karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Bukan Tempatmu
"Sayang, apa kau yakin tuan Satria Wijaya sendiri yang mengundangmu secara langsung ke pesta penyambutannya?" Dera menatap kagum ballroom hotel yang sudah didekor dengan begitu indah hanya untuk menyambut kembalinya tuan Satria Wijaya.
"Tentu saja sayang, apa kau pikir kak Ares akan membohongi kita?!" kesal Daniel karna diragukan.
"Lihat ini, kak Ares sendiri yang memberikan kartu undangan ini untukku." Daniel menunjukan kartu undangan yang ia punya pada sang kekasih.
"Wah, kau beruntung sekali sayang. Orang-orang bilang tuan muda Satria Wijaya itu sangat misterius, dia tidak pernah menampakan dirinya di depan umum. Papaku bilang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berinteraksi dengannya secara langsung." ucap Dera antusias.
"Sudah simpan dulu rasa kagummu itu sampai kau bisa bertemu langsung dengan tuan Satria Wijaya. Sekarang ayo kita masuk." ajak Daniel.
"Ayo." Dera melingkarkan lengannya pada lengan sang kekasih, kemudian keduanya berjalan beriringan menuju ballroom hotel.
***
***
Mobil yang Satria dan Ameena kendarai sudah tiba di basement hotel sejak 10 menit yang lalu, namun keduanya masih enggan turun dari mobil.
"Apa aku terlihat tampan?" Satria nampak gugup karna sudah lama sekali dirinya tidak berhadapan dengan banyak orang sebagai dirinya sendiri. Berulang kali pria tampan itu membenarkan tatanan rambutnya yang sebenarnya sudah rapih.
"Sini aku lihat." Ameena menatap Satria dengan intens, membenarkan dasi kupu-kupunya agar lebih rapih.
"Sempurna, suamiku memang sangat tampan." Ameena menangkup kedua pipi putih yang ditumbuhi jambang halus itu dengan gemas.
"Ayo kita keluar." ajak Ameena seraya mengulurkan tangannya pada sang suami.
"Baiklah." tangan Satria yang sudah dibasahi keringat dingin menyambut uluran tangan Ameena. kemudian keduanya keluar dari dalam mobil secara beriringan.
"Tunggu! Ini tidak bisa dibiarkan."
Namun baru beberapa langkah berjalan Satria kembali menghentikan langkahnya.
"Aduh! Kenapa lagi sih?" Ameena gemas sendiri dengan tingkah sang suami yang sudah seperti anak kecil kehilangan ibunya.
"Ameena, sepertinya aku harus ke toilet dulu, kau masuk duluan saja ya."
Tanpa menunggu persetujuan dari Ameena, pria tampan itu bergegas berlari menuju toilet.
"Tingkahnya seperti anak kecil yang akan ikut ujian saja. Ternyata tuan Satria Wijaya yang selama ini terkenal dingin dan angkuh bisa merasa cemas juga." Ameena menggelengkan kepalanya, namun bibir indahnya melengkungkan sebuah senyuman.
"Ya sudah aku masuk duluan saja." Sudah lama Ameena tidak menghadiri pesta, jadi Ameena sudah tidak bisa menunggu lagi.
***
"Wah pestanya meriah sekali, ternyata suamiku memang orang penting." mata Ameena berbinar.
"Pesta penyambutan kembalinya Satria saja sudah semeriah ini, bagaimana dengan pesta pernikahan kami nanti ya?" wajah Ameena merona merah.
"Ameena, akhirnya kau datang juga." kedatangan Ameena disambut hangat oleh Jessy yang sudah lebih dulu berada di sana.
"Kenapa kau datang sendiri? Dimana Satria?" Netra coklat Jessy berotasi ke sekitar, namun sosok yang ia cari tidak ada dimanapun.
"Suamiku sedang ada urusan, nanti dia akan menyusul kok." ucap Ameena.
"Satria pasti sedang mempersiapkan banyak hal, tidak heran kalau dia sangat sibuk." Jessy memaklumi saja.
"Ameena, makanan di sini enak-enak loh. Ayo kita cicipi sedikit sebelum acaranya dimulai." Jessy menarik tangan Ameena menuju meja yang dipenuhi aneka kue.
