Seorang wanita mendatangi klinik bersalin di tengah malam buta. Wanita itu meringis menahan rasa sakit. Sepertinya dia ingin melahirkan.
Setelah mendapatkan pertolongan dari Bidan, kini wanita itu menunggu jalan lahir terbuka sempurna. Namun, siapa sangka ia akan di pertemukan oleh lelaki yang sengaja ia hindari selama ini.
"Lepas, Dok! Aku tidak butuh rasa kasihan darimu, tolong jangan pernah menyakiti hatiku lagi. Sekarang aku tak butuh pria pengecut sepertimu!" sentak wanita itu dengan mata memerah menahan agar air mata tak jatuh dihadapannya.
"Alia, aku mohon tolong maafkan aku," lirih lelaki yang berprofesi sebagai seorang Dokter di sebuah klinik bersalin tempat Alia melahirkan. Lelaki itu menatap dengan penuh harap. Namun, sepertinya hati wanita itu telah mati rasa sehingga tak terusik sedikitpun oleh kata-kata menghibanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana yang gagal
Resha berkunjung ke kota tempat suaminya bertugas. Sebenarnya wanita itu sudah lama ingin datang. Namun, Hendra tak mengizinkan, karena sesuai kesepakatan yang mereka buat bahwa pernikahan mereka hanya untuk memenuhi keinginan kedua orangtuanya.
Mungkin bagi Hendra dia akan terpaksa menikahi wanita yang di pilihkan oleh kedua orangtuanya. Tetapi, tidak dengan Resha yang memang telah jatuh cinta dengan Abang angkatnya itu.
Ya, Resha adalah anak angkat di keluarga Hendra. Gadis itu di ambil oleh Ayah dan ibunya saat dia berumur delapan tahun di sebuah panti asuhan. Dan itulah yang membuat Hendra menolak permintaan dari kedua orangtuanya. Karena selama ini dia menganggap Resha sudah seperti adik kandungnya sendiri.
Sekuat apapun Hendra menolak, tetapi ia akan tetap menyerah di saat sang ibu beralasan dengan penyakit jantung yang dia derita. Hendra tak ingin terjadi sesuatu pada ibunya, maka ia harus menikah dengan Resha.
Didalam pernikahan itu Hendra membuat kesepakatan dengan Resha, yang mana pernikahan itu adalah sebagai status saja. Karena Hendra dan Resha bertugas berbeda daerah, maka mereka mempunyai kesempatan untuk tak tinggal bersama.
Resha bekerja di sebuah RS yang ada di kota tempat mereka tinggal. Sedangkan Hendra di RS luar kota. Kedua orangtuanya tidak tahu bahwa Hendra tak pernah pulang, karena Resha tinggal di rumah dinasnya.
Hendra menunggu kedatangan istrinya di bandara. Hanya dua puluh menit menunggu ia sudah melihat sosok wanita yang hampir satu tahun tak ia temui.
Kini penampilan wanita itu tampak jauh berbeda, tubuhnya terlihat lebih berisi, rambutnya di kuncir kuda. Hendra sedikit pangling, senyumnya begitu manis.
"Hai, Mas!" sapa Resha dengan senyum khasnya.
"Hai, kamu apa kabar?" balas Hendra tampak sedikit gugup saat Resha meraih tangannya untuk di salimi dengan takzim.
"Alhamdulillah aku baik," jawab Resha. Kini tatapan mereka bertemu, dan tentu saja dengan degup jantung mereka masing-masing.
"Apakah kita akan berdiri saja seperti ini? Mas tidak ingin membawaku pergi dari sini?" kelakar Resha yang membuat Hendra semakin salah tingkah.
"Ah, ya ya. Ayo masuklah." Hendra membukakan pintu mobil untuk istrinya, setelah itu ia menduduki bangku kemudi.
Sementara itu di tempat lain, Hanan baru saja selesai mengurusi sang istri, yaitu memandikan, menyuapi makan, dan di tutup dengan minum obat.
Hanan membawa Alia di taman belakang yang tak jauh dari kolam renang. Wanita itu tampak begitu senang menikmati udara segar.
"Hanan, mandi," rengeknya saat melihat kolam renang.
"Jangan Dek, kamu kan sudah mandi. Ayo kita duduk disana," ajak Hanan membimbing tangan istrinya untuk duduk di sebuah kursi panjang.
"Ssshh Ssshh... Anak ibu jangan menangis ya. Lihat disana ada kolam, apakah kamu mau mandi?" celoteh wanita itu pada boneka yang ada dalam pelukannya.
"Alia, coba kamu pandang dengan benar. Ini bukan bayi, ini hanya boneka Alia," ucap Hanan sembari meraih boneka itu dari pelukan Alia.
