NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Setelah mendapatkan jawaban yang pasti, Serra tak bisa menyembunyikan kebahagiaan nya. Ia berlari pelan menuju ke arah Vicky. " Vic,,, Lo tak gak ?," Ucap Serra tak sabaran.

Vicky tengah berpura pura membenahi rambutnya, padahal dia sedang menutupi wajahnya sejak tadi. Ia berusaha tenang , berharap tidak ada hal aneh yang menjatuhkan reputasi nya saat ini. Ia hanya terdiam sambil mengintip Serra.

"Vicky, " Tegur Serra.

"Iya, "

"Gue ngomong sama Lo, malah diem aja." Terka nya kesal.

"Ngomong apa?,"

"Ishhhh,,, Lo mau tau gak? gue ngomong apa barusan sama kak Adit, " dengan wajah ambigu.

Vicky terperangah, ia memutar otak sebentar. Ingin rasanya menjawab tidak, tetapi pastinya Serra akan membicarakan hal ini juga . " Iya," Jawab Vicky menggelengkan kepalanya perlahan.

Serra terkejut, mengkerutkan kedua alisnya. bagaimana sebenarnya konsep gadis ini. Ia menyetujui ucapan nya, tetapi gerakan kepalanya menandakan sebaliknya.

"Yang bener yang mana sih, Lo bilang iya. Tapi kepala Lo geleng geleng?," Jelas Serra bingung.

Vicky baru menyadari, bahwa perkataan dan pikirannya tidak sinkron. "Ouhhhh,, engga leher gue agak pegel," Vicky mengusap leher nya.

Serra manggut manggut, " Awas Lo, sengklek ntar. Yaudah, lupain aja. Jadi tadi kak Adit setuju sama yang gue omongin," bisik Serra mendekatkan wajahnya pada Vicky.

"Emang Lo ngomong apa?,"

"Jadi, gue ngomong....."

Serra tiba tiba menghentikan pembicaraan nya, pikirannya tersentak , kedua bola matanya melebar sempurna. Dengan nafas dalam, ia mengerjapkan kedua matanya dengan cepat. Vicky sedang menunggu lanjutan dari pembicaraan nya. Entah mengapa gadis ini tiba tiba berhenti. Seperti seseorang yang terkena hipnotis.

"Aduhhhh...." Serra mulai memegangi kepalanya.

"Kenapa Lo?," Tanya Vicky tak mengerti.

"Gue lupa,, kalo gue harus ngumpulin tugas bahasa Vicky !!!," Seru nya panik.

"Bukannya Lo udah ngumpul?,"

"Ya emang udah,, tapi tadi Bu Ambar, suruh gue yang ngumpulin tugas anak anak ke ruangan nya ," Rengek Serra mulai cemas.

Ia melihat jam tangannya, ia semakin tercengang dibuatnya. 7 menit lagi jam pelajaran akan segera dimulai. " Aduhhhh,,, Vic gue harus ke kelas sekarang, bentar lagi bel masuk. "

"Pembicaraan kita?,"

"Udah nanti aja,, gue udah telat.Bisa bisa gue dihukum Bu Ambar, yaudah gue pergi dulu. Oh ya Vic, Sekalian tolong bawain gue air mineral ke kelas , ya?" Ucap Serra beranjak bangun, dan segera berlari dengan cepat.

"Ya ampun,,," teriak pelan Serra sepanjang berlari.

Vicky menghela nafas dalam, melihat tingkah Serra yang tidak ada habisnya. Ia bahkan belum menyelesaikan obrolan nya tadi. Sekarang malah tinggal main pergi.

"Serra, Serra, cape gue," Gerutu Vicky, menyeruput sisa jus buah naga.

********

Adit melangkah memasuki kelas, ia membawa beberapa cemilan dan air mineral di tangan nya. Devan memberi kode mata pada El. Mereka menoleh bersamaan, memperhatikan segambreng cemilan di tangan kiri, dan beberapa minuman di tangan kanan.

"Nih,, gue beliin kalian. Cemilan kesukaan beserta air putih yang menyegarkan," Jelas Adit meletakkan makanan dan minuman di meja El.

Melihat tumpukan makanan dan minuman, mata Devan membelalak. senyum mulai merekah di wajahnya, tetapi ia berusaha menahan tawa yang ingin meledak. Ia menatap kebawah, sambil mengkondisikan bibirnya, agar tidak ketauan.

Semakin berusaha untuk menahan diri, semakin membuat Adit peka dengan situasi disekitar nya. " Kenapa Lo Van ?," Tanya Adit sedikit bingung .

"Engga, gue gak papa," Sahut nya singkat.

Adit menyipitkan pandangannya, "Boong, gue tau. Lo ngetawain gue kan, ngaku!!!," tekannya memaksa.

"Apaan?, Engga!! Penting amat ngetawain Lo," Ketus Devan dengan wajah datar.

Adit mencoba mempercayai ucapan pria ini. Sebelum tiba tiba pikirannya diserang oleh ingatan penting. Ia mulai berpikir, ada sesuatu yang aneh. Wajahnya berubah datar, kemudian ia beranjak ke tempat duduknya, tanpa suara, tanpa kata dan tanpa drama.

Ia duduk terdiam, menatap kosong ke depan. Jelas ini mengundang kecurigaan , El dan Devan mulai curiga. Mereka berdua saling bersinggungan bertanya tanya. Kira kira hal apa lagi yang menyerang temannya kali ini.

"Kayaknya ada yang janggal, tapi apa?," ucap hati Adit.

Ia memejamkan kedua matanya sejenak, berusaha fokus dan mengingat apa yang sebenarnya terjadi. " Kenapa lagi dia?," ucap Devan.

"Tunggu aja, mungkin ada drama baru," Sahut El.

Saat pikirannya mulai berputar, tiba tiba seklebat bayangan gadis itu muncul. Ia mulai meriset ulang. Membuka kedua matanya dengan tiba tiba, beranjak bangun dan. " El,,,," Teriak nya.

"Tu kan?," El tersenyum pada Devan, tebakan nya kali ini benar.

Adit berlari terburu buru mendekati meja El," Gue baru inget sesuatu," Ucap nya.

"Apaan?,"

"Tadi, gue ketemu cewe yang nabrak Devan kemarin, gue lupa nama nya ,"

Mendengar ucapan Adit, Devan sedikit bergeser dari tempatnya. Ia mulai fokus mendengarkan.

"Terus ?,"

"Terus, dia bilang katanya. Temen satu kelas nya yang sama Lo di akun berita sekolah, "

Ekspresi El tiba tiba berubah, matanya langsung tak lepas dari Adit. Kini dia sepenuhnya tertuju pada pembicaraan ini.

"Dia bilang apa ?," Ucap El tak sabar.

" Dia bilang , temannya itu mau ngerjain tugas tambahan , sama Lo hari dan dirumah Lo, nah iya.... Dia bilang gitu."

El termenung, hatinya seperti bergejolak saat mendengar kabar ini. Senyum merekah mulai terlihat dari bibir nya, dengan tatapan bahagia dan sedikit tidak menyangka.

"El, kenapa Lo senyum senyum," Tegor Adit memperhatikan ekspresi.

"emmm,, engga," El geleng geleng, ia menundukkan wajahnya, menggigit lembut sedikit bibir nya sambil menghela nafas.

"Kenapa gue rasa, Lo bahagia banget denger kabar ini ," Adit mulai mencurigai reaksi El. Ia seperti tenang, aman dan damai. Seharusnya kan dia juga cukup terkejut, atau malah menolaknya.

Tingg...... Bel jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

Wah ini seperti , sebuah pertolongan tuhan untuknya. Ia tak perlu repot repot menjawab ucapan dari Adit, " Noh, udah bel. Sana!! mending balik, " Tegas El, mengalihkan pembicaraan nya, sekaligus mengusir keberadaan Adit secara halus.

******

Ini dia yang ditunggu tunggu para siswa moment saat semua mata pelajaran telah berlalu. Suasana hangat dengan hiruk pikuk langkah kaki, bergema pelan di halaman sekolah.

Vicky dan Serra berjalan bersama , menikmati irama perjalanan yang cukup menyenangkan.

Senyum merekah Serra selalu membawa energi positif, sementara Vicky nampak cukup datar. Ia tengah memikirkan tugas tambahan yang harus dikerjakannya.

Ia bingung harus memulai dari mana, sedangkan ia baru saja mengenal El. " Masak iya, gue harus dateng nyamperin dia. Gue aja baru tau nama nya tadi," Pikir Vicky bingung.

Serra memperhatikan wajah Vicky yang serius sedang memikirkan sesuatu. Ia sampai memiringkan kepalanya untuk menatap Vicky . "Vicky, Lo kenapa ? Muka udah kayak baju lama gak disetrika aja, lecek gitu," Ini bertanya atau meledek kesannya?.

"Emmmm,,, engga ,"

"Gak usah boong , gue tau Lo lagi mikiri sesuatu. Noh garis garis horisontal di jidat Lo keliatan,"

Vicky berdengus geli, entah perkataan dari planet mana yang sedang dia ucapkan. " Engga, Serra. Gue gak mikirin apa apa," Tegas nya sekali lagi.

"Emmmm,, oke deh.. Gue percaya,"

"Walaupun cuma sedikit," bisik nya melanjutkan ucapannya.

Mereka berdua berjalan menuju gerbang sekolah, terlihat mobil hitam pribadi yang biasa menjemput Serra sudah tiba. Tetapi ada sesuatu yang janggal, ada seseorang diluar gerbang yang tengah duduk di motor sport berwarna hitam. Menggunakan Hoodie berwarna hitam , Serra sedikit berpikir. Ia seperti pernah melihat orang ini, dari perawakannya tidak asing.

Tiba diluar gerbang, Serra terus melirik pria itu. Sampai tiba tiba , pria itu membalikkan badannya tepat saat Vicky hampir melewati nya.

"Hai," ucap nya , langkah Vicky jelas langsung terhenti. Ia cukup terkejut, apalagi dia tidak memperhatikan disekitar nya sejak tadi.

Sedangkan teman disebelahnya sudah melongo lebar, ia memperhatikan pria itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dan ternyata dia adalah El Ganendra.

"Kak El?, ya ampun. Ganteng banget pake hodie," Ucap hati nya terkagum kagum.

"Ya?," Sahut Vicky , sedikit syok. Apa yang sedang dia pikirkan tadi, tiba tiba berbanding terbalik. Ia tak perlu memikirkan cara untuk bertemu El. Eh malah, El sendiri yang datang padanya.

"Jadi kan hari ini kerja kelompok bareng?, dirumah gue?,"

"Ha??," Sahut Vicky spontan.

"Kenapa?, kok Lo kayak kaget gitu, bukannya tadi temen Lo yang bilang. Sama Adit," Jelas El.

Pembicaraan macam apa ini? Vicky bahkan tidak tahu menau tentang hal ini. Ia baru ingat, bahwa Serra lah tadi berbicara pada orang yang dimaksud. Nafas Vicky mulai berangsur naik, aliran darahnya langsung menuju ubun ubun. Ia menengok perlahan pada Serra di sebelahnya dengan tatapan tajam.

Serra berdiri tepat di sebelah nya, matanya membelalak penuh penyesalan. Ia menggigit bibir nya perlahan , kemudian disusul dengan mata yang berkaca kaca. " heheheh,,, sorry Vicky. "

"Tapi kan,, itu ide yang bagus. Gue cuma kasih saran," Ucap nya perlahan.

"Tapi gak gitu juga Serra, mau Tarok dimana muka gue. Lo nih ya,,, hihhhhhhh!!!," Jawab Vicky berbisik kesal.

"Sorry,,, "

"Kenapa? Ada masalah?, sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu," Tanya El.

"Hah???,, engga kok kak El, " Sahut Serra tersenyum.

"Vic, gue duluan ya. Mobil gue udah nunggu, kan Lo mau kerja kelompok juga," Ucap Serra semakin menyudutkan posisi Vicky. Gadis itu sangat kesal, ia bahkan mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali rasanya menjambak bibir manis itu.

Tapi dia tidak bisa berbuat apa apa. " Bye Vic, mari kak," Serra melambaikan tangan, senyum licik nya kembali terlihat. Ia sengaja melakukan itu, agar tidak ada alasan dia menolak dan sekaligus menyelamatkan dirinya dari amukan Vicky.

Kini hanya tinggal mereka berdua, Vicky jelas tidak bisa mencari alasan atau pembelaan. Di satu sisi dia sangat canggung dan malas , sedangkan disisi lain dia diuntungkan dengan hal ini.

"Jadi? Kita berangkat sekarang?," Jelas El mengajak Vicky.

"Emmmm,,, okey," sahut nya mengiyakan ajakan El.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!