seorang wanita yang memiliki sifat pendiam ternyata memiliki khas pesona tersendiri,sehingga menarik perhatian peria,termasuk kakak sepupunya sendiri.
keceriaannya hilang seketika ketika kakak sepupunya membuatnya sangat trauma.
ingin tau yuk ikut i terus keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Naseha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ; Satu kata membuat bingung.
sementara keadaan Sovia hari ke hari mulai membaik dan menunjukan perubahan pesat terhadap kesehatan nya.
sedikit demi sedikit ibunya mulai mengajaknya berkomunikasi meski pun hanya sepatah dua patah kata.
"nak sudah sore waktunya mandi,yuk ibu antar ke kamar mandi".
mendengar suara panggilan ibunya Sovia lalu menoleh ke arah sumber suara dan mulai tersenyum ke pada ibunya.
sambil menunggu Sovia siap mandi,ibunya segera menyiapkan makanan untuk makan malam,sedangkan Bram yang masih larut dalam pekerjaannya membuat mereka harus menunggu kepulangan Bram.
melihat hari sudah mulai sore,Bram yang tadi nya nggak pulang karena ia harus berusaha keras menghidupi keluarganya,kini mulai menyerah dan memilih untuk pulang.
di perjalanan pulang Bram bertemu dengan seorang kekek tua yang sedang berjalan selangkah demi selangkah,karena kaki tuanya tidak terlalu sanggup berjalan lebih cepat di bandingkan dengan orang-orang yang kondisi tubuhnya masih segar bugar.
dengar ramah Bram menyapa dan berjalan di samping lelaki tua tersebut,tampak seperti familiar kakek tersebut,namun Bram tetap saja tidak dapat mengenalinya,karena memang baru kali ini Bram bertemu dengan kakek tersebut.
"mau kemana kek kok sendirian saja?..."
sapa Bram ramah,tak salah lagi kakek ini lah yang pernah Sovia temui ketika Sovia sedang berjalan pulang dari sekolah,namun Sovia tidak pernah menceritakan siapa pun yang ia temui di jalan.
"eh nak ini kakek mau ke rumah cucu,terpaksa jalan kaki karena anak kakek lagi sakit jadi gak bisa jemput kakek".
sejenak setelah menjawab pertanyaan Bram,lalu kakek itu memandang wajah Bram seakan mengerti kesulitan yang sedang Bram alami,namun dengan senyum kakek itu menanggapi Bram.
"sampen ini jangan terlalu banyak pikiran,yang namanya orang hidup itu harus berani menghadapi segala masalah yang ada"
deng....
baru lah Bram menyadari ekspetasi wajahnya sangat lah terlihat seperti orang yang banyak pikiran bahkan di raut wajahnya sediri tidak dapat menyembunyikan masalahnya yang ada,sehingga sampai orang lain pun dapat menilai dirinya tanpa harus mengenal lebih lama.
"em...emang terlalu nampak ya kek kalau saya ini sedang banyak pikiran dan apa kakek juga bisa menebak hal apa yang sedang ku pikirkan?.."
dengan berjalan lebih cepat dan mendahului Bram ,sejenak kekek menghentikan langkah kakinya dan berkata seakan seorang ahli pengelihatan.
"tanpa harus kau nampak kan seberapa banyak yang kau pikirkan secara logika saja di pikir orang hidup itu pasti ada yang di pikirkan maka aku menilai mu hanya dari apa yang ku lihat saja,yang jelas sekarang ini yang kau pikirkan hanyalah permasalahan di dunia,tanpa kau sadari kau melupakan siapa sebenarnya dalang kehidupan".
seperti di hantam keras,perkataan seorang kakek dapat menyentuh hati,bahkan sedikit menusuk agar dapat merasakan bagaimana rasanya di lupakan tanpa harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting dalam kehidupan di dunia.
bukan hal mudah untuk mencerna semua perkataan sang kakek,bahkan di pikir logika saja Bram benar-benar belum mengenalnya cukup lama perkenalan mereka terjadi hanya di perjalananan pulang,namun sangat kakek dengan lantang berani menyampaikan sebuah nasihat yang sangat berarti.
sang dalang kehidupan dalam arti adalah Allah tuhan semesta alam,dalam hati Bram lalu menyadari bahwa selama ini memang Bram sudah jauh dari Allah,bahkan untuk menunaikan ibadah yang sudah menjadi kewajiban saja selalu lalai.
peringatan kakek tersebut sangat menyentuh hati,masih ada yang mau perduli dnegan nya meski orang asing sekali pun.
kakek terus melanjutkan perjalanan tanpa menoleh ke belakang sehingga sampailah mereka di persimpangan jalan,sementara kakek harus berjalan menuju masjid yang berlawanan dengan jalan menuju rumah Bram sehingga mereka harus berpisah di jalur jalan yang berbeda.
sementara Bram di sepanjang jalan menuju rumahnya,terus ber pikir bahwa yang di katakan kakek tadi bukan lah sebuah main-main ,bahkan Bram harus mencobanya mendekatkan diri dengan Allah.