NovelToon NovelToon
BAHAGIA?

BAHAGIA?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir
Popularitas:663
Nilai: 5
Nama Author: Nemonia

berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Ibu! Ibu!" Dengan panik Satya menghampiri Shintia dan memperhatikannya dengan seksama di mana kekhawatiran dan kecemasan tetap bertahan sejak melihat ibunya nyaris tertabrak.

Tiiin!

Suara klakson terdengar keras membuat seluruh pandang mata tertuju pada Satya dan Shintia di tengah jalan.

Shintia diam termenung menyadari kesalahannya. Bukan hanya kesalahannya mengira orang yang dilihatnya adalah Yoga, tapi juga karena kecerobohannya ia telah menyebabkan seseorang celaka. Dan tak ada yang menduga, bahwa yang nyaris celaka karenanya adalah, Jessica.

"Satya, kira-kira... bagaimana keadaannya? Apa kita hubungi ayahnya saja?" tanya Shintia pada Satya yang duduk di sebelahnya.

Satya menghela nafas. "Sebelumnya dia sudah berpesan agar tidak menghubungi ayahnya. Tapi kita tunggu saja dulu setelah dokter selesai memeriksa keadaannya," ujar Satya. Sebelumnya saat ia membawa Jessica ke rumah sakit, wanita itu masih sadar dan berpesan agar tidak menghubungi ayah atau adiknya.

Shintia hanya diam tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Tapi... bagaimanapun dia hampir celaka dan itu semua karena ibu," lirihnya sarat akan nada penyesalan.

Satya terdengar menghela nafas, sepertinya sudah saatnya ia bertanya pada ibunya. Sebelumnya ia belum sempat membicarakan hal ini karena mementingkan keadaan Jessica. Sebelum menjadi bahan tontonan lebih banyak orang, ia segera mengajak Shintia membawa Jessica ke rumah sakit. Karena bagaimanapun, kecelakaan yang dialaminya karena kesalahan sang ibu. Bahkan mereka nyaris tertabrak sebuah mobil pickup jika saja pengemudi mobil itu tak segera menginjak rem. Kesalahan kecil yang ibunya lakukan hampir membuat mereka tak akan bisa berkumpul bersama dengan sang ayah.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ibu berlari seperti mengejar sesuatu? Apa yang sebenarnya ibu cari," tanya Satya.

Shintia menatap Satya dengan pandangan tak terbaca seolah ada yang ia sampaikan namun lidahnya terasa kelu. la pun menunduk dan berusaha mengatakannya. "Ibu... ibu seperti melihat ayahmu. Dia di seberang jalan, duduk di luar restoran."

Satya hanya diam mendengarkan, mencerna apa yang ibunya katakan meski rasanya itu sangat mustahil.

"Ibu tahu itu tidak mungkin. Tapi entah kenapa ibu ingin memastikannya sendiri. Ibu ingin melihatnya dengan lebih jelas bahwa ibu hanya salah orang. Tapi sebelum ibu menemuinya, dia lebih dulu pergi," lanjut Shintia dengan suara pelan. la hanya takut Satya menganggapnya terlalu berlebihan hingga mengalami yang namanya halusinasi. Melihat orang lain mirip dengan ayahnya. Padahal sudah sangat jelas, itu tidak mungkin.

Satya menggenggam tangan Shintia yang berada di atas pangkuan membuat Shintia menoleh menatapnya. "Lain kali jika ibu melihatnya lagi, katakan pada Satya biar Satya yang mengejarnya, menemuinya dan memastikan. Jangan melakukan hal yang sama lagi seperti tadi. Jangan membuat Satya khawatir." Diusapnya jejak air mata di pipi sang ibu dan menatapnya dengan sorot mata nan teduh.

Shintia tercenung mendengarnya, ia bahkan tak berkedip melihat bagaimana raut wajah Satya sekarang. la kira Satya akan marah padanya, menyalahkannya dan menganggapnya terlalu berlebihan hanya karena memikirkan ayahnya, tapi ia salah. Satya justru menunjukan bahwa Satya mendukungnya, percaya pada apa yang dikatakannya. Bibir Shintia bergetar, ia mengalihkan pandangan dari sang putra dan setetes air mata pun jatuh melewati ujung mata.

