Sinopsis Lovasains
Bagaimana jika cewek tomboy dekat sama cowok pintar sains yang dingin nggak banyak bicara apalagi satu bangku? Raut wajahnya penuh ambisius dan dendam. Bisa bersatu nggak layaknya komponen minyak dan air. Namanya Tama pindahan dari SMA Pelita Indah dia cakep sih cuma nggak banyak bicara, misterius. Kedekatannya membuat ketua geng Dewa yang bernama Keenan, geng motor yang terkenal tapi anti tawuran membuka kembali kartu joker yaitu kartu kematian.
Dera dan Tama yang makin lama dekat dengan Tama mulai jatuh hati, sampai akhirnya saat berada di rumahnya sebuah rahasia besar terbongkar. Rahasia di luar nalar. Saat setelah selesai olimpaiade sains, geng Elang membuka rahasia besar yang membuat geng Dewa marah besar dan terjadi tawuran.
Apa rahasia tersebut? Apakah ini ada kaitannya dengan Tama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyni Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAZIA DADAKAN
Para Kantib OSIS segera beraksi
Gerombolan lelaki menaiki motor sport hitam masuk ke dalam area parkiran. Tampak jelas mereka memakai jaket hitam parasut bertuliskan logo Dewa di bagian belakang, namun ada pemandangan yang membuat hari ini terlihat tidak tampak biasanya. Keenan sudah masuk sekolah dan mereka datang lebih pagi dari biasanya. Giandra ijin tidak masuk karena sakit. Tahu sebabnya kan sakitnya apa? Padahal salah satu dari mereka selalu terlambat.
Teddy melihat mbak Santi penjaga kantin melewati parkiran kebetulan kantin Tunas Bangsa yang berjualan biasanya lewat parkiran.
“Mbak Santi, boleh Abang bantu?” Goda Teddy melihat mbak Santi membawa nampan berisi gorengan. Kelihatanya dia kewalahan membawanya.
“Boleh.” Mbak Santi tersenyum.
“Alhamdulilah, nikmat mana yang kau dustakan Tuhan.” Teddy mengusap wajahnya antusias. “Sini mbak Santi biar saya bantu.” Teddy mengambil nampan tersebut, dia berjalan sejajar dengan mbak Santi dan menoleh ke belakang sambil mengedipkan kedua matanya.
“Anjir tuh bocah pintar sekali merayu mbak Santi, gue jamin si Teddy bakalan jadian sama mbak Santi.” Bima nimbrung pembicaraan.
“Ngarep Lo Bim. Masuk kelas yok!” Ajak Keenan.
Ngomong-ngomong tentang cewek jadi teringat dengan Dera gadis pujaan hatinya. Besok valentine day, akhirnya Keenan bisa dinner bareng sama Dera.
“WOI, SI KEENAN SUDAH MASUK SEKOLAH!” Teriak Galih si bencong dari kelas IPS 3.
Ampun dah, semua spesies makhluk aneh menghuni IPS 3. Ada bencong, cewek klepto, biasanya paling hilang barang milik Keenan, suka gosip, geng yang suka nyium bau kaos kaki. Alamak, gila semua, tapi tidak termasuk dengan geng Dewa.
Natasya selaku modelnya SMA Tunas Bangsa dan ketua OSIS antusias dengan kembalinya Keenan. Ini cewek kalau ada model cowok korea di embat juga. Geng Dewa sangat menjadi idola dengan parasnya yang tampan, si Keenan yang tajir melintir.
“Ikan hiu bawa guling, i love you darling.”
“Anjay, sejak kapan hiu bawa guling, Sa. Mau bobok siang. Boboknya dimana? Hatimu iya? Hahaha.” Bima ngakak mendengar pantun si Natasya.
Natasya mendekat ke arah Keenan. Sejak dulu ia ngebet banget ni cowok jadi pacarnya, tapi selalu saja di tolak karena lebih memilih si Dera.
“Selamat kembali ke SMA Tunas Bangsa, Kee.”
“Makasih.” Keenan hanya tersenyum dan pergi melewati Natasya dan dua gengnya.
Ada udang di balik rempeyek, ini kenapa cowok cuek bebek? Tidak biasanya Keenan cuek. Selama ini kalau Natasya gombalin Keenan, dia selalu membalasnya. Wajah cemberut dan kesal terpampang jelas di wajahnya.
“Anjir, Lo cuekin Natasya bro. Gila lo iya!” Ucap Bima tidak habis fikir. Bisa-bisanya model cantik di cuekin. Bima membayangkan bisa menjadi pacar Natasya tapi mimpi di siang bolong. Bima sadar diri kawan.
“Gue malas meladeni cewek genit.”
***
“WOI!” Teddy masuk dengan nafas ngos-ngosan.
“Napa Lo? Di tembak mbak Santi?” sahut Bima
“Gue denger dari ruang BP. ADA RAZIA WOI! Tapi ini khusus kelas XII doang.” Teddy masih mengatur nafasnya.
“Muka gile kenapa razia nggak ngomong dulu, njir.”
“Eh bodoh itu namanya bukan razia dodol. Ted, ambil meja dan naik ke plavon seperti biasanya. Cepat keburu Guru BP sama anak Kantib datang.” Suruh Keenan.
“Kenapa jadi gue? Eh, si Bima aja tuh yang naik. Capek gue. Kaya di kejar singa laut.”
“Dengan berat badan delapan kilogram itu meja bisa jebol, nyet. Biasanya Lo yang naik plavon pakai drama segala.” Keenan kesal dan menjitak kepala Teddy.
“Gila lo pada.” Teddy ngedumel dalam hati dan mendorong meja di dekat pintu dan menaikkan kursi. Ada sebuah plavon yang lubang. Biasanya para guru tidak pernah merazia bagian tersebut.
“Eh, napa kalian pada bengong saja. Ayo bantuin gue. Lo pada nggak ada barang yang di simpan? Ambil plastik!” Teedy kesal.
Bagaimana tidak kesal seluruh temannya hanya berdiam diri sambil melihat kehebohan Teddy naik meja.
“Nih!” Calista memberikan kantong plastik berwarna pink.
“Eh, buset ini plastik buat taruh pentol doang, Neng. Gila loh. Noni Belanda pinjam Tote bag MC Donald loh. Awas jangan pelit! Darurat nih!”
“Oh my good. Ini Tote bag buat baju cheeleaders gue, Teedy.” Noni sedikit cemberut pasalnya dia harus mengeluarkan baju-bajunya tercampur dengan barang lain milik temannya.
“Ah, bawel loh. Cepat keburu datang nih guru dan anak Kantib,”
Akhirnya Bima, Keenan dan sebagian anak-anak membantu memasukkan barang-barang yang di rasa kena razia termasuk handphone. Kebanyakan layar sentuh iPhone. Anjay.
“Lo bisa pelan nggak sih? Itu skincare mahal gue, Teddy bear.” Protes Calista saat skincare brand milik dokter tik tok terkenal di letakkan begitu saja.
“Lo kata gue beruang. Barang gini doang murah kali.” Teddy meletakkan barang-barang di plavon dengan hati-hati takutnya jebol.
“Udah semua kan?” Tanya si Keenan.
Bima membawa kantong plastik berisi bedak, lipstik, lip bam dan keperluan anak perempuan.
“Eh buset, para cewek mau dagang kali iya banyak amat bawaannya.” Gerutu Teddy.
“Jangan banyak bawel cepetan masukin di plavon.”
“Eh, Bim gue lupa rokok gue di tas. Alamat nanti jika ketahuan. Mana tuh rokok ngebon warkop dekat rumah.” Teddy baru sadar.
“Haduh, dari sekian geng Dewa Lo sendiri yang merokok.” Bima hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Test … test … test
Suara mikrofon mulai di bunyikan.
“DIBERITAHUKAN KEPADA SEMUA SISWA SISWI KELAS XII HARAP KE LAPANGAN SEKARANG. DI KARENAKAN ADA RAZIA KEDISIPLINAN. TERIMA KASIH.” Suara tegas ini siapa lagi pak Samsul pemiliknya.
Semua anak pada keluar kecuali geng Dewa.
“Woi, cepetan!” Teriak Bima
“Sabar, dodol loh kagak tahu posisi gue kaya gini kaya monyet nangkring di pohon randu.” Gerutu Teddy, dia tak lupa menutup plavon tersebut dan dia siap dan sigap lompat dari kursi yang berada di atas meja yang lumayan tinggi.
“Ayo cepat balikin meja dan kursinya lagi!” perintah Keenan buru-buru.
Geng Dewa menaruh meja dan kursi sembarangan.
“Woi, ngapain masih di sini? Cepat ke lapangan!” Kata ketua Kantib bernama Yudha. Ketua Kantib ini terkenal sangat ganas kaya ular cobra.
“Sabar kali Yud, Nggak usah marah-marah kaya’ lagi PMS aja Lo. ini juga mau keluar.”
Ujar Keenan.
Geng Dewa akhirnya keluar melewati Yudha yang bersandar di pintu kelas dengan tatapan sinis. Yudha memang tidak suka dengan geng mereka karena terlalu lebay.
Teddy menjulurkan lidahnya ke arah Yudha, dia yakin guru BP dan Kantib tidak akan menemukan barang razia.
Semua siswa siswi sudah berkumpul di lapangan sekolah. Astaga, jam sebelas di jemur di bawah terik matahari. Sedangkan Kantib Osis menyelusuri
"Duh, gosong deh wajah gue, mana habis perawatan wajah lagi. Gimana nasib wajah gue kalau ceritanya di jemur kaya kerupuk gini?" Celoteh Calista sambil kipas-kipas dengan kedua tangannya
"Panas, gila. Segokilnya ngerazia jam segini." Sambung Ita anak IPS 2.
Semua ribut sendiri karena panas. Di saat ricuh Keenan mencari-cari sosok gadis yang dia rindukan siapa lagi kalau bukan Dera.
Lo tambah cantik saja sih, Dera. Sayang cinta gue ke Lo hanya bertepuk sebelah tangan. Gue janji suatu saat gue akan buktikan ke Lo jika gue pantas sama Lo. Batin Keenan sambil mengamati Dera yang sedang terdiam padahal temanya ricuh karena panas. Dera hanya cuek.
"ANAK-ANAK BARIS SESUAI KELAS MASING-MASING!" Ucap pak Samsul berdiri di podium tengah.
Grusak!
Grusuk!
Terdengar suara para siswa-siswi merapikan barisannya setelah di rasa cukup tertib dan rapi maka pak Samsul memulai pidatonya. Dari lubuk hatinya yang paling dalam pak Samsul juga malas jika razia siang karena apa? Berjemur di lapangan. Razia yang di lakukan SMA Tunas Bangsa membawa semua murid ke luar kelas dan selanjutnya Kantib yang bereaksi di kelas. Jangan harap bisa menyogok mereka.
"Saya senang kalian bisa capat tertib barisan mengingat cuaca yang semakin panas."
"Kalau panas ngapain siang bolong begini sih pak razianya. Heran gue sama SMA Tunas Bangsa.” Rere ngedumel karena gerah dan haus.
“Hush … di laksanakan saja perintah atasan.” Ucap Dera menasehati.
“Sebagaimana yang kita tahu, razia di lakukan agar kalian bisa menerapkan kedisiplinan sejak dini dan tanggung jawab. Apalagi kita tahu jika kemarin ada murid yang di skorsing karena tawuran. Maka, saya sebagai guru BP sekaligus kepala sekolah tidak ingin hal itu terjadi lagi. Kalian sudah kelas akhir akan menghadapi kelulusan. Saya harap kalian bisa memberi prestasi di sekolah ini. Dengan ini razia akan di mulai.” Jelas pak Samsul panjang kali lebar kali tinggi sambil mengetuk beberapa kali mikrofon.
“Rambut panjang semua mau jadi perempuan kalian?” Bu Yasmin mendekati anak geng Elang. Terkecuali Keenan. Kali ini penampilannya tampak rapi.
“Teddy, Bima, masukin baju kalian! Dasi kamu juga, dasi kucel seperti itu suruh orang tuamu belikan. Ya ampun tampan-tampan kotor kalian.” Bu Yasmin memukul kaki Bima dan Teddy dengan penggaris.
“Bima Arya Pati, besok potong rambut kruwel-kruwel kaya sarang burung walet saja.”
“Bukan sarang burung walet lagi bu, sarang kutu, ketombe, sarang tikus, buaya.” Sindir Calista.
“Diam kamu, Calista. Lihat rok kamu pendek, sekali mau jadi tukang pamer paha.” Bu Yasmin melotot.
Setengah jam sudah razia di lakukan. Para Kantib OSIS datang membawa bungkusan plastik putih berisi handphone bedak. Anak IPS 3 mengamati bawaan mereka. Syukur mereka tidak bisa menemukannya.
“Kelas IPS 3 pintar banget nggak ada barang, dimana kalian ngumpetin handphone dan yang lainnya?” Suara tegas Yudha sedikit menggelegar.
“Hai Yud, kalau nggak ada iya kita nggak bawa hp lah, bodoh amat sih Lo nyet jadi ketua.” Sahut Bima.
“Yudha, kamu sudah razia dia warung kantin. Bisanya mereka nitip di sana.”
“Mohon maaf tidak ada Bu Yasmin.”
Bu Yasmin menghela nafas panjang, beliau tahu pasti mereka menyembunyikannya.
Bagi yang tidak kena razia mereka bisa keluar barisan dan yang kena silahkan berjemur di bawah matahari setengah jam lagi. Kebanyakan anak IPS yang kena. Anak IPA dan Bahasa paling segelintir anak. Teddy, Bima masih kena karena rambut mereka yang panjang.
“Dera,” panggil Keenan saat memasuki koridor.
“Apa, Kee.” Sahut Dera dan menoleh ke belakang.
“Gue ke kelas dulu.” Rere meninggalkan mereka berdua.
“Gue kangen sama Lo. Besok jangan lupa iya, pacar.” Keenan tersenyum manis dan melewati Dera menuju kelasnya.
Jujur Dera sedih jika Keenan masih berharap kepadanya.