NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 017. 2

***

Keesokan harinya...

Kamis, 15 Mei 2042. Pukul 10:00 AM.

Setelah beberapa saat menunggu di halaman depan rumah, yang ditunggu akhirnya datang.

Tampak sebuah mobil sedan berwarna putih datang menghampiri Yamasaki yang tengah berdiri di halaman kosong depan rumahnya, sambil juga terlihat dirinya yang tengah menenteng sebuah bekal kotak makanan yang menyelimutinya sebuah kain.

Beberapa meter dari tempatnya berdiri, di sana—tepatnya berdiri di dalam genkan, ibunya sedari tadi ikut menemaninya selagi menunggu.

Terlebih dahulu, mobil itu harus melakukan manuver sebelum pada akhirnya benar-benar berhenti.

Mobil itu pun berhenti.

Yamasaki Zen di hadapkan secara langsung sisi samping mobil. Jendela kaca mobil pun dibuka. Memperlihatkan ayahnya yang sedang duduk di kursi supir, lantas beliau pun segera menyapa Yamasaki Zen dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan:

“Sudah siap?”

“Lama sekali!”

“Eh… memangnya selama itu kamu menunggu ayah?”

Seraya membuka pintu mobil lalu meletakkan bekal makanannya di dalam, Yamasaki menjawabnya dengan nada rendah “Iya”, lalu kemudian dia pun berpaling ke arah ibunya di dalam rumah.

“Aku berangkat!”

“Iya. Selamat jalan! Hati-hati di jalan! Bekal makan siangnya jangan lupa dihabiskan, ya!”

Dari kejauhan, beliau melambai-lambaikan tangan kanannya sambil berseru mengingatkan suatu hal.

“Iya, tentu saja!”

Setelah membalas seruan ibunya, Yamasaki pun masuk ke dalam mobil.

“Kalau begitu, kami pergi dulu!”

“Iya. Hati-hati di jalan!”

Setelah mereka saling membalas seruan, mobil pun akhirnya berangkat pergi meninggalkan tempat itu menuju titik lokasi.

***

Sesampainya disana.

Prefektur Kanagawa, Yokohama. Badan pusat luar angkasa dan antar galaksi Jepang.

Di suatu tempat, di mana kendaraan terparkir dengan rapi di sana. Yamasaki Zen perlahan membuka pintu mobil lalu keluar dari dalam sana sambil membawa kotak bekal makan siang. Secara otomatis pintu mobil tertutup kembali.

Yamasaki yang sedang melihat pemandangan sekitar luar perusahaan tempat ayahnya bekerja. Mendapati kalau cukup banyak sekali perubahan yang terjadi semenjak terakhir kali dirinya berkunjung ke tempat ini.

Pertama kali Yamasaki datang ke tempat ini adalah saat dirinya berumur tujuh tahun, yang berarti, kalau dihitung-hitung saat ini sudah kurang lebih delapan tahun lamanya sejak saat itu.

Wilayahnya cukup luas untuk sebuah kompleks perusahaan swasta di bidang penerbangan luar angkasa.

Perbedaan yang cukup mencolok terdapat di gedung yang kini tengah berada di hadapan mereka.

Sekilas, memang gedung itu hanyalah sebuah gedung bertingkat pada umumnya. Namun, sebagai perbandingannya di sekitar gedung bertingkat tersebut berdiri bangunan-bangunan tampak monoton dengan ketinggian standar untuk sebuah bangunan pabrik.

Tidak lupa, beberapa gedung dengan apa yang tampak seperti sebuah koridor tertutup terhubung satu sama lainnya.

Sepertinya gedung yang kini sedang berada di hadapan mereka merupakan tujuannya.

“Cukup banyak sekali perubahan yang terjadi semenjak pertama kali aku datang ke sini, ya?”

“Oh… kamu menyadarinya?”

“Tentu saja! Aku sangat ingat sekali saat pengalaman itu.”

“Baiklah, sudah siap untuk masuk?”

Ayahnya bertanya, lalu dijawab Yamasaki dengan “Um..!” sambil menganggukkan kepalanya tanda membenarkannya. Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam gedung yang tinggi itu.

Baru berjalan beberapa langkah memasuki lobi gedung.

Beberapa pegawai di sana dengan hangat menyambut kedatangan mereka. Terkhususkan untuk ayahnya Yamasaki Zen—Yamasaki Akihiro yang merupakan seorang wakil direktur Misi Mars, Japan Space and Intergalactic Agency, JSIA. Ucapan sapaan dari para pegawai yang bekerja di sana pun tidak luput diberikan seperti, “selamat siang!”, “terima kasih atas kerja kerasnya!" dan beberapa bahkan ada yang dibarengin oleh sesuatu lainnya dalam bentuk tindakan.

Sapaan itu wajar dirinya terima jika melihat dari sudut pandang sebuah jabatan.

Namun meski begitu, Yamasaki Akihiro sama sekali tidak merasa gengsi untuk membalas sapaan para pegawai di sana. Bahkan terkadang, Akihiro membalas sapaan tersebut seraya tersenyum. Sama halnya seperti yang dirinya lakukan saat ini kepada para pegawai.

“Selamat pagi! Terima kasih atas kerja kerasnya! Yamasaki-san!”

Salah seorang pegawai menyapa, dirinya terlebih dahulu berhenti sebelum hendak menyapa.

“Ya.Terima kasih atas kerja kerasnya juga!”

Akihiro membalas seraya tersenyum. Dia masih melanjutkan langkahnya. Sementara Yamasaki Zen sendiri, dirinya berada di posisi belakang ayahnya sedang mengikuti.

—Luar biasa! Pegawai-pegawai di sini terlihat seperti sudah akrab dengan ayah dan ayah juga... sungguh, aku bingung untuk mengatakannya, tetapi, aku bangga memiliki ayah seperti dirinya.

Yamasaki berkata dalam pikirannya.

Sambil melakukannya, Yamasaki memejamkan matanya, dan tidak lupa juga sebuah senyuman dia lakukan selagi kedua matanya tertutup.

Bagian 2

“Ayah...? Ayah ada di mana?”

Terdengar suara yang memanggil datang dari dalam rumah. Tatkala Akihiro yang sekilas tampak sedang membaca sebuah buku di teras bagian samping rumahnya… dengan ditemani oleh pasir putih yang pada hari itu sudah tiba musimnya.

Suara barusan adalah milik Yamasaki Zen saat masih kecil, dan saat ini sedang berlangsungnya sebuah kenangan kecil.

Yamasaki berteriak memanggil selagi mencari keberadaan ayahnya.

Pada hari itu, Yamasaki masihlah berumur delapan tahun, tetapi, tepat di bulan ini juga… Yamasaki akan merayakan hari ulang tahunnya. Selain itu, peristiwa ini terjadi sebelum roket JRS-Ultra berhasil sampai di atmosfer Mars saat menjalankan misi.

“…?!”

Yamasaki berpaling ke sisi lain ruang tamu dengan partisi ala tradisional Jepang yang terbuka, secara langsung memperlihatkan pemandangan di luar teras.

Di sana, Akihiro tengah duduk dengan tampak membelakangi.

Bersicepat Yamasaki menghampirinya.

Dia berlari dengan pakaian lengkap khas musim salju yang dikenakannya.

“Ayah! Ada salju! Main salju bersama, yuk…!”

“…”

Akihiro diam tidak meresponsnya.

“…?”

Penasaran karena ayahnya yang tidak menggubris ajakan yang baru saja dirinya serukan.

Kemudian, Yamasaki Zen mencoba untuk melihat ayahnya dari dekat.

“Ayah, apa yang sedang ayah baca?”

“Hem…? Ah, ini? Hanya sebuah pedoman hidup umat manusia.”

Meski Akihiro berkata menjawab pertanyaan barusan, fokus matanya tetap tidak berpaling sedikit pun dari buku itu.

“‘Pedoman hidup umat manusia’? Buku seperti apa itu?”

Yamasaki yang masih polosnya kembali bertanya kepada ayahnya itu.

“Suatu saat, pasti kamu akan membutuhkan ini. Baik sedang sedih, marah, ataupun bahagia bacalah buku ini!”

Ujaran barusan sempat membuat Yamasaki kecil menjadi diam.

Lalu,

“Baiklah! Pasti akan aku baca, kok!”