Tepat di saat itu dokter yang menangani Jessica keluar dari ruangan membuat Shintia dan Satya segera menanyakan keadaan Jessica. Dokter pun mengatakan Jessica mengalami cedera di kepala juga tulang rusuk serta kaki. Walau tak parah, namun perlu cukup waktu agar sembuh sepenuhnya.

Mendengar itu tentu saja Shintia amat merasa bersalah. la dan Satya segera memasuki kamar di mana Jessica dirawat setelah dokter mengizinkan keduanya.

Jessica terbaring di atas ranjang di mana terdapat luka di kepalanya akibat membentur stir. Sementara kaki kanannya terbalut perban.

"Ya, Tuhan ... Nak, maafkan ibu. Maaf," ucap Shintia saat telah berdiri di sisi ranjang melihat keadaan Jessica. Sementara Satya yang berdiri di samping sang ibu juga menunjukkan rasa bersalahnya.

Jessica melempar senyuman tipis walau tampak jelas terpaksa. "Tidak apa-apa, Tante," ucapnya dengan suara pelan. la baru saja sadar dan sebelumnya meminta dokter agar mengizinkan Satya dan Shintia melihat keadaannya.

Shintia tak dapat memebndung air matanya. la benar-benar merasa bersalah.

"Maafkan ibuku. Aku akan membayar semua biaya sampai kau sembuh juga memperbaiki mobilmu," ucap Satya.

"Tidak apa-apa, sungguh. Dan terima kasih sudah membawaku ke sini," balas Jessica. "Kau tidak memberitahu ayahku, kan?" tanyanya kemudian.

Satya menggeleng. Namun, tepat di saat itu pintu ruangan terbuka dan berdiri Raska di ambang pintu mengarah pandangan ke arah mereka. Untuk beberapa detik raut keterkejutannya terlihat jelas kala menangkap sosok Satya dan Shintia di sana.

"Shintia, Satya, kalian di sini?" tanya Raska saat berjalan menghampiri ketiganya.

Jessica melirik Satya di mana raut wajahnya seakan menuntut jawaban. Padahal Satya mengatakan tidak, tapi kenapa ayahnya berada di sana sekarang.

"Jessica, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pada Jessica namun Jessica hanya diam bahkan seolah mengabaikannya.

"Semua ini salahku. Karena kecerobohanku anakmu jadi seperti ini," ucap Shintia mengakui kesalahannya. Jika orang tua Jessica bukan Raska, ia tetap akan mengakui kesalahannya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Aku akan membayar biaya rumah sakit sampai putri anda sembuh juga membayar perbaikan mobil ," sahut Satya sebagai bentuk tanggung jawab.

"Tidak perlu. Yang terpenting, Jessica baik-baik saja," jawab Raska.

"Kakak!"

Suara teriakan Olivia terdengar membuat keempat orang di sana menoleh. Olivia berlari menghampiri Jessica dan tampak cemas melihat keadaannya.

"Ya, Tuhan, Kakak, apa yang sebenarnya terjadi ?"

"Kau sudah melihatnya sendiri," jawab Jessica ketus membuat Satya merasa ada yang aneh dengan hubungan kakak beradik tersebut.

Sementara Raska yang mendengarnya segera menegur Jessica. "Jes, adikmu mengkhawatirkanmu!"

Jessica hanya diam dan mengalihkan pandangan dari semua orang. la mengarah pandangannya pada jendela ruangan.

Beberapa saat setelahnya, terlihat Shintia dan Raska yang duduk di luar di kursi tunggu. Shintia masih terlihat menyesali apa yang telah terjadi. Menyesali kecerobohannya.

"Sudahlah, Shin. Lagipula anakku baik-baik saja, jangan menyalahkan dirimu terus. Lagipula, apa yang sebenarnya terjadi?" hibur Raska sekaligus menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelumnya ia mendapat kabar dari seseorang bahwa putrinya mengalami kecelakaan.

"Tapi tetap saja, semua karena kecerobohanku ," balas Shintia kemudian menoleh menatap Raska. " Dan kau... bagaimana kau tahu? Jessica sebelumnya berpesan agar tidak menghubungimu."

"Salah seorang teman yang tahu bahwa Jessica anakku kebetulan berada di sana dan dia segera menghubungiku," jawab Raska disertai senyum tipis. "Jadi, apa yang membuatmu tak memperhatikan keselamatanmu? Jika Jessica tidak membanting stir, tak tahu lagi apa yang terjadi padamu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!