"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPA BAYU?
"Tutup mulutmu sialan!" desis Kara, mendengar ucapan orang di seberang telepon.
Orang itu bertahap berdahak-dahak.
"Jangan galak-galak sayang, tapi apakah salah jika ayahnya menanyakan kabar calon anaknya sendiri?"
"Jangan basa-basi, cepat katakan berapa uang yang kau butuhkan."
"Kau tahu apa mauku sayang, kirimkan aku uang 100 juta."
"Apa kau bilang? apa kau sudah gila? mana ada aku uang sebanyak itu. kemarin kan udah aku kasih 30 juta, belum ada 1 bulan Bayu."
"Aku sedang butuh cantik, cepatlah kirim atau... kau tak mau kan kekasih dadakanmu itu tahu kalau..."
"Iyah Iyah,besok aku berikan yang kamu minta, asal. tutup mulutmu sialan."
"Aku butuh sekarang Kara, cepat kirimkan, atau besok saat kau bangun pagi Ares sudah memutuskanmu, atau paling tidak. seisi kampus tahu seberapa bobroknya kamu."
"Okeh, nanti aku kirim. kasih aku waktu sampai jam 10 malam." Kara terlihat frustasi, ingin rasanya mencekik orang yang tengah bertelepon dengannya ini agar segera mati.
"Baiklah, lebih dari jam itu, awas aja."
Dengan kesal, Kara mematikan teleponnya dan melemparkannya keranjang dengan wajah kesal bukan main.
"BAYU SIALAN!!!"
********
"Siapa yang kau telepon itu Yu? sepertinya kau sumringah sekali setelah bertelepon dengannya, ada mangsa baru lagi kah?"
Bayu yang selesai bertelepon dengan Kara segera menoleh, dan tertawa setelah melihat temannya yang keheranan.
"Tidak, gue sedang nelponan dengan mesin ATM berjalan gue aja." pongah Bayu sembari tersenyum miring.
"Gue nggak ngerti." temannya itu menyerngit bingung.
"Kapan-kapan deh sekarang kita ke bar, gue yang traktir."
"Lo malak siapa Yu?"
"Udah Lah Leo Sustono ujuti gue aja."
Yah, teman yang dimaksud Bayu adalah Leo, teman Ares juga, memang selain berteman akrab dengan Ares, Tico dan juga Andre, Leo punya teman saat masa kecilnya bernama Bayu, 2 tahun di atasnya.
"Ohiyah, mau booking cewek ngak? Gue bayarin." ujar Bayu setelah mereka sampai di Bar.
"Ngak mau, lagi malas gue."
Bayu langsung menatap Leo dengan heran. " Biasanya langsung raba-raba kalau baru sampai."
"Gue lagi ngak pengen aja." Leo menyalakan rokoknya dan menghisapnya dengan dalam.
Melihat gelagat Leo, Bayu heran. Tak biasanya temannya itu begini biasanya dia paling semangat diajak ke Bar.
"Ohiyah, udah lama gue ngak dengar Lo kencan dengan wanita, Lo masih mikirin wanita incaran Lo waktu itu? Yang sampai sekarang ngak ngelirik Lo sama sekali?"
Leo sembari menatap jengkel ke arah Bayu sesaat, namun kemudian dia kembali menikmati hisapan rokok di mulutnya. Engan membalas ucapan Bayu lontarkan.
Sedangkan Bayu melihat Leo begitu sudah paham betul, dia tau jika ucapannya benar.
"Gue jadi penasaran, secantik apa wanita itu ngebuat Lo."
Mendengar Bayu membahas wanita itu membuat Leo merasa tak nyaman, dia menatap Bayu malas.
"Bahas yang lain aja, gue malas."
Bayu sontak aja langsung tertawa terbahak-bahak.
********
"Buat apa uang segitu Kara? Bukannya Papah kemarin ngasih kamu 50 juta? Semua uang buat keperluan kuliah sudah Papah bayar semua kan."
Papah Kara heran, pasalnya baru Minggu kemarin dia mentransfer uang 50 juta. Pada anaknya, kenapa sekarang udah minta lagi. setahunya anaknya bukan tipe wanita yang suka membeli barang-barang koleksi.
"Aku tiba-tiba aja ingin membeli tas brended keluaran terbaru Pah." Kara menundukkan kepalanya, takut jika Papahnya marah.
"Kau ingin membeli tas baru? Tidak bisanya."
"Kasih aja Pah, mungkin Kara tengah mengidam."
Mamah Lidya yang tengah membuat minuman untuk suaminya itu ikut menyahut. Memang mereka telah selesai makan malam bersama dan Kara rasa, saat ini waktu yang tepat karna mengingat Bayu memberikan waktu sampai jam 10 malam.
"Baiklah, nanti Papah transfer." pada akhirnya, Papah Doni menuruti keinginan Anaknya, sebenarnya dia juga bukan tipikal orangtua yang pelit, jika ada dia selalu mengutamakan keinginan anaknya.
"Makasih Pah." Kara memeluk Papahnya dengan wajah sumringah, yang di balas Papah Doni dengan hangat pula.
********
"Astaga kasihan sekali wanita itu, sudah diselingkuhi masih juga berharap."
Alle tengah mengomentari drama korea tentang rumah tangga yang didalamnya ada orang ketiga.
"Itu tidak kasihan, tapi namannya bodoh. Udah tau diselingkuhi masih aja mau bertahan." ucap Sus Riri membuat Alle mendelik dengan ekspresi marah.
"Is, tapi si cewekkan cinta mati kak, jadi ngak bisa di salahkan." bela Alle dengan kekeh membuat Sus Riri mendengus kesal.
"Kakak mau turun ke bawah ambil cemilan, kamu ambili apa biar sekalian." Sus Riri siap bangkit dari duduknya.
"Emm, coklat kak."
"Okey."
Memang Alle tengah menginap dirumah Sus Riri, dan mereka tengah asik nonton drama Korea yang sedang viral, yaitu adanya orang ketiga.
"Is, kenapa cerita itu seperti kisahku sih, si Istri pendiam, mau-mau aja di begoin. Terus si pelakor licik banget mana suaminya Iyah, Iyah aja lagi." dengus Alle dengan kesal karna setelah dipikir-pikir ceritanya agak mirip dengannya. "Ah ngak ah, kak Ares belum tentu tergoda karna kecantikan nya, tapi karna terpaksa aku yakin sih." Alle masih dengan kekeh pada pendiriannya.
"Lama-lama gila kamu Al ngomel-ngomel sendiri." Sus Riri datang dengan membawa botol minum dingin juga.
Alle tersenyum meringis, memperlihatkan giginya yang rapih. Lalu menggeser duduknya agar ada tempat untuk Snack dan juga minuman yang dibawa Sus Riri tadi.
"Tapi aku harus gimana kak? Ares kalau Ditanyak pasti ngak mau jujur, terus aku harus gimana?" tanyak Alle dengan frustasi, belakangan ini dia memikirkan cara untuk membuktikan jika Ares tak benar-benar mencintai Kara dan tak mungkin mengkhianati dirinya. Namun dia bingung harus dengan cara apa.
"Emmm kakak punya ide."
Alle langsung sumringah mendekat dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan Sus Riri. "Apa kak?"
"Emm, jika Kara pandai bermain peran, kamu juga harus bisa. Dia bisa berpura-pura baik pada semua orang, kamu juga ngak perlu menjelekkan dan mengatakan sebenarnya apa yang terjadi. Cukup ikuti alurnya, nanti kamu punya jalan sendiri jika memang terbukti Ares hanya terjebak dengan dia." jelas Sus Riri, membuat Alle terdiam sejenak, mencerna apa yang diucapkan wanita yang sudah dianggapnya Kakak itu.
"Aku ngak ngerti kak." Alle menatap Sus Riri yang sedang memakan kripik tempe.
"Nanti kakak beritahu, sekarang kita nikmati filmnya terlebih dahulu siapa tau nanti kamu dapat pelajaran dari cerita ini."
Alle melongok mendengar ucapan Sus Riri, namun tetap melakukan perintah yang dia ucapkan.