CEO yang dijodohkan oleh orang tuanya sewaktu kecil. tetapi CEO memiliki kekasih. akhirnya CEO membuat surat kontrak pernikahan selama enam bulan. Dan dia juga membuat surat cerai yang sudah dia tandatangani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felicia Sonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 Merindukan istri
"lama banget si dim. Ini sudah jam dua siang" kata Sintia ketika dimas sudah masuk ke apartemennya.
"Maaf sayang. Tadi lumayan banyak pekerjaan. Besok kan acara perusahaan, jadi saya mau selesaikan semuanya dulu biar tidak menumpuk nantinya."
"Acara apa sayang"
"Besok pesta ulang tahun kantor"
"Saya ikut ya"
"Tidak bisa sayang. Yang hadir hanya karyawan dan para investor. Intinya hanya bagian perusahaan yang datang. Dan papa juga datang. Saya tidak mau kalau papa nanti mempermalukan kamu di depan umum."
"Tapi kan saya....."
"Sudah ya. Kali ini saya mohon kamu nurut. Kali ini saya tidak bisa ajak kamu"
"Iya baiklah."
"Tunggu saja dimas kamu akan menjadikan saya istri dekat ini haha" batin sintia
"Ya sudah kita ke rumah sakit sekarang ya."
"Oke"
Mereka berdua menuju ke dokter yang menangani sintia. Perban kepala sintia akhirnya sudah bisa di buka. Karena tidak terlalu dalam lukanya, sehingga luka gampang kering. Dan tentunya juga bantuan obat.
"Kamu hati hati ya kali ini. Jangan cidera lagi. Luka kamu sudah baikan. Jangan buat luka baru lagi"
"Iya. Tapi saya masih trauma dekat istri cupu kamu itu. Cewek pendiam tapi bisa beringas juga. Kenapa tidak ceraikan saja si dianya. Kan kamu tidak suka sama dia kan. Ceraikan saja dia biar kita bisa nikah. Biar kita sama sama terus"
"Tidak segampang itu sayang. Tapi kamu tenang saja. Saya akan berusaha secepatnya berpisah dengan dia".
"Benar ya. Saya sudah tidak mau menunggu lama lagi. Saya sudah mengorbankan hubungan kita membiarkan kamu menikah dengan yang lain"
"Iya"
"Kenapa hati saya berat buat katakan pisah ya. Apa....." Batin dimas
Dimas menggeleng kepalanya sendiri memikirkan apa yang dirasanya tidak mungkin
"Kamu kenapa sayang"
"Tidak apa apa"
"Sayang kita makan dulu ya. Saya sudah lapar"
"Oke"
Mereka singgah di tempat makan.
"Apa yang mau kamu pesan" kata sintia
"Terserah kamu saja"
Sintia memesan beberapa hidangan makanan yang berbeda.
Karena jam sudah menunjukan pukul lima sore lewat, Sara dan dina pergi ke mall dulu untuk membeli pakaian yang akan mereka gunakan untuk pesta besok.
"Ra kita beli baju saja dulu yuk, besok takutnya tidak sempat" kata dina
"Kamu benar. Besok di salon pasti lama. Takut tidak keburu"
"Ya sudah ayo kita jalan. Mobil saya tingga di kantor saja ya. Kita naik mobil kamu saja"
"Oke"
Mereka berdua berjalan menyusuri jalan di ibukota jakarta. Dan tak butuh lama waktu, mereka tiba di mall yang lumayan besar.
"Ayo kita ke toko itu dulu." Kata dina
"Yuk"
Mereka berdua berjalan ke toko yang akan mereka tujuh. Di sana sudah terdapat beberapa pakaian yang cantik dan menawan. Bukan hanya pakaian wanita saja, pakaian pria pun banyak disana.
"ra ini cantik kan," kata dina memamerkan baju yang dia pegang.
"Iya cantik"
"Duh yang mana ya, yang cocok dengan saya" kata Sara dengan dirinya sendiri sambil berjalan jalan menyusuri toko melihat lihat pakaian mana yang cocok denga dia.
"Maaf tuan saya tidak sengaja" kata Sara yang menabrak seorang pria karena asiknya melihat pakaian tanpa melihat disekitarnya.
"Eee tidak apa apa. Santai saja" kata pria itu.
"Dia imut" batin pria itu yang melihat Sara tertawa dan membentuk lesung pipi, serta bibir yang merah alami dan imut kecil.
"Kamu lagi cari pakaian ya"
"Iya tuan"
"Jangan panggil saya tuan dong. Kita mungkin tidak jauh beda umurnya"
"Ee hehe iya"
"Panggil saya reno" reno memajukan tangannya ingin berkenalan dengan Sara.
"Saya Sara"
"Sara. Nama yang bagus,"
"Kamu bisa saja."
"ra dicariin juga ternyata ada disini" kata dina yang mencari cari Sara.
"Kenalkan ini teman saya namanya dina. Dina ini reno"
"Dina"
"Reno"
Mereka saling berkenalan diri.
"Ren kami duluan ya. Mau cari baju dulu" kata Sara
"Oke"
Sara dan dina menuju ke tempat lain. Karena toko sebelumnya mereka tidak menemukan yang sesuai.
