Kehidupan bahagia yang dijalani Thalia setelah dinikahi oleh seorang pengusaha kaya, sirna seketika saat mendengar kabar bahwa suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan maut. Keluarga almarhum sang suami yang memang dari awal tidak merestui hubungan mereka berdua, mengusir Thalia yang sedang hamil besar dari mansion mewah milik Alexander tanpa sepeser uang pun.
Di saat Thalia berhasil bangkit dari keterpurukan dan mulai bekerja demi untuk menyambung hidupnya dan sang buah hati yang baru beberapa bulan dia lahirkan, petaka kembali menimpa. Dia digagahi oleh sang bos di tempatnya bekerja dan diminta untuk menjadi pelayan nafsu Hendrick Moohan yang terkenal sebagai casanova.
"Jadilah partner-ku, aku tahu kamu janda kesepian bukan?"
Bagaimanakah kehidupan Janda muda itu selanjutnya?
Bersediakah Thalia menjadi budak nafsu dari Hendrick Moohan?
🌹🌹🌹
Happy reading, Best...
Jangan lupa tinggalkan jejak
⭐⭐⭐⭐⭐ bintang 5
💖 subscribe
👍 jempol/ like
🌹 kembang, dan
☕ kopi segalon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kue Pesanan Tuan Muda
Zack terkekeh, melihat ekspresi Moohan yang tidak seperti biasanya. "Benar, Dok. Dia sedang sangat merindukan seorang wanita, tapi sayangnya wanita itu tidak merindukannya," lanjut Zack dengan sengaja memancing kemarahan sang bos. Benar saja, Moohan semakin emosi dibuatnya.
"Diamlah, Zack! Kepalaku semakin pusing mendengar celotehanmu!' geram pria tampan tersebut seraya memijat keningnya sendiri yang semakin terasa berdenyut.
"Apa yang Anda rasakan, hanya pusing di kepala, Tuan?" tanya sang dokter, memastikan pendengarannya barusan.
Moohan menggeleng dan kemudian menatap dokter keluarga tersebut. "Mual dan ingin muntah terus, Dok. Jangan tanya kenapa karena saya juga tidak tahu penyebabnya. Saya sudah mengingat apa saja yang saya makan, tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan makanan yang masuk ke dalam perut saya. Satu lagi, selain rasa pening di kepala saya juga berkeringat dingin" terang Moohan, panjang lebar.
Dokter keluarga berusia paruh baya tersebut segera memeriksa kondisi Moohan. Dahi pria berkacamata itu berkerut dalam setelah beberapa saat memeriksa dan semuanya baik-baik saja. "Semuanya normal, Tuan Muda. Tekanan darah, denyut nadi, jantung, dan saya bisa pastikan kalau Anda, sehat," ujarnya sambil melepaskan kacamata dan mengusap keringat dengan sapu tangan berwarna biru, sebiru hati Moohan sekarang.
"Sehat bagaimana maksud Anda, Dokter! Sudah jelas-jelas kalau saya ini sakit! Perut saya mual dan kepala saya juga sangat pening!" kesal Moohan, menatap tajam sang dokter sekilas dan kemudian segera membuang muka.
Moohan merasa dipermainkan oleh dokter tersebut. Entahlah, tiba-tiba saja emosinya tidak dapat terkontrol. Lebih parah lagi, dia tiba-tiba sangat menginginkan kue basah yang biasa dia makan di tempat sang mama.
"Zack, telepon mama dan katakan pada mama kalau aku mau makan kue seperti yang biasa dibeli oleh Pak Lee. Suruh Pak Lee untuk mengantarkan kuenya pagi ini juga!' titah Moohan, membuat Zack membulatkan mata tidak percaya.
"Bos, tiket pesawatnya pasti tidak sebanding dengan harga kue itu, Bos. Aku carikan saja di sini, ya," tawar Zack yang merasa bahwa permintaan sang bos sungguh konyol.
"Tidak, Zack! Aku mau kue yang biasa aku makan di rumah mama! Aku tidak mau tahu, Zack, pokoknya kamu harus mendapatkan kue itu entah bagaimana caranya!" Moohan memaksa dengan tatapan mengintimidasi sang asisten.
Melihat itu semua, sang dokter tersenyum. "Selamat, Tuan, karena sebentar lagi Anda akan menjadi ayah," tuturnya membuat dahi Moohan berkerut dalam.
"Sepertinya, Anda mengalami kehamilan simpatik, Tuan," lanjut sang dokter, menjelaskan.
"Thalia, ha-mil?" Satu nama itu yang meluncur dari bibir Moohan dan membuat bibir pria tampan itu melengkung, membentuk sebuah senyuman. Namun, senyuman itu hanya sedetik saja singgah di wajah Moohan karena setelah teringat bahwa Thalia menghilang dari kehidupannya, wajah tampan tersebut langsung bergelayut mendung.
"Zack, apa detektif yang kamu sewa tidak becus bekerja? Kenapa sampai sejauh ini, kabar tentang Thalia belum juga aku dengar?" cecar Moohan, penuh selidik.
"Aku selalu memantau mereka, Hen, dan sepertinya Thalia benar-benar bersembunyi di tempat yang tidak mungkin kamu jangkau," balas Zack, menatap prihatin pada sang sahabat.
Moohan menghela napas panjang. Pemuda tampan itu beringsut dan kemudian menyandarkan punggung pada sandaran ranjang. Moohan memejamkan mata, mencoba mengingat wajah Thalia dan melukisnya dalam kenangan agar tidak menghilang, seperti hilangnya janda cantik yang telah memporak-porandakan kehidupannya.
Ya, wanita yang telah masuk ke dalam hati Moohan dan menggerogoti jiwa sang casanova itu menghilang begitu saja tanpa jejak. Dia menghilang bagai ditelan bumi sehingga Moohan dan orang-orang suruhannya tidak dapat mengendus keberadaan Thalia. Bos TMC yang baru saja mengetahui bahwa kemungkinan Thalia mengandung benihnya, kini menjadi putus asa.
"Harus kemana aku mencarinya, Zack?" tanya Moohan yang tidak membutuhkan jawaban dan masih dengan mata terpejam.
Untuk sesaat keheningan menyapa kamar mewah sang casanova yang bertekuk lutut pada pesona sang janda. Tidak ada satupun yang bersuara, termasuk dokter keluarga. Begitu pula dengan Asisten Zack yang masih berdiri mematung di tempatnya semula.
Sementara sang dokter kemudian pamit karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Tuan Muda Moohan hanya sakit psikologis dan akan segera sembuh jika dia sudah bertemu dengan sang pawang. Menyisakan Moohan dan sang asisten yang masih sama-sama terdiam.
Sementara itu, di kediaman Nyonya Brenda. Wanita paruh baya yang selalu berpenampilan anggun dan bersahaja tersebut dibuat terkejut dengan permintaan sang putra melalui asisten pribadi Moohan. Nyonya Brenda bahkan ingin memastikan dengan berbicara langsung pada putranya, tetapi sayangnya sang putra sedang tidak mau diganggu.
Ya, Moohan baru saja bisa memejamkan mata. Pria tampan itu kelelahan, harus bolak-balik ke kamar mandi, setelah dokter meninggalkan kamarnya tadi. Moohan kembali memuntahkan isi perutnya yang sudah habis terkuras sejak dia pertama kali terbangun.
Zack dengan setia mendampingi sang sahabat dan senantiasa menampakkan wajah khawatirnya melihat Moohan kepayahan ketika memuntahkan isi perut yang hanya berupa cairan kekuningan. Asisten setia bos TMC itu juga membantu bosnya untuk kembali berbaring di tempat tidur karena Moohan benar-benar lemas dan sama sekali tidak memiliki daya. Setelah memastikan bahwa tidak ada lagi yang dapat dikeluarkan, Moohan kemudian berpesan pada Zack sebelum sang asisten berlalu dari kamarnya bahwa dia tidak mau diganggu untuk sementara waktu.
Mamanya Moohan hanya bisa menghela napas panjang setelah mendengar penjelasan dari putra angkatnya barusan. Setelah Zack memutuskan panggilan, Nyonya Brenda bergegas memanggil sang sopir untuk membeli apa yang diinginkan sang putra. Wanita anggun itu sendiri yang akan berangkat ke tempat putranya untuk mengantarkan kue kesukaan Moohan.
"Nyonya, kue untuk Tuan Muda sudah saya siapkan. Apakah Anda mau berangkat sekarang, Nyonya?' tanya Pak Lee begitu tiba kembali di kediaman sang majikan dan melihat majikannya itu telah bersiap untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Ya, setelah menyuruh sang sopir ke kios milik Thalia untuk membeli kue, Nyonya Brenda langsung bersiap-siap. Wanita anggun tersebut ingin tinggal untuk beberapa hari di mansion sang putra, setelah mendengar cerita dari Zack melalui sambungan telepon tadi. Mamanya Moohan itu turut prihatin dengan apa yang dialami putranya.
"Iya, Pak. Kalau tidak cepat-cepat berangkat, takutnya kue itu keburu basi dan tidak bisa dimakan," balas Nyonya Brenda yang langsung beranjak seraya menjinjing tas tangan mahalnya untuk segera menuju halaman.
Sementara Pak Lee membawakan koper kecil yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga ketika dia membeli kue tadi dan berjalan mengekor langkah sang majikan. Pak Lee segera melajukan mobil mewah sang bos, membelah jalanan beraspal untuk menuju bandara. Tiba-tiba, Nyonya Brenda memberikan perintah agar sopir pribadinya itu menghentikan laju mobil, tepat ketika mereka berada di depan deