Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Kamar mandi.
Berdiri di depan cermin, Keira melihat pantulan dirinya. Wajahnya yang cantik tampak sangat pucat seperti orang sakit. Mata hitamnya yang biasa terlihat indah dan berkilau, sekarang hanya memperlihatkan tatapan kosong dengan pikiran yang melayang ke mana-mana.
Saat dia pergi ke taman untuk mencari Xavier, dia secara tidak sengaja melihat Xavier bersama Karina tengah membicarakan sesuatu. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi dilihat dari wajah Karina yang sangat marah mungkin itu perbincangan yang sangat serius.
Sebenarnya setelah melihat suaminya baik-baik saja dan tidak terluka, dia akan langsung pergi dari sana dan tidak mengganggu ataupun mendengar apa yang tengah mereka bicarakan.
Tapi entah kenapa hati kecilnya selalu mengatakan untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Dengan dorongan hatinya Keira diam-diam mendengar percakapan di antara mereka sambil bersembunyi di belakang pohon tidak jauh dari mereka.
Namun yang Keira tidak sangka adalah saat mendengarkan perbincangan mereka itu membuat dia merasa terkejut, syok, marah dan sedikit kecewa.
Perasaannya pada saat itu sangat campur aduk antara kecewa dan ingin marah, tanpa mendengarkan kelanjutannya lagi saat itu Keira langsung pergi dari sana meninggalkan mereka.
"Apa maksudnya sangat mirip denganku," gumamnya lirih. Keira melihat pantulan wajahnya di cermin.
"Siapa wanita yang mirip denganku? apa maksudnya aku dijadikan sebagai penggantinya? bukankah dia tidak pernah dekat dengan wanita? apa dia berbohong? jadi selama ini dia terus dekat denganku karena aku sangat mirip dengan wanita itu."
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang terus melintas di otaknya tanpa ada jawaban dari setiap pertanyaan itu. Membuat kepalanya terasa pusing.
"Tapi… kenapa hatiku terasa sakit seperti di sayat-sayat oleh pisau tajam"
Keira menyentuh dadanya yang terasa sakit, apa seharusnya aku tidak boleh menaruh harapan tinggi untuk pernikahan harmonis yang selalu dia impikan. Ya seharusnya begitu karena bagaimanapun ini hanya pernikahan paksa yang dilakukan oleh orang tua masing-masing untuk kepentingan mereka sendiri.
Tok…tok…tok
"Ibu…kenapa lama sekali Ayah sudah nunggu di luar," teriak Shaka dari luar kamar mandi.
"Ya sayang sebentar."
Keira buru-buru mencuci wajahnya, dia tidak ingin putranya melihat penampilan dirinya yang seperti ini.
Setelah mengusap wajahnya menggunakan tisu, Keira sedikit mengoleskan lipstik di bibirnya agar tidak pucat, dia tidak ingin anaknya merasa khawatir saat melihat ibunya yang seperti orang sakit.
Dirasa penampilannya sudah beres dan tidak ada lagi hal yang mencurigakan. Keira segera berjalan keluar dari kamar mandi dan melihat putranya tengah bersandar di tembok sambil bersedekap dada. Wajahnya yang tampan cemberut terlihat sangat imut.
"Maaf sayang kamu nunggu lama ya, ayo sekarang kita kembali." Keira membelai rambut Shaka lembut lalu memegang tangan mungilnya dan menuntunnya berjalan keluar dari rumah.
"Huh…kenapa Ibu lama sekali sih,"protes Shaka seraya menatap Keira dengan tidak puas, bibirnya yang kecil maju ke depan.
"Iya iya ibu kan sudah minta maaf," kata Keira melirik putranya yang masih menggerutu.
"Iya deh." pasrah Shaka, dia mengikuti ibunya dari belakang sambil digandeng olehnya.
Sesampainya mereka di luar, langkah kaki Keira terhenti, tubuhnya mematung saat melihat Xavier yang sudah duduk di kursi penumpang.
"Tidak Keira kamu harus rileks, mungkin perkataan Karina itu palsu. Kamu harus memastikannya sebelum mengambil kesimpulan."
Sesudah menenangkan dirinya, Keira menghela nafas panjang dia kemudian berjalan langsung menuju mobil lalu membantu Shaka untuk duduk di mobil setelah selesai kemudian dirinya yang masuk.
"Maaf lama," ucap Keira merasa bersalah sudah membuat mereka menunggu.
"Tidak papa, David ayo jalan," perintah Xavier setelah melihat istri dan putranya sudah masuk.
"Baik tuan."
Perlahan mobil itu menjauh dari pekarangan rumah Chester. Karina yang berdiri di balkon menyaksikan mobil itu menjauh, perlahan mengepalkan tinjunya.
Dia benar-benar sangat membenci wanita itu maupun wanita yang sekarang menjadi istri Xavier. Seharusnya dia yang menjadi istri Xavier, tapi kenapa harus orang lain yang mendapatkannya.
"Arghh dasar wanita sialan lihat saja aku akan membuat rumah tangga kalian hancur."
Menggertakan giginya karena cemburu, Karina kemudian tersenyum miring dengan tatapan mata yang penuh obsesi dan paranoid yang tersembunyi di kedalaman matanya yang berwarna coklat.
"Ckckck…kasihan sekali kau ini. Pria yang dicintai malah menikah dengan orang lain."
Mendengar ejekan dari pria yang sangat dibencinya karina langsung berbalik dia menatap tajam pria yang berdiri di depannya dengan penuh kebencian.
"Dasar brengsek! Semua ini gara-gara kau seharusnya Xavier yang menghabiskan malam bersama denganku bukan pria seperti mu! Seorang anak haram yang lahir dari wanita simpanan. Memikirkannya saja membuatku jijik," hina Karina dengan tatapan penuh rasa jijik.
Mendengar hinaan wanita itu, membuat Alaric murka, dia langsung berjalan ke arah Karina lalu menjambak rambutnya dengan kuat.
"Akh…lepas!" ringis Karina dengan wajah kesakitan dia mencoba melepaskan tangan Alaric sekuat tenaga. Namun tenaga pria dan wanita jelas berbeda, Karina tidak bisa melepaskan tangan Alaric dari rambutnya.
Alaric menghiraukan perjuangan Karina, tanpa belas kasihan dia terus menyeret tubuh Karina masuk ke dalam kamar lalu membantingnya ke lantai.
Dugh!
"Akh…." teriak Karina kesakitan saat kepalanya membentur ujung meja. Perlahan air mata mulai berjatuhan, dia memegang kepalanya yang terasa pusing dan merasakan cairan kental di kepalanya.
Melihat tangannya yang dipenuhi darah, wajahnya seketika pucat dengan tubuh yang gemetar ketakutan, dia secara spontan berteriak histeris.
"Akhh…da-darah!"
"Diam!" bentak Alaric.
Dia berjongkok di hadapan Karina lalu mencengkram dagunya sangat kencang.
"Dengarkan ini baik-baik sialan, memangnya siapa yang membuat semua ini terjadi? Anda kan. Kamu pikir dengan memberikan obat di minuman Xavier, dia akan masuk ke dalam jebakanmu, hah?! Tidak ,Xavier tidak akan sebodoh itu masuk rencana konyolmu…" cibir Alaric menjeda ucapan saat melihat tubuh Karina yang bergetar ketakutan.
"Dia adalah raja di dunia bisnis, semua orang sangat mengenalnya dan menghindarinya. Tidak ada yang berani melawannya, dan kau dengan rencana konyolmu itu ingin menjebak Xavier. Apa kau tau, orang yang berani melawannya akan berakhir dengan mengenaskan," lanjutnya.
Kemudian melepaskan cengkramannya, berdiri dan menatap wanita itu dengan tatapan merendahkan.
"Jika bukan karena aku yang harus bertanggung jawab, aku tidak sudi menikah dengan wanita rendah sepertimu. Ck…menyedihkan. " Setelah mengatakan kalimat itu Alaric langsung meninggalkannya sendirian.
Melihat belakang punggung pria itu yang perlahan menjauh, tatapan matanya dipenuhi dengan kebencian dan dendam. Darah merah cerah terus mengalir melewati pipinya, menghiasi sebagian besar sisi lain wajahnya dan tampak seperti iblis.
"Lihat saja aku pasti akan membunuhmu," gumamnya lalu tersenyum miring.