"Ra kamu merasa tidak, kalau pria tadi sepertinya tidak asing."
"Iya saya juga berpikiran begitu. Tapi dimana ya kita pernah lihat"
"Iya ya. Dimana. Saya juga tidak tahu"
"Sudahlah. Kita mau cari baju bukan malah mau mikirin pria tadi"
"Hahaa kamu benar"
Mereka memasuki toko demi toko, dan akhirnya mereka dapat apa yang mereka mau. Ketika selesai mereka pulang menuju kerumah dina.
"Ayo ra kita masuk" kata dina mengajak Sara masuk ke dalam rumahnya ketika sudah sampai.
"Iya"
"Malam ma" kata dina
"Malam sayang. Ini teman kamu yang kamu bilang mau nginap ya" kata mama rita
"Iya ma"
"Malam tante" sapa Sara
"Malam juga sayang. Kalian bersihkan badan dulu baru turun makan"
"Oke ma"
"Oke tante"
Mereka berdua masuk ke kamar dina.
"Mama kamu masih muda ya?"
"Iya dong. Mama ku kan awet muda kata orang orang. Anaknya yang cepat tua haha"
"Haha kamu ini. Papa kamu mana"?
"Papa sudah lama meninggal. Sekarang mama yang saya punya. Semenjak papa meninggal, mama tidak pernah berhenti bekerja sampai sekarang. Mama buka toko roti ya lumayan besar. Dia tidak mau nyuruh orang untuk tangani toko itu. Mama mau dia yang akan urus sampai dia tidak bisa katanya."
"Maaf ya. Tapi tante rita hebat. Dia tidak memikirkan mau carikan kamu papa baru. Beliau lebih memikirkan kebahagian kamu"
"Iya. Mama ku memang terbaik. Sudah sana kamu mandi dulu. Saya siapkan baju"
"Oke sayangku"
Sara masuk membersihkan dirinya. Dan begitu juga dengan dina. Saat selesai mereka menuju ke meja makan.
"Wa makanannya banyak." Kata Sara.
"Ayo sayang duduk." Kata mama Rita
"Ayo ra, masakan mama enak loh" kata Dina
"Wa perlu di coba ini" kata Sara
Mereka makan dengan saling bercanda dan sesekali menjahili Dina.
"Makanan Tante enak. Bikin saya gemuk ini. Besok bajunya tidak cocok lagi haha"
"Tenang kita bisa belanja lagi. Kalau makanan jangan di anggurkan. Apa lagi kalau enak" kata Dina.
"Hahaha kalian ini."
Mereka memungut piring dan mencucinya.
"Tante istirahat saja ya. Biar Dina sama Sara yang cuci"
"Jangan sayang, biar Tante saja"
"Tidak apa apa. Tante sudah masakan kami makanan yang enak. Biar piring piring kotor ini kami yang tangani"
"Iya ma. Mama istirahat saja"
"Baiklah. Makasih ya sayang"
Dina dan Sara mencuci piring dan membersihkan dapur. Sesudah itu mereka kekamar dan beristirahat untuk besok.
"Apa benar dia tidak pulang" kata Dimas yang menunggu di ruangan tengah"
Dimas mengeluarkan HP-nya dan mencari nomor istrinya.
"Kamu beneran tidak pulang ra?"
Dimas mengirim chat ke nomor istrinya.
"Siapa si yang kirim pesan malam malam."
Sara mengambil HP-nya yang berbunyi pertanda pesan masuk.
"Ha ngapain dia chat. Tumben sekali" kata Sara yang heran melihat siapa nama yang mengirim pesan.
"Ini sudah jam sebelas. Apa dia tidak tidur" batin Sara
"Iya. Ada apa?" Balas Sara akhirnya.
"Tidak ada apa apa. Kamu tidak kasi kabar makanya saya kirim pesan."
"Saya kan sudah bilang tadi pagi"
"Kapan kamu pulang"
"Mungkin besok. Sudah ya saya sudah ngantuk. Saya mau tidur"
"Ya sudah tidur lah" kata Dimas akhirnya.
Kenapa saya merasa sunyi kalau tidak melihat dia. Kenapa juga perasaan saya seperti ini .
Karena lelah dengan pikirannya, Dimas juga akhirnya menuju ke kamarnya mengistirahatkan tubuhnya.
Tak terasa pagi pun datang.
"Selamat pagi Tante." Kata Sara yang menuju ke dapur melihat mama Rita yang sibuk memasak.
"Kamu sudah bangun sayang."
"Iya Tante. Tante masak apa. Sara bantu ya?"
"Tidak usah nak. Tante lagi masak ayam kari dengan udang pedas"
"Sara bantu masak sayur ini ya. Saya buat sayur capcay saja ya Tante. Ini ada kentang wortel dengan brokoli."
"Kamu bisa nak"
"Sara bisa Tante. Di rumah mama juga suka ajari saya masak".
terus knp sara gak di bikin istri yg tegas pintar,malah di bikin kalah sama gundik.
bahasanya juga pakai kata saya kek gmn gitu Thor.
kek ngmng sama orang lain bukan orang dekat.