Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Soal hati susah."
Itu yang di dengar Alfaaro dari kisah cinta kakaknya.
"Kamu beneran naksir dia?" hati-hati Lyga bertanya pada sang adik.
Alfaaro yang baru mengangkat ponselnya langsung menoleh.
Niatnya mau menghubungi Mylea.
Bukan.
Melainkan mengirimkan pesan ke nomor Nilam untuk Mylea tapi seketika urung mendengar pertanyaan kakaknya.
Harusnya pemuda itu kini sudah berada di Riau jika saja Lyga tidak menghubunginya dan mengabarkan jika sang Ayah tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit.
Sejak lama baik Alfaaro maupun Lyga tahu jika sang ayah kerap mengalami sakit di dadanya. Tapi tak sekalipun Udgam mau memeriksakan kesehatannya dengan alasan hanya kelelahan.
Kini terjawab sudah mengapa Udgam sering merasa nyeri di dada itu karena ada masalah pada jantungnya.
"Aku hanya bertanya tidak jadi masalah jika tidak mau menjawab." Tukas wanita hamil itu menyeringai.
Tetap bungkam, Alfaaro tidak berniat menjawab tanya Kakaknya Lyga.
******
Yudha tampak depresi, ia menjambak rambut untung saja tak terlepas dari kepalanya.
Efek mabuk hanya bisa melupakan masalahnya sejenak setelahnya kepalanya justru berdenyut dengan perut bergejolak di imbangi dengan kesadaran yang menghampiri pun kembalinya masalah yang tetap harus dihadapi.
David mengantarkan kerumahnya bersama Ruliana, setelah Yudha dibawa masuk oleh Ruliana maka David bergegas pergi.
Maka disinilah Yudha sekarang.
Tidur seranjang bersama sang istri yang berusaha dihindarinya.
Yudha berlari menuruni tangga dan gegas menuju toilet bawah setelah memuntahkan isi perutnya dia lalu duduk di atas sofa dengan gusar.
"Mas,"
Yudha tak merespon, ia hanya menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menengadah ke langit-langit rumah.
Keputusannya sudah bulat. Sepertinya sementara dia akan pindah ke apartemen. Dia benar-benar butuh waktu sendiri.
Setelah pertengkaran ibunya dan Ruliana Yudha mulai ragu apa Ruliana memilihnya karena cinta atau ada maksud.
Jika tanpa maksud tertentu mengapa wanita itu begitu marah saat ibunya akan memberikan warisan pada Mylea?
Tangan lentik nan halus itu meraih jemarinya yang terkepal.
"Mas, aku sudah menghubungi Dokter Yuyu. Aku sudah konsultasi pada beliau tentang bayi tabung yang akan kita lakukan, apa besok kita bisa ke rumah sakit Medistra?"
Harusnya Yudha senang akhirnya Ruliana mau berusaha membuat hati Ibunya luluh dengan upaya memberikan cucu untuk sang Ibu.
Tapi setelah pertikaian kemarin Yudha yakin ibunya tidak menyukai Ruliana.
Istrinya tidak respect pada sang Ibu.
Kini keadaan delapan tahun silam seolah berbalik arah tujuan.
Karma seolah bersekutu pada takdir untuk menancapkan luka untuk Yudha.
Wanita yang dulu selalu ingin di dekati kini seolah menjadi yang paling ingin dihindari.
Sang mantan istri yang dulu ingin dilupakan tapi wajah ayunya kini berseliweran di angan.
Ini jelas bukan hanya soal anak, tapi ada perasaan istimewa yang perlahan menggerogoti kewarasannya.
Dulu Yudha tidak takut ketika orang di sekeliling mengucilkannya. Tentang dia yang pergi karena sang kekasih dan rela meninggalkan istri sah menurutnya bukan sebuah kesalahan. Hidup nyaman dan bahagia adalah hak setiap orang, ia pergi karena keinginan hatinya.
Tapi mengapa kini dia rela mengemis maaf?
"Mas sibuk, lain kali ya."
Yudha berusaha menawar.
"Kamu tidak memberiku kesempatan, Mas?"
Yudha menatap wanita yang dicintainya.
"Kalaupun kita berusaha, itu tidak hanya untuk kita, tapi juga untuk Ibu."
"Mas berubah begini setelah tahu memiliki anak dari wanita itu?" Ruliana dengan tatapan tajamnya menghunus manik suaminya. "Tidak perlu bicara soal perasaan, cukup pikirkan setidak berharga itu aku di matamu sekarang? Dengan posisi kita bagaimana Ibumu bisa menyukaiku? Harusnya mas dukung. Bukan malah menyudutkan seperti ini."