"Tidak, ini bayiku! Awas kamu!" Alia merebut kembali boneka itu dan mendorong tubuh Hanan agar menjauh.
Hanan masih berusaha untuk mengembalikan ingatan sang istri, tanpa ia sadari ada dua pasang mata yang sedang mengawasi.
"Hanan! Ada telpon untuk kamu!" panggil sang Mama dari teras belakang.
"Alia, kamu jangan kemana-mana ya, aku angkat telepon dulu," ucap Hanan sembari mengusap kepala Alia dengan lembut.
"Hanan, mandi," balasnya sembari menunjuk kolam renang.
"Baiklah, nanti kita akan mandi disana, tapi aku angkat telepon dulu ya."
Alia hanya mengangguk dan tersenyum senang saat di janjikan mandi di kolam renang yang airnya terlihat begitu bersih.
Saat Hanan telah masuk kedalam rumah, Evi dan Nova segera bergegas menuju dimana Alia sedang duduk.
"Nova, cepat kerjakan tugasmu sekarang!" titah Evi pada wanita yang dia inginkan untuk menjadi menantu.
"Tapi, bagaimana nanti jika Hanan tahu, ya Tante?" tanya wanita tampak cemas.
"Sudah, biar Tante yang menjaga disini. Ayo cepat!"
Nova mengangguk patuh, dia segera menghampiri Alia yang masih sibuk dengan bonekanya.
"Hei, wanita gila! Ayo ikut aku!" Nova meraih tangan Alia dan menariknya ke pinggir kolam renang.
"Nggak mau!"Berontak Alia sembari memukul tubuh wanita itu dengan bonekanya.
"Ayo cepat! Kamu ingin mandi kan, ayo mandi sana, sekalian nggak usah keluar!" Nova masih berusaha membawa Alia menuju bagian terdalam di kolam itu.
Setelah sampai di pinggir kolam renang, Nova mendorong tubuh Alia untuk masuk kedalam, namun, Alia mengelak dan dengan cepat ia mendorong Nova hingga akhirnya wanita itu terjun ke kolam renang.
"Hahaha... Kamu pinter berenang. Tapi, aku tidak mau mandi denganmu, aku mau mandi dengan Hanan," celoteh Alia dengan tawa kegirangan.
Eva yang mendengar tawa Alia, ia segera menghampiri mereka. Dan terlihat Nova sudah basah kuyup sembari naik keatas.
"Ada apa ini?" tanya Hanan yang sudah berdiri di sana.
"Itu, itu tadi Alia ngedorong Nova ke kolam renang," adu Eva pada anaknya.
"Masa sih? Bukannya tadi Alia duduk disana?" tanya Hanan sedikit curiga.
"Hanan, aku tidak mau mandi dengan dia. Aku mau mandi dengan kamu dan anak kita," jawab Alia tampak begitu santai.
"Ya baiklah, ayo kita ganti pakaian dulu." Hanan merangkul Alia masuk kedalam untuk mengganti pakaian santai untuk mereka bawa berenang.
"Haahh! kesel banget deh!" teriak Nova pada Alia.
"Sudah, kamu tenang saja. Sekarang kita cari cara lain untuk menyingkirkan wanita itu," ucap Eva menenangkan Nova.
"Sepertinya wanita gila itu mempunyai kekuatan, Tan," cicitnya sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Kekuatan bagaimana? Itu hanya kamu saja yang kurang cepat geraknya. Sudahlah, ayo ganti pakaian kamu. Nanti kita pikirkan kembali bagaimana caranya menyingkirkan Alia," balas wanita baya itu yang segera beranjak.
Sementara itu di sebuah Cafe, Hendra dan Resha baru saja duduk setelah memesan minuman untuk menemani mereka ngobrol.
"Mas Hen, nggak dinas hari ini?" tanya Resha sembari menatap wajah tampan suaminya.
"Nggak, sengaja izin hari ini," jawab Hendra sedikit menundukkan pandangannya dari tatapan sang istri.
"Mas ingin bicara apa?" tanya Resha pada pokok bahasan.
"Aku ingin kamu pindah tugas disini," jawab Hendra yang membuat Resha menatap tak percaya.
"Maksud kamu?"
"Res, aku ingin kita menjalani pernikahan yang serius. Ini sudah tahun ketiga di pernikahan kita. Aku ingin kita tinggal seatap dan memulai untuk membuka hati masing-masing agar bisa menerima satu sama lain," jelasnya pada sang istri. Dan tentu saja Resha dibuat tak percaya dengan permintaan suaminya.
Resha tak bisa menyembunyikan rasa haru dalam hatinya. Inilah yang ia harapkan selama ini. Dan tentu saja ia akan menerima dengan senang hati.
"Apakah Mas Hen serius?" tanyanya masih kurang yakin.
Bersambung....
Happy reading 🥰