NovelToon NovelToon
TANTE VIVIANNA

TANTE VIVIANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:59.8k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Sepeninggal kedua orang tuanya, Dennis harus menggantungkan hidupnya pada seorang janda kaya bernama Vivianna. Sehari-harinya Dennis bekerja menjadi asisten pribadi Si Tante, termasuk mengurusi pekerjaan sampai ke keperluan kencan Tante Vivianna dengan berbagai pria.
Sampai akhirnya, Dennis mengetahui motif Si Tante yang sesungguhnya sampai rela mengurusi hidup Dennis termasuk ikut campur ke kehidupan cinta pemuda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Tapi menjelang sore hari, jalan pikirannya malah berubah. Padahal tadi siang berapi-api menanggapiku.

Sungguh, aku kebingungan. Kutahan mati-matian untuk protes, karena aku ingin membangun image berwibawa.

Masalahnya, dia bertanya begini.

“Tapi... kalau kita berpacaran, itu kan melanggar etika? Kita ini masih keluarga loh. Lalu saya kan wali kamu. Kamu belum 21 loh Dennis. Coba kamu pikirkan ke depannya. Kita ini berpacaran tanpa rasa cinta. Itu kan namanya kamu mempermainkan saya, saya juga bisa dibilang mempermainkan kamu.”

Apa lagi ini?

Dalam waktu beberapa jam saja ia berubah pikiran. Yang tadinya meledak-ledak, menerima segala tantangan, sekarang malah ingin membatalkan semuanya.

“Hm?” aku santai saja sambil menyeruput kopi kekinianku. Sudah biasa menghadapi dirinya yang tarik ulur.

Tahu kok, aku mengerti dia ingin pasangan yang serius, berfokus ke masa depan yang cerah. Dengan kata lain, orientasi menikah.

Ya jelas aku belum membayangkan kehidupan jauh ke sana.

Pacaran sama Tante Vivianna saja baru kepikiran belakangan.

Yang akan kulakukan saat kami beneran pacaran, terus akan kencan saja, aku belum pikirkan.

Apalagi kepikiran mau kasih hadiah... yang terbayang hanya aku memasak mie goreng instan untuk dia makan malam nanti, atau belikan saja soto daging di kantin kantor? Mana yang lebih praktis saja. Karena jobdeskku ternyata sudah termasuk memasak.

“Kita putus saja deh, tak ada gunanya hubungan seperti ini.” Katanya.

Lah...

Ngapain sih ngomongin manfaat? Jalanin aja sesantainya.

“Dasar Tante plin-plan. Nanti aku kirim WA mesra ke cantika, kamunya marah-marah lagi.” Aku menggerutu. Masalahnya dia berisik kalau ngambek.

“Cantika siapa?” tanyanya

“Itu yang tadi...” aku menunjuk sembarang ke arah sekitar kami

“Dia namanya Novi! Bukan Cantika! Dasar bendera merah!!” serunya sambil memukul lenganku.

“Hebat juga Tante bisa detail memperhatikan orang padahal sambil lewat.” Kataku.

Dia diam.

Karena terpancing.

Ketahuan olehku kalau dia memperhatikanku selama ini.

Dan bisa jadi dari awal ia juga menguping pembicaraan kami.

Di kantor, gipsum bisa mendengar. Sampai nurani juga bisa didengar kayaknya.

Seperti speaker di hape android yang menurut gosip ada fitur mata-matanya.Coba kalian pikirkan selama ini, baru juga kepikiran pingin coba staycation pakai gaji pertama, baru mikir loh itu belum dilakuin, pas buka yutub udah muncul aja iklan traveloka. Baru saja ngobrol sama teman mengenai atasan, pas buka ig, tahu-tahu muncul iklan lowongan kerja di FYP pertama. Apa itu namanya bukan kebetulan? Rasanya seperti ada yang mensettingnya, yang mendengarkan semua obrolan dan pikiran kami para pengguna gadget.

Curiga itu algorithma yang megang servernya dari Bangsa Djin, bisa tahu sampai ke isi hati manusia.

“Bukan cuma kamu yang aku perhatiiin, semua yang di sini kan karyawanku.” Gumamnya sambil mengibaskan rambutnya dan memalingkan wajahnya ke samping.

Dia cantik.

Tapi jenis yang memagari diri dari semua yang mendekat.

Seakan ia tak ingin diganggu dan terganggu.

Tapi di lain pihak ia juga ingin ada yang memeluknya.

Tipikal wanita karier yang sok independent padahal mellow.

Pingin banget dikasih perhatian kayaknya.

Aku jadi ingat seseorang.

Yang sudah meninggal.

Yang mengusahakan kebahagiaan, namun akhirnya tak merasa didapatkannya, padahal yang membuat segalanya rumit adalah pikirannya yang overthinking. Terlalu banyak memikirkan hal yang negatif yang sebenarnya sudah ketemu solusinya. Tapi ia merasa solusi yang didapatkannya hanya akan menimbulkan masalah baru. Otaknya selalu memproses segala informasi yang masuk menjadi sebuah hal buruk.

Terus saja begitu, sampai depresi menggerogoti perasaannya.

Ibu...

Kalau saja kamu memiliki waktu untuk memikirkan dirimu sendiri.

Atau menyediakan ruang untuk menghitung berapa banyak perhatian kami padamu.

Akankah kalian masih hidup untuk menemaniku menyusuri petak dunia?

Sudahlah, ya sudahlah.

Tak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi.

Tapi aku punya peluang untuk mencegah yang akan terjadi.

Salah satunya, wanita di depanku ini. Yang mulai merasa hidupnya sepi dan dia sendirian.

Dan ada secercah harapan di hatinya kalau ia bisa bersandar padaku, satu-satunya keluarganya, satu-satunya orang yang bisa ia percaya.

Aku salah langkah sedikit saja, aku bisa dianggap mengkhianatinya.

Dan saat itu terjadi, hancurlah ia.

“Tante.” Aku meraih tangannya dan ku genggam.

Aku tak peduli pandangan orang terhadap kami sekarang.

Entah kenapa.

Aku merasa semua itu bukan urusan orang lain.

Kurasakan ia menarik tangannya, tapi aku mengeratkan genggamanku.

“Jangan ber-“

“Dengarkan aku dulu.” Aku memotong protesnya.

Ia pun diam.

Menatapku dengan waspada.

Tapi masih berusaha menarik tangannya yang berada di dalam genggamanku.

“Aku tahu kamu takut ditinggalkan, dan bahwa hubungan pacaran bisa berubah menjadi orang lain dalam sekejab. Salah bicara sedikit saja, kamu akan sendirian lagi. Karena sejatinya hubungan itu tanpa komitmen, tanpa perjanjian, tanpa dokumen, namun mengorbankan hati. Benar?”

Ia tampak menghela nafas.

Jadi kuasumsikan, aku benar.

Kutangkup kedua tanganku untuk menyelimuti tangannya.

Kuposisikan diriku sebagai seorang keponakan yang sedang mendukung perbuatan Tantenya yang sedang galau.

Kutepuk-tepuk punggung tangannya.

“Aku juga nggak bisa janji akan selalu setia. Takutnya kulanggar janji itu. Saat terjadi pelanggaran bisa jadi tragedi penghilangan nyawa terulang kembali. Kamu takut yang satu itu terjadi kan?” tanyaku.

Karena ia merasakan sakitnya ditinggalkan... dua kali.

“Aku juga takut, Tante...” gumamku.

Bayangan itu muncul lagi.

Jasad tak bernyawa kedua orang tuaku

Aku tak ingin kejadian itu terulang lagi.

“Apa kamu...” ia mulai bicara, “sedang menyukai orang lain?” tanyanya.

“Ya.” Sahutku. “Tapi aku pun masih ragu apakah aku pantas menyukainya. Posisi kami tak sebanding.”

“Apakah wanita yang kamu maksud... adalah orang selain aku?” ia bertanya lagi.

Aku menggeleng.

Ia pun mengangguk, lalu menunduk.

“Itu aku?” ia meminta konfirmasi dua kali.

“Seperti yang sudah kuakui.” jawabku

“Seperti yang sudah kuakui juga.” balasnya

Aku pun mengangguk.

Kami saling menyukai, cenderung ke arah mencinta. Tapi kami berdua masih ragu untuk maju.

Karena prosesnya terlalu cepat di saat kami seharusnya berhati-hati.

“Apakah kamu pikir, hubungan ini akan-“

“Nggak.” Aku menggeleng memotong lagi ucapannya. “Aku tak berani memikirkan perpisahan. Setiap hari aku takut dengan hal itu. Walau pun aku yakin hal itu tidak terhindarkan. Kalau tidak dipisahkan dengan minat, mautlah yang berbicara.”

Ia menarik nafas lalu akhirnya mengangguk lagi.

“Lalu... apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyanya.

Wajahnya seperti mau menangis.

Dahinya mengencang dan matanya mulai berair.

Aku menghela nafas panjang dan mengelus tangannya kembali.

“Berpacaran denganku sehari saja ya? Please... setelah itu paginya putus juga tak apa. Aku ingin memeluk kamu tanpa rasa canggung.” Kataku.

“Memangnya selama ini pakai kecanggungan? Kamu bahkan meng... yah...” ia tak melanjutkan kalimatnya, tapi di bibirnya ada senyum.

Walau pun dibarengi dengan air mata yang menetes.

“Dasar konyol kamu.” Sahutnya sambil menarik tangannya.

Kali ini kubiarkan dia menjauh.

Malam ini...

Aku akan menyelinap di sampingnya.

Memeluknya sampai kami berdua tertidur.

Dan kulakukan karena hubungan kami dekat.

Sedekat itu, sebagai pacar.

Hubungan tanpa komitmen kuat yang saling memiliki, yang hatinya saling tertaut.

Pelukan sebagai kekasih.

“Kamu bisa mulai dengan belajar menyetir, karena aku ingin lihat kamu melindungi nyawaku.” Katanya.

“Ck...” decakku mengeluh.

Kukirimi Revan WA.

‘Besok, ajarin gue nyetir mobil.’ Begitu kutulis. Kukirim pesan singkat ke Revan.

“Cemen lu, gitu doang minta diajarin.” Begitu balas si anjay.

1
Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓
lanjut lanjut 😂 seruu ini
Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓
wkakaka pancingannya berhasil ya Denis
Reni
slalu menarik dan unik
Yay.
Kak aku ngakak
AyAyAyli
beber bgt
p
luar biasa
Naftali Hanania
nelson si cowok bendera merah ya.....ish..males bgt ganteng tp murah.........an
Naftali Hanania
wah....dimulai ni hubungan lebih nya.....ehem
Naftali Hanania
nah....jd kepikiran deh ni...iya jg ya
SasSya
pinter Denis
memancing di danau keruh
dan boom dapat ikan 🤣😂
mamaqe
laaahhh sepemikiran kita toorr
mboke nio
siap -siap gosip meraja lela
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk sekali dayung langsung sampe qatar ya rev
Daisy🇵🇸HilVi
haaaahh kok serem sih
Daisy🇵🇸HilVi
astaga iya lagi🤦🏻‍♀️tadinya kepikiran klo hpku adalah bestiku yg selalu mengerti diriku😂😂iiiiyyyuuuhh kan jadi takut sama hp sendiri, jgn2 ada jinnya🤣
Daisy🇵🇸HilVi
pokoknya yg cuan embat aja ya den
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk wisata horor ini mah
Wiwit Duank
yeyyy akhirnyaaa...dari sehari jadi berhari² 🤭
Wiwit Duank
udah yg jelas² aja Denis gak usah aneh² kek si Yusuf..ada si Tante kok.di provokasi dikit langsung nawarin diri 😂
D_wiwied
hmmm trio opo iki, padakne arep nonton sinetron po yoo 😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!