Menyudutkan?
Yudha dibuat bingung dengan tuduhan istrinya.
"Kamu tidak perlu melakukannya, karena saat ini Ibu masih marah pada kita."
"Begitu?" Ruliana punya cara menolak pemikiran Yudha.
"Bijak-lah Ana "
"Bijak katamu?" sepertinya Yudha lupa siapa dirinya, dulu lelaki itu yang menyakinkan dirinya jika Ruliana tidak akan kekurangan apapun ketika memutuskan bersama, tapi lihatlah sekarang!
*******
"Seumur-umur aku nggak pernah lihat orang seperti Alfaaro itu." Karena Lisa punya cara pandang sendiri terhadap mantan bodyguard Nilam. "Untuk alasan apapun belum pernah ada laki-laki yang meluluhkan anak demi memancing hati Ibunya, bukankah ini keren?"
Nilam masih belum menanggapi.
"Coba istikharah." cetus Lisa lagi.
"Aku tak kehilangan arah."
Lisa mengangguk. " Coba saja siapa tahu ini benar-benar jodohmu. Masih muda Nilam, ganteng plus tajir melintir pula!"
Nilam melirik sahabatnya.
Seperti sebuah petunjuk, Nilam melihat pria yang sedang mereka bicarakan. Pria itu sedang berjalan ke arahnya tapi pandangannya fokus pada ponsel di tangannya.
"Hai Jenar "
Nilam membuang pandangan melihat tingkah sahabatnya, haruskah Lisa menyapa seperti itu?
Tapi bukankah Alfaaro sedang ada perjalanan bisnis ke Riau?
Raut Alfaaro berubah. Yang tadinya fokus pada ponsel kini menatap dua wanita dihadapannya. Ia ingat nama Lisa, salah satu sahabat Nilam yang pernah terus terang mengagumi ketampanannya.
Pria tegap itu menyambut uluran tangan Lisa.
"Sudah lama tidak bertemu." Lisa bicara pada Alfaaro, mengabaikan keterkejutan Nilam.
"Benar."
Satu kata mewakili semua.
Mereka benar-benar cocok. Batin Lisa.
Nilam tidak menyangka sahabatnya melakukan ini. Ini pertama kalinya dia melihat Alfaaro memakai pakaian selain warna hitam ataupun putih. Abu-abu warna kaos yang saat ini pria itu kenakan dengan tulisan Likes di bagian dada.
Berkat paksaan Lisa mereka bisa duduk satu meja.
Awalnya pembicaraan mereka seputar bisnis, sekarang merambat ke masalah pribadi.
"Kata Nilam kamu lagi ada perjalanan bisnis ke Riau?"
Mendengar namanya disebut Nilam memutar lehernya menatap sahabatnya.
Apa-apaan Lisa? Kapan dia mengatakan soal Alfaaro yang ke Riau?
Alfaaro menatap Nilam. Wanita itu menceritakan tentang dirinya?
"Tidak jadi, ayahku sedang dirawat untuk itu penerbangan ke Riau dibatalkan."
"Pak Udgam sakit?" Nilam tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Selain anda sukses di bidang bisnis ternyata anda sosok penyayang, sudah pantas sepertinya anda memiliki sebuah keluarga bahagia."
Ini bukan sindiran, Lisa ingin jika Alfaaro serius dengan perasaannya maka ada kepastian untuk Nilam.
Alfaaro tidak marah. Nilam baru mengenal dirinya dia bisa lebih bersabar, terlebih ia tahu sang mantan dari wanita yang diincarnya sepertinya memiliki tanda-tanda menyesal telah meninggalkan Nilam dan memilih wanita yang katanya cinta pertamanya.
Mungkin Nilam tidak bisa melihat gerak-gerik Yudha.
Tapi sebagai sesama pria Alfaaro menyadari itu.
"Martabat laki-laki tidak diukur dari kekuasaan, melainkan cara dia menghargai wanita."
Ucapan pria yang terlihat bertanggung jawab, Alfaaro pria yang tidak hanya keren sepertinya dia juga pria yang bisa mengayomi.
Lisa bisa melihat kesungguhan dari binar mata Alfaaro pada sahabatnya. Sepertinya Alfaaro tulus tidak ada niat memanfaatkan Nilam.
Mau memanfaatkan apa?
Sedang dari Nilam dia tahu bahwa Alfaaro alias Jenar adalah putra dari tuan Udgam yang terkenal dengan kekayaannya.
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha