "Makan. Mengapa kau tidak mengajakku makan?" Ethan membuka mulut hendak menolak tapi dia keburu bicara. "Aku temannya istrimu, kurasa kau tidak seharusnya menolakku."
Ethan menghela napas, sedikit kesal, dan melihat Isabella berpindah ke sisi lain mobil. Dia membuka pintu mobil Ethan dan terkejut.
William keluar pada saat yang tepat dan memberikan dokumen kepadanya.
Ethan menerima dokumen itu dan masuk ke kursi pengemudi. Isabella sangat kaya. Jadi, dia memutuskan membawanya ke salah satu restoran milik Harold.
"Apakah kau pernah menonton film 'Tidak Semua yang Berkilau Adalah Emas'?" tanya Isabella tiba-tiba.
Ethan berhenti di depan restoran milik Harold karena letaknya paling dekat. "Tidak, tapi apa isi filmnya?" Dia bertanya dengan polos.
Isabella menghela napas dan menoleh ke arah lain.
Ponselnya berdering saat dia keluar dari mobil. Itu panggilan dari Harold. Dia segera mengangkatnya.
"Halo Harold," dia menjauh dari mobil agar Isabella tidak mendengar percakapan mereka.
"Aku baru saja melihatmu turun dari mobil. Apa kau ke sini untuk menemuiku?"
Ethan menoleh ke belakang, lalu melihat ke atas seolah-olah akan melihat Harold. "Tidak, aku ke sini untuk makan siang dengan seseorang."
"Oh, bisa kau naik ke atas? Ke kantorku? Aku tidak akan membuang-buang waktumu. Aku akan memberimu kartu VIP supaya kau bisa menikmati semua makanan secara gratis," jelasnya. "Aku tidak ingin kau menggunakan uangmu untuk membayar makanan," tambahnya.
Ethan mengangguk. "Kedengarannya bagus. Aku akan segera ke sana," katanya sambil menutup telepon dan berjalan mendekati Isabella karena wanita itu sudah keluar dari mobil.
"Ada masalah apa?" Isabella menaikkan alisnya.
Ethan menggeleng pelan. "Sudah beres. Bisakah kamu memberi aku waktu sebentar sambil aku urus sesuatu? Aku akan bergabung denganmu segera, kamu sebaiknya pilih lokasi yang nyaman selama aku tidak ada," katanya.
Isabella mengangguk singkat. "Itu terdengar bagus."
Ethan masuk ke restoran dan berjalan ke kantor yang dimaksud setelah bertanya ke salah satu pelayan. Dia berhenti di depan pintu dan mengetuk pelan.
Pintu sudah terbuka sebelum dia sempat mengetuk lagi, dan Harold berdiri di sana. "Ini," Harold menyerahkan kartu. "Nikmati makan siangmu," ujarnya.
Ethan mengambil kartu itu dan tersenyum. "Terima kasih."
Dia kembali ke bawah dan matanya segera mencari di mana Isabella berada. Dia menemukannya lalu berjalan mendekat, kartu itu sekarang di dalam sakunya.
"Hai, apakah semuanya baik-baik saja?" Isabella menatapnya sebentar. "Apakah kau bekerja di sini?"
Ethan menggeleng kepalanya sebentar. "Kau sebaiknya memesan dulu," dia menyarankan dan mengambil menu
Pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka hampir seketika.
"Ceritakan padaku, Ethan, apa yang kau sembunyikan?" Dia menatapnya lama sekali, tatapan itu cukup intens hingga membuat Ethan menatap balik.
"Apa? Aku tidak menyembunyikan apa pun," dia membantah.
Isabella hampir saja membalas tapi dia menahan diri karena pelayan sudah datang kembali membawa pesanan mereka.
Isabella mulai sibuk dengan makanannya. "Jadi, apa pekerjaanmu sekarang?"
"Aku baru saja dapat pekerjaan di Nexora Corporate," jelasnya singkat, tak terlalu berminat menjelaskan panjang lebar.
Isabella kembali menatapnya. "Itu perusahaan milik Tuan Harold."
Ethan mengangguk dan menatap matanya untuk beberapa detik dalam diam. "Itu..."
"Hai, cantik!" Sebuah suara berat dengan aksen jelas memotong kata-kata yang akan diucapkan Ethan. Dia menoleh dan melihat seorang pria bertuxedo. Pria itu tinggi dan berotot.
Isabella melambaikan tangan padanya.
"Kamu sangat cantik, bagaimana kalau aku perlakukan kamu dengan baik?" kata pria itu, dengan senyum menggoda di sudut bibirnya.
Ethan merasa kesal. "Hei, kau punya mata? Kau bisa lihat bukan, dia sedang bersama seseorang?"
Pria itu menoleh untuk melihat Grey. "Benarkah?" Dia tertawa. "Aku pikir kau pengawalnya," dia tertawa lagi.
Tangan Ethan mengepal pelan di sisi tubuhnya. "Pergi sekarang sebelum aku berubah pikiran," ancamnya dengan suara dalam.
"Baiklah," pria itu melambaikan tangan dengan meremehkan. "Lihat, aku orang kaya, bukan orang rendahan seperti dia."