Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Aris berjalan keluar meninggalkan pantry menuju ruangan Antony sambil membawa secangkir teh buatan Mia di tangannya yang baru diseruputnya sedikit, rasa tehnya menurut Aris begitu menyegarkan, manisnya pas, dan terasa menghangatkan tubuhnya seperti dapat mood booster di pagi hari. Sambil senyam senyum Aris masuk ke ruangan Antony begitu saja tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu, pasti karena dia bossnya jadi bebas lah ya..
Aris langsung duduk di sofa dengan santai sambil memegang cangkir tehnya, kemudian menyeruput tehnya pelan sampai terdengar suara ah.. terlihat sangat menikmatinya. Antony yang melihat ekspresi Aris meminum tehnya begitu lebay, merasa heran karena melihat sahabatnya yang juga sekaligus bossnya itu senyum senyum sendiri nggak jelas, ia tidak bisa untuk tidak bertanya "minum teh sampai segitunya, lebay..memang itu teh apa?" Tanya Antony yang ikut mendudukkan diri di samping Aris.
"Tehnya biasa tapi rasanya yang luaarr biasa.." jawab Aris sambil mengacungkan jempolnya.
"Curiga..siapa yang bikin? Nggak mungkin OB pasti?!" Antony seperti mempunyai feeling yang tepat sasaran.
Aris tertawa pelan, dan mengedikkan bahunya seperti berkata "tebak sendiri"
Membuat Antony tersenyum menyeringai.
Aris memang sudah sedikit banyak cerita tentang Mia kepada Antony, tentang rasa suka dan kekagumannya kepada Mia saat remaja dulu, tentang perasaan yang tak tersampaikan karena Aris yang kurang gentle tidak berani mendekatinya langsung sendiri tetapi melalui perantara atau mak comblang yang ternyata membohonginya, entahlah apa alasan Yuni sang perantara itu melakukannya tapi dari pemikiran Antony, Yuni kemungkinan besar punya rasa suka kepada Aris dan disitulah letak kebodohan Aris.
Bahkan Antony sangat puas meledek dan menertawakan dirinya tentang hal ini, bisa-bisanya ia yang punya daya tarik sebagai laki-laki bisa ciut tak punya nyali mendekati langsung gadis polos biasa yang berpenampilan sederhana itu, namun sangat indah di mata Aris.
"Bro jangan coba-coba main api, kalau sudah terbakar susah padam nanti.." Antony seperti memberi peringatan sebagai bentuk rasa pedulinya.
Aris berdecak kesal "kejauhan kamu mikirnya, siapa yang mau main api? Main api sama siapa?"
"Iya..sebagai sahabat, cuman mau mengingatkan jangan pernah memberi celah untuk setan masuk, bisa berantakan nanti, ingat sama yang di rumah, dan ingat juga kalau dia itu bini orang bro..!" membuat Aris tertawa terbahak
"Ya nggak lah..otakku masih waras Ton, tapi rasanya seneng aja bisa berinteraksi sama dia, coba dulu ada kesempatan seperti ini ya.. meskipun cuman berteman pasti sangat menyenangkan" ada sedikit sesal dari nada bicara Aris
"Lagian seandainya aku niat jadi brengsek mau main api, kalau sama dia orangnya pasti nggak bakal bisa, susah digodain Ton.." imbuhnya yakin
"iya sih sepertinya susah, yang gue lihat dari selama ini dia orang yang taat, rajin ibadahnya, kalem, lempeng, dan nggak neko-neko orangnya"
Aris mengangguk tersenyum seraya menyetujui pendapat Antony.
"Tapi ya belum tentu juga sih bro.. ibaratnya nih dalamnya lautan bisa diukur tapi dalamnya hati seseorang siapa yang tahu? Betul..?!" Ucap Antony menambahkan, membuat Aris terkekeh.
Tapi kemudian Ponsel Aris berdering ternyata Ayahnya yang menelpon, meminta ia dan isterinya nanti malam untuk berkunjung ke rumah orangtuanya untuk makan malam bersama.
*****
Sore hari ketika jam kantor telah usai 30 menit yang lalu, Mia baru bersiap untuk pulang setelah membereskan berkas-berkas yang ada di mejanya, kemudian mematikan komputernya.
Mia berjalan keluar dari ruangannya rasanya lelah sekali hari ini. Mungkin karena badannya yang belum terlalu fit, Mia merasa hari ini terasa lamban dalam mengerjakan tugasnya apalagi harus mengecek pekerjaan yang kamarin dikerjakan pak Aris sangat menguras tenaga dan energinya hari ini. Sampai ia menunda melaksanakan kewajiban Ashar karena tanggung, padahal ia tahu itu tidak boleh tapi karena ia fikir supaya bisa menghemat waktu dan energinya untuk tidak bolak-balik.
Sementara temannya Nina dan Santy sudah pulang duluan, Mia memilih sholat di Mushola luar yang ada di bawah dekat dengan parkiran. Saat sudah selesai sholat Ashar rasanya plong dan rasa lelahnya sedikit berkurang terasa lebih segar karena terkena air wudhu.
Mia berjalan ke parkiran yang sudah sepi tinggal beberapa gelintir saja motor dan mobil yang masih terparkir di sana.
Mia berjalan dengan kikuk karena merasa diperhatikan oleh kedua bossnya pak Aris dan pak Antony yang keluar dari kantor berjalan beriringan menuju mobilnya masing-masing, tapi ketika mereka melihat Mia mereka memperhatikan Mia seraya menunggunya,
"Loh Mia belum pulang, dari mana? Antony yang menyapanya
"Iya pak ini mau pulang, tadi habis dari musholla dulu" Mia menjawabnya dengan tersenyum, yang membuat Aris terpana menatap wajah cantik polos Mia yang bersinar setelah terkena air wudhu, terlihat dari hijab di sekitar wajahnya yang masih basah, meskipun sedikit pucat tapi menurut Aris Mia selalu menarik perhatiannya dan tidak bisa untuk ia tak menatapnya.
"Kenapa jam segini baru mau pulang?" Giliran Aris yang bertanya,
"nggak ada apa-apa, tadi soalnya tanggung pak.." jawabnya lirih
Membuat Antony tertawa "setuju memang kalau yang tanggung tuh nggak enak, jadi harus dituntasin ya Mia..?!"
Aris memukul lengan Antony, "kenapa jadi arahnya ke sana, dasar fiktor (fikiran kotor)"
"iyaa bener kan kalau pekerjaan harus diselesaikan sampai tuntas gitu kan Mia..? Ketahuan yang fiktor tuh sebenarnya siapa?" Antony masih tertawa
Mia ikut tersenyum dan menggelengkan kepala melihat interaksi kedua bossnya, sedekat dan seakrab itu seperti bukan atasan dan bawahan. Lalu ia berniat untuk pamit, "Maaf Saya duluan ya pak Tony, pak Aris, mari.."
Membuat Antony mengangguk dan berjalan menuju mobilnya, tapi Aris masih diam terpaku melihat Mia yang berjalan ke arah parkiran motor yang tidak jauh darinya berdiri, melihat Mia mengambil helm dan berniat untuk memakainya tapi Mia kesulitan saat membuka tali pengait helm nya, tidak bisa dibuka, Mia bingung biasanya gampang-gampang aja tapi kenapa jadi susah banget begini fikir Mia, dan dari ekor matanya ia tahu kalau pak Aris berdiri memperhatikannya membuat Mia jadi tambah kikuk saja.
Dan benar saja Pak Aris berjalan mendekat ke arahnya, "kenapa helmnya? Sini lihat..!" Aris menawarkan bantuan
Tapi dasar Mia yang nggak enakan orangnya, menggeleng dan masih mencoba memencet cetekan pengaitnya yang macet, Aris masih memperhatikannya sambil menggeleng berfikir ternyata keras kepala juga Mia. Namun kemudian Mia meringis ketika jari tangannya sudah terasa sakit, dan ia menyerahkan helmnya pelan ke Aris merasa tak enak hati,
Aris tersenyum menerima helmnya, dan ia ternyata perlu ekstra effort untuk bisa membukanya, tapi akhirnya bisa dibuka juga lalu Aris hendak memakaikannya ke kepala Mia tapi langsung dicegah oleh Mia, "Makasih pak, maaf saya bisa sendiri "
Mia dan Aris seketika terkejut saat Antony membunyikan klaksonnya di depan Aris dan Mia sambil membuka kaca mobilnya, seraya mendongak manautkan kedua alisnya seperti bertanya "kenapa?" Kepada Aris, dan dijawab oleh Aris dengan gelengan kepala sambil tersenyum sebagai jawaban "it's oke".
"Yok ah duluan.."ucap Antony melambaikan tangan ke arah Aris dan Mia,
"Yok..take care" jawab Aris melambaikan tangan juga
"Hati-hati pak.." jawab Mia sambil menganggukkan kepalanya.
Aris menoleh ke arah Mia yang ternyata sudah memakai helmnya tanpa dikaitkan talinya, "supaya safety dikunci," dagu Aris menunjuk ke arah dagu Mia
"Nggak usah pak, nanti susah lagi dibuka. Insya Allah tetap aman" Mia beralasan
"Kelihatan sedikit pucat, masih sakit?" Aris bertanya lagi
Mia menggeleng cepat, "saya permisi duluan pak Aris, terimakasih.." ucap Mia sambil menaiki motornya dan menyalakannya
Aris mengangguk, "Hati-hati di jalan, nggak usah ngebut"
Mia membunyikan klaksonnya berlalu dari hadapan Aris, dan Aris masih memperhatikan motor Mia sampai di depan pintu gerbang lalu keluar ke jalan raya dan tak terlihat lagi, baru ia masuk ke dalam mobilnya untuk pulang.