"hidup di dunia ini tidak semua bernasib beruntung, kadang aku sangat iri dengan kehidupan orang lain yang terlahir kaya, mereka tidak perlu bersusah payah untuk bekerja keras pagi, siang dan malam dengan upah yang tak seberapa, hidup di tengah kota seorang diri membuatku sedikit frustasi, beruntungnya aku masih punya seseorang yang ku kenal, orang yang selalu membantu dan menghiburku disaat semua tidak baik baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bee aja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jadi serba salah
lea baru saja keluar dari pintu apartemen felix, langkah kakinya terhenti saat seseorang tengah berdiri di depannya, lea sontak sangat terkejut.
"apa yang kau lakukan disini?" tanya mathias dengan tatapan yang tak bisa lea artikan.
"Mathias.. a..aku..!" ucap lea bingung harus menjawab apa.
"kau keluar dari tempat ini.. dari tadi kau tak membalas pesanku.. dan apa yang kau lakukan disini?" tanya Mathias heran.
"sayang kau masih disini?" ucap felix tiba tiba keluar dengan membawa sekantong plastik sampah.
felix juga merasa terkejut saat melihat Mathias berdiri di depan apartemennya bersama lea.
"apa kau bilang? sayang?" tanya mathias bingung.
"kau mau apa kesini?" tanya felix dengan nada sinis.
"lea.. apa yang terjadi disini?" tanya mathias tidak mengerti.
felix menatap lea yang terlihat gugup.
"apa kalian saling kenal?" tanya felix.
"emm..aku harus pergi" ucap lea berjalan dengan cepat meninggalkan mereka.
"leaaa?" panggil mathias.
"aku tanya! apa kau kenal dia?" tanya felix dengan nada serius.
"ya... Aku mengenal dia dengan sangat baik" ucap mathias dengan jujur.
"dengar ya, jangan menggangguku lagi!" ucap felix segera pergi untuk membuang sampah.
"kenapa lea menyukai orang kekanakan sepertimu?" ucap Mathias dengan nada sinis.
felix seketika menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah Mathias.
"kenapa? Apa kau berharap padanya?" tanya felix.
namun mathias hanya diam tak bisa menjawab.
"aku akan pergi" pamit Mathias segera meninggalkan felix.
"cihhh... jadi kau juga menyukainya" ujar felix dengan tatapan sinis.
di sisi lain lea tengah di perjalanan menuju apartemennya, lea tengah berada di dalam taxi dengan perasaan bimbang.
"mati aku" batin lea sambil menggigit jarinya.
"arghhh kenapa jadi begini sihhh, kenapa mathias disana?" batin lea.
"mereka yang bertengkar kenapa aku yang ketakutan? apa dia akan mengusirku sekarang?" batin lea merasa takut.
sesampainya lea di apartemen lea langsung masuk dan menuju ke kamarnya.
lea melemparkan dirinya ke tempat tidur.
"arghhhhh sialan apa apaan ini! kenapa aku panik sekali?" ucap lea sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
ting tung! Ting tung!
lea terkejut karena mendengar suara bell pintu.
dari suara bel pintu, lea sudah tau itu pasti mathias, karena terus berbunyi tanpa henti sampai lea mau membukanya.
"astaga! kenapa secepat ini? aku belum siap di usir dari sini" batin lea merasa khawatir.
lea tak berani untuk membuka pintu, karena ia tau mathias mungkin akan marah kepadanya.
namun bellnya terus berbunyi, lea mau tidak mau harus membukanya karena sangat berisik menggangu tetangga.
ceklek! Lea membuka pintu perlahan.
lea menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah mathias.
"kenapa kau menghindariku?" tanya Mathias heran.
"maaf" ucap lea pasrah.
mathias segera masuk ke dalam apartemennya, kini mereka tengah duduk di sofa depan tv dan saling terdiam.
"sejak kapan kau mengenal dia?" tanya Mathias memecah keheningan.
"aku kenal dia secara tidak sengaja" ungkap lea merasa gugup.
"apa yang kau tau?" tanya Mathias terlihat khawatir.
lea menatap Mathias, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, namun mathias terlihat sangat kecewa.
"aku mendengar rumor tentang kalian, tapi aku sudah terlanjur bersama felix... aku benar benar minta maaf, aku bukanya tidak tau diri, tapi aku menyukai felix... maaf banget" ungkap lea sambil menundukkan kepalanya.
tatapan kecewa penuh amarah membuat mathias hanya diam.
"aku akan pergi" ucap Mathias tiba tiba.
lea tau Mathias akan sangat kecewa, tapi ia benar benar tidak bisa berbuat apa apa.
lea hanya berdiam diri di sofa, ia mulai memejamkan matanya bingung dengan situasi yang ia hadapi sekarang.
sementara disisi lain Mathias pergi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
matanya menahan air mata sambil menggertakan giginya, Mathias terlihat marah.
sampai di rumahnya, ia segera menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
brakkk!
"astaga! kaget aku" ucap pelayan di rumah Mathias.
"kenapa bi?" tanya nyonya elis ibunya mathias juga mendengar suara bantingan pintu.
"ga tau nyah, itu tuan Mathias baru masuk kamar" jawab pelayan sambil menunduk.
"apa mereka bertengkar lagi? aku menyuruhnya untuk menemui felix" ucap nyonya elis terlihat khawatir.
"harusnya aku tidak menyuruhnya pergi, kenapa anak anakku tidak bisa akur? aku sangat merindukan felix, kapan kita akan berkumpul bersama lagi" ucap nyonya elis dengan raut wajah sedih menatap pintu kamar Mathias.
"yang sabar ya nyah" ucap pelayan mencoba menenangkan nyonya elis.
sementara itu disisi lain felix baru kembali membuang sampah, dia berjalan menuju apartemennya dengan tatapan kosong, ia benar benar tidak mengerti dengan situasinya sekarang, namun ia tau dengan melihat ekspresi mathias, dia terlihat sangat kecewa.
"apa hubunganmu dengan mathias lea?" ucap felix mulai penasaran.
skip.
ke esokan harinya, ini benar benar hari yang berat untuk lea, ia sama sekali tidak memiliki semangat untuk pergi ke kampus.
"aku terlanjur nyaman disini" ucap lea sambil menatap sekelilingnya.
"dia pasti kecewa, siap tidak siap aku pasti pergi dari sini, dan mulai dari awal lagi" ucap lea merasa sedih.
lea berangkat ke kampus, sepanjang perjalanan ia hanya diam dan melamun, ia benar benar tidak suka melihat Mathias jadi begitu dingin kepadanya, namun apalah daya ia benar benar membuatnya kecewa kali ini.
sampai di kampus, lea benar benar tidak fokus dan terus memikirkan masalah yang di hadapinya, ia terus melamun hingga tidak menyimak apa yang di sampaikan oleh dosen.
"lea?" panggil nicolas.
"hmm.. ya?" tanya lea dengan lesu.
"ada apa? apa kau sakit" tanya nicolas yang melihat lea terus menunduk selama kelas.
"enggak kok, aku hanya tidak mood" jawab lea.
"apa terjadi sesuatu?" tanya nicolas.
"entahlah" jawab lea.
Lea segera bangkit dari kursinya untuk keluar daru kelas.
lea menghentikan langkah kakinya karena melihat felix berada tepat di depan kelasnya.
"felix?" ucap lea terkejut.
"ikut aku?" ujarnya dingin.
lea pov.
aku belum siap untuk menjelaskan semuanya kepada felix, namun kenapa situasinya seolah menyudutkanku, aku merasa sangat bersalah disini.
aku mengikutinya dari belakang, menuju ke parkiran kampus, biasanya dia bersikap sangat hangat padaku dan selalu tersenyum sambil menggandeng tanganku, namun kali ini dia terlihat berbeda, ini sangat menyakitkan bagiku.
aku tidak ingin bertanya kemana dia membawaku, kami hanya diam selama perjalanan di dalam mobil.
felix membawaku ke apartemennya.
"lea?" panggil felix.
"iyaaa?" jawabku dengan gugup.
"sejak kapan kau mengenal dia?" tanya felix dengan serius.
"sejak... aku masih kecil" jawabku dengan jujur.
"jadi kalian sangat dekat ya" ucap felix.
"aku... tidak tau apa yang terjadi dengan kalian, tapi entah kenapa situasinya terlihat buruk, awalnya.. aku tidak tau kau siapa, kau juga tidak pernah bercerita soal dirimu" jelasku
"yaa.. kau tidak bersalah disini, kami tidak dalam hubungan yang baik, maaf telah membuatmu binggung" ucap felix.
aku menatapnya, kupikir Mathias menceritakan semuanya pada felix, soal Mathias punya kontribusi dalam hidupku saat ini, namun sepertinya mathias tidak mengatakan apa apa kepada felix.
"iyaa... aku mengerti" jawabku.
felix berjalan ke arahku, lalu memeluk tubuhku.
"i love you lea" ucap felix sambil mengeratkan pelukannya.
"i love you to felix" jawabku ragu meski aku masih dalam kondisi bingung dengan apa yang sedang terjadi di antara kami.