"Kebetulan aku sangat lapar karna belum sempat sarapan." Ameena mengambil beberapa potong kue, kemudian menyuapkan ke mulutnya.
"Semua, lihatlah betapa rakusnya nona muda keluarga Bagaskara sekarang." ucap Dera lantang yang entah sejak kapan berada di sebelah Ameena.
"Dera, apa masalahmu sebenarnya?" Jessy tak terima sahabatnya dirundung.
Karna ucapan Dera, kini fokus orang-orang tertuju ke arah Ameena.
"Oh iya aku lupa, Ameena sudah bukan nona muda di keluarga konglomerat lagi. Sekarang dia hanya seorang istri dari kurir rendahan." ejek Dera sengaja.
"Dera, jaga mulutmu atau kau akan menyesal! Kau tidak tahu siapa suami Ameena sebenarnya!" marah Jessy.
"Sudah, jangan buang tenagamu untuk meladeni orang yang tidak penting." Ameena mencoba menenangkan Jessy.
"Lebih baik kita duduk di sana saja." Ameena mengajak Jessy untuk duduk di kursi yang telah di sediakan untuk para tamu.
"Tidak boleh! Kursi ini disediakan untuk para tamu undangan! Istri seorang kurir sepertimu tidak layak duduk dengan kami." cegah Dera ketika bokong Ameena nyaris mendarat di atas kursi.
"Cih, kau itu sombong sekali Dera! Memangnya kau diundang ke acara ini ya?" Ameena tidak jadi duduk.
"Aku memang tidak diundang, tapi aku datang dengan kekasihku Daniel. Daniel diundang langsung oleh tuan muda Satria Wijaya. Hubungan mereka sangat dekat tahu." Dera menunjukan kartu undangan milik Daniel dengan wajah jumawa.
"Oh ya, terus kau pikir aku peduli!" malas Ameena.
"Sejak kapan suamiku dekat dengan Daniel?" batin Ameena.
"Kau sendiri kenapa bisa ada di tempat ini? Mana kartu undanganmu?" tanya Dera.
"Aku tidak perlu kartu undangan untuk datang ke tempat ini. Karna pesta ini diadakan untuk suamiku." ujar Ameena.
"Memangnya siapa suamimu? Apa suamimu tuan Satria Wijaya?" tanya Dera dengan nada meremehkan.
"Kalau aku bilang iya kau mau apa?" Ameena balik bertanya. Kedua wanita itu saling menatap dengan tajam.
"Sudah Dera, jangan mencari masalah dengan Ameena lagi." Daniel mencoba menasehati calon istrinya.
"Diam, dan jangan ikut campur!" Dera berbisik di telinga Daniel.
"Apa kalian semuanya dengar itu? Ameena bilang pesta ini diadakan untuk suaminya. Berani sekali suaminya yang hanya seorang kurir disamakan dengan tuan Satria Wijaya yang terhormat." Dera sengaja mempermalukan Ameena di hadapan semua orang.
Ha...ha...ha...
Seisi ballroom hotel menertawakan Ameena.
"Ameena, kalau mau bermimpi sebaiknya jangan tinggi-tinggi. Supaya kalau jatuh nanti tidak akan terasa terlalu sakit." peringati Dera.
"Apa kau tidak punya kaca di rumah? Harusnya kata-kata itu kau tujukan pada dirimu sendiri." balas Ameena telak.
"Kurang ajar! Berani kau mengatai aku!" Dera mengangkat tangannya bersiap untuk menampar Ameena. Namun seseorang menahan tangan itu.
"Jangan sentuh istriku!" peringati Satria dengan tatapannya yang tajam.
Mendapat tatapan itu, Dera hanya bisa menelan salivanya dalam-dalam. Tatapan Satria seakan mampu mengintimidasi dirinya.
"Ada apa sayang? Apa wanita itu menyakitimu?" Satria memeriksa keadaan sang istri.
"Tidak kok, Dera cuma melarang aku untuk duduk di kursi ini saja. Dera bilang tempat ini khusus untuk para tamu." ucap Ameena apa adanya.
"Dera memang benar sayang, karna tempatmu bukan di kursi tamu. Tapi di sana bersamaku." Satria menujuk ke arah kursi yang dipersiapkan khusus untuk tuan Satria Wijaya.
Bersambung.