Tidak ada tanggapan lain yang diberikan selain sebuah senyuman yang dilukis di bibir Akihiro saat melihat respons putranya itu.

Kemudian, seketika pikirannya kembali diingatkan mengenai satu hal.

“Yosh! Ayah akan menemanimu bermain!”

“Hore! Cepatlah ayah! Aku akan menunggumu di luar!”

Di saat yang hampir bersamaan tanpa ada peringatan, terburu-buru Yamasaki Zen langsung saja berlari seraya masih menyelesaikan perkataannya, lalu dirinya pun meninggalkan Akihiro di tempat itu.

Bagian 3

Kembali ke masa kini.

Sampai di tingkat enam, pintu lift secara otomatis terbuka.

Mereka keluar dari dalam lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Singkatnya, mereka pun akhirnya bertemu sebuah perempatan lorong. Akihiro kemudian berpaling, melihat salah satu lorong di sisi lainnya, dirinya melihat dari kejauhan seorang pria berpakaian jas berwarna hitam.

Pria itu adalah Kitatsuma Kamoto.

Seperti yang dapat terlihat, Kitatsuma sekilas tampak seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.

Siapa lagi kalau bukan mereka berdua? Dan sepanjang lorong yang dapat dilihat, satu pun orang, sama sekali tidak ada di sana. Yah, setidaknya untuk saat ini.

“Selamat siang, Kitatsuma-san! Terima kasih atas kerja kerasnya!”

Seraya menghampiri, Akihiro lantas berseru menyapa Kitatsuma yang sedang dalam kesendiriannya itu.

“Selamat siang! Terima kasih atas kerja kerasnya juga, Yamasaki-san!”

Setelah berpaling dan menyadari akan seruan yang merambat melalui udara, Kitatsuma segera membalas seruan itu.

Akihiro berhenti tepat di hadapannya, lalu kemudian, Yamasaki Zen pun menyusul, dirinya terlihat berdiri di samping Akihiro.

“Selamat siang!”

Langsung saja, Yamasaki mencoba untuk menyapa Kitatsuma sambil membuat kedua bahunya yang diturunkan rendah.

“Selamat siang! Jadi kamu, yang bernama Zen-kun?”

Kitatsuma membalas sapaan yang diberikan, lalu di akhir perkataannya, Kitatsuma melontarkan sebuah pertanyaan.

“Iya. Saya Yamasaki Zen, senang bertemu denganmu!”

“Senang bertemu denganmu! Merupakan suatu kehormatan bisa bertemu secara langsung dengan putra dari Yamasaki-san.”

“Anda terlalu berlebihan!”

Yamasaki Zen berusaha menyangkal perkataan Kitatsuma yang terkesan berlebihan—menganggap istimewa dirinya yang merupakan putra dari seorang wakil direktur Misi Mars. Setidaknya itulah yang dia pikirkan mengenai hal itu.

Yamasaki tidaklah sedang merendah diri.

Alasan dirinya melakukan hal tersebut karena memang kenyataannya seperti itu.

“Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya adalah Kitatsuma Kamoto, saya sendiri bertugas sebagai seorang direktur bagian Misi Mars. Mungkin, kamu sendiri sudah tahu mengenai insiden luar angkasa dari pihak kami.”

“Iya, saya tahu insiden itu!”

“Setelah insiden itu… itu benar-benar merupakan suatu pekerjaan baru bagi kami untuk lebih meningkatkan keamanan awak begitu juga dengan kendaraan mereka suatu saat di masa depan nantinya.”

“...”

“Untuk obrolan mengenai sampel meteorit dan juga kronologi jatuhnya asteroid seperti yang sudah Yamasaki-san ceritakan sedikitnya kepada saya. Lebih baik, obrolan itu kita lakukan di dalam ruangan saja!”

Saat di akhir perkataannya, Kitatsuma lantas membuka pintu, lalu “Silahkan masuk!” dirinya mempersilahkan masuk mereka berdua untuk ke dalam ruangan itu.

Kemudian, tanpa sepatah kata pun dikeluarkan, mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan itu.

Bersambung...

Next. Chapter 018 : Kantin Perusahaan.

By, Wafi Shizukesa.

Like dan jadikan favorit novel Author di rak buku kamu ya... salam hangat. 🤗✌️

\==========================

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!