Seorang wanita muda bernama Lydia dipaksa menikah dengan mafia kejam dan misterius, Luis Figo, setelah kakaknya menolak perjodohan itu. Semua orang mengira Lydia hanyalah gadis lemah lembut, penurut, dan polos, sehingga cocok dijadikan tumbal. Namun di balik wajah manis dan tutur katanya yang halus, Lydia menyimpan sisi gelap: ia adalah seorang ahli bela diri, peretas jenius, dan terbiasa memainkan senjata.
Di hari pernikahan, Luis Figo hanya menuntaskan akad lalu meninggalkan istrinya di sebuah rumah mewah, penuh pengawal dan pelayan. Tidak ada kasih sayang, hanya dinginnya status. Salah satu pelayan cantik yang terobsesi dengan Luis mulai menindas Lydia, menganggap sang nyonya hanyalah penghalang.
Namun, dunia tidak tahu siapa sebenarnya Lydia. Ia bisa menjadi wanita penurut di siang hari, tapi di malam hari menjelma sosok yang menakutkan. Saat rahasia itu perlahan terbongkar, hubungan antara Lydia dan luis yang bertopeng pun mulai berubah. Siapa sebenarnya pria di balik topeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Salju Zurich belum mencair sejak pertempuran berdarah itu. Pagi-pagi buta, halaman vila Moretti masih penuh bercak merah yang belum sempat dibersihkan seluruhnya. Bau mesiu dan darah bercampur menjadi aroma asing yang menusuk. Para pengawal sibuk menyingkirkan bangkai mobil terbakar, sementara beberapa lainnya menggali lubang untuk mengubur jasad musuh yang tak sempat diangkut.
Lydia berdiri di balkon kamarnya, mengenakan mantel hitam panjang. Tangannya memegang secangkir kopi yang sudah dingin, namun matanya kosong, terpaku pada pemandangan di bawah sana.
Luis muncul dari balik pintu, rambutnya masih basah karena mandi. Ia melangkah pelan, mendekati istrinya. “Kau belum tidur lagi?”
“Apa bisa tidur setelah melihat semua ini?” suara Lydia serak, nyaris berbisik.
Luis berdiri di sampingnya, ikut menatap halaman. “Itu hanya awal. Ventresca ingin menguji pertahanan kita. Mereka ingin tahu seberapa kuat Moretti setelah bertahun-tahun kau menghilang.”
Lydia menoleh, sorot matanya dingin. “Dan mereka tahu jawabannya sekarang. Aku kembali.”
Luis meraih tangannya, mengecup punggungnya lembut. “Tapi harga yang harus kita bayar terlalu besar. Kau tidak boleh membiarkan dirimu tenggelam dalam dendam, Lydia.”
Lydia menunduk. “Aku tidak bisa berpura-pura tenang, Luis. Mereka menyerang rumahku, keluargaku. Jika bukan karena Ruze dulu menyelamatkan Sheng dari racun, mungkin aku tidak punya keberanian seperti sekarang. Aku berhutang pada masa lalu, dan sekarang waktunya aku membayar lunas.”
----
Siang itu, seluruh keluarga berkumpul di ruang bawah tanah yang difungsikan sebagai ruang strategi. Peta Zurich terbentang di atas meja panjang, penuh dengan penanda merah dan hitam. Alessandro berdiri tegak, wajahnya penuh ketegasan. Matteo duduk di kursi dengan senapan masih tergantung di punggung. Isabella menyiapkan teh di sudut ruangan,
Rafael masuk sambil membawa berkas. “Informasi terbaru. Ventresca merekrut tentara bayaran dari Eropa Timur. Mereka bergerak cepat. Sumber kita mengatakan, mereka punya rencana besar dalam dua minggu.”
Alessandro menatap sekeliling. “Dua minggu. Itu tidak banyak.”
Matteo menepuk meja. “Kita harus serang duluan! Jangan biarkan mereka bernapas!”
Namun Lydia mengangkat tangan. “Tidak. Menyerang tanpa rencana hanya membuat kita seperti mereka. Ventresca ingin kita bertindak gegabah.”
Semua mata tertuju padanya. Lydia berjalan mendekat ke meja, menatap peta dengan sorot tajam. “Aku mengenal mereka lebih baik daripada siapa pun. Ventresca bukan hanya mengandalkan peluru. Mereka akan menggunakan uang, politik, bahkan keluarga untuk menghancurkan kita dari dalam.”
Isabella menelan ludah, wajahnya pucat. “Maksudmu… mereka bisa menyerang kita lewat jalur hukum atau citra publik?”
Luis mengangguk. “Benar. Dan dengan reputasi Moretti di masa lalu, itu bukan hal sulit.”
Alessandro menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu, Lydia?”
Lydia menatap semua orang satu per satu. “Kita perkuat dua sisi. Pertama, pertahanan fisik. Rafael, kau pimpin pasukan untuk memperkuat gerbang timur dan utara. Matteo, kau urus logistik senjata dan komunikasi.”
Matteo mengangguk mantap.
“Kedua,” Lydia melanjutkan, “kita harus masuk ke jaringan mereka. Kita cari siapa penyokong dana utama Ventresca di Zurich. Hancurkan sumber uang mereka, maka mereka akan kehilangan tenaga.”
Semua terdiam sejenak. Alessandro menatap putrinya dengan bangga sekaligus berat hati. “Kau sudah berubah, Lydia. Bukan lagi gadis kecil yang kami lindungi, tapi pemimpin yang berdiri di garis depan.”
Lydia menunduk sedikit. “Aku tidak ingin berubah, Papa. Tapi keadaan memaksa.”
Malam di Perpustakaan
Beberapa jam kemudian, Lydia sendirian di perpustakaan keluarga. Rak-rak tinggi berisi buku tua, aroma kertas bercampur dengan kayu mengisi udara. Ia duduk di kursi besar dengan segelas anggur, menatap api perapian.
Luis masuk, membawa sebuah map. “Aku menemukan ini. Dokumen lama tentang aliansi Ventresca dengan keluarga mafia Rusia. Mereka sudah lama mengincar Moretti.”
Lydia membuka map itu. Foto-foto hitam putih, nama-nama asing, transaksi senjata, dan bahkan catatan eksekusi. Tangannya bergetar, namun wajahnya tetap tenang.
“Mereka pikir aku akan hancur dengan ini,” gumamnya. “Tapi justru aku akan gunakan kelemahan mereka untuk menjatuhkan mereka.”
Luis duduk di sampingnya, menatap dalam. “Kau tidak boleh membiarkan kebencian menguasaimu, Lydia. Aku takut kehilanganmu bukan karena peluru, tapi karena hatimu semakin dingin.”
Lydia menoleh, matanya melembut. “Luis… kau satu-satunya alasan aku masih punya sisi manusia. Tanpamu, aku mungkin sudah menjadi monster seperti mereka.”
Luis mengecup dahinya. “Maka jangan lepaskan aku.”
---
Keesokan harinya, sebuah paket misterius tiba di gerbang vila. Rafael yang membukanya lebih dulu, lalu segera membawanya ke ruang keluarga. Semua berkumpul, wajah tegang.
Di dalam kotak kayu itu, terdapat boneka porselen kecil yang hancur separuh wajahnya, berlumuran cat merah menyerupai darah. Di tangannya ada secarik kertas:
"Lydia, kau bisa kembali ke keluargamu. Tapi kau tidak bisa melarikan diri dari masa lalumu. Kami akan menghancurkanmu dari dalam. — Ventresca."
Isabella langsung pucat, nyaris pingsan. Matteo mengumpat keras. Alessandro mengepalkan tangan, wajahnya murka.
Namun Lydia hanya menatap boneka itu dengan dingin. “Mereka ingin membuatku takut. Mereka ingin aku ragu. Tapi mereka lupa… aku sudah hidup dalam ketakutan sejak kecil. Tidak ada yang bisa menakutiku lagi.”
Ia meletakkan boneka itu kembali ke meja, lalu menatap semua orang. “Mulai hari ini, aku yang akan memimpin perang ini.”
Hari-hari berikutnya, vila Moretti berubah seperti kamp militer. Halaman dipenuhi suara tembakan latihan, derap sepatu, dan teriakan perintah. Lydia sendiri ikut melatih pasukan, menunjukkan kemampuan menembak dan bertarung jarak dekat.
Luis tidak pernah jauh darinya, selalu memastikan istrinya tidak sendirian. Matteo melatih barisan muda, sementara Rafael mengatur strategi pengintaian kota.
Suatu malam, setelah latihan panjang, Lydia kembali ke kamarnya dengan tubuh penuh keringat dan luka kecil. Luis menunggunya dengan kotak P3K.
“Kau keras kepala,” gumam Luis sambil membersihkan luka di lengannya.
Lydia tersenyum samar. “Jika aku tidak keras kepala, aku sudah mati sejak lama.”
Luis menatapnya dalam. “Tapi aku tidak ingin kehilanganmu.”
Lydia menggenggam tangannya. “Kau tidak akan. Karena aku berjanji, aku akan bertahan demi kita.”
Namun tidak semua orang di rumah itu setia. Rafael menangkap sinyal komunikasi rahasia dari salah satu pengawal baru. Setelah diinterogasi, terbukti bahwa pengawal itu adalah mata-mata Ventresca yang berhasil menyusup.
Ia diseret ke ruang bawah tanah, wajahnya penuh darah. Alessandro hampir saja menembaknya di tempat, namun Lydia menahan.
“Tidak,” katanya dingin. “Biarkan dia hidup. Kita jadikan dia umpan.”
Rafael menatap takjub. “Kau… semakin berbahaya, Lydia.”
Lydia hanya menoleh sekilas. “Perang ini bukan tentang benar atau salah. Ini tentang bertahan hidup."
----
Malam itu, Lydia berdiri di jendela kamarnya, menatap Zurich yang sunyi. Hatinya penuh amarah, tapi juga penuh tekad. Luis memeluknya dari belakang, menenangkan gejolak dalam dirinya.
Di sisi lain kota, Ventresca merencanakan langkah berikutnya. Mereka tahu Lydia kembali bukan sebagai gadis kecil, tapi sebagai ratu perang yang berbahaya.
Pertarungan baru dimulai. Dan darah akan kembali mengalir di jalanan Zurich.
Bersambung
tp kl bnrn,aku orng prtma yg bkln kabooorrrr.....😁😁😁
bingung eike 🤔🤔🤔😁
lope2 sekebon buat author /Determined//Determined//Kiss//Kiss//Rose//Rose/
Smngtttt...😘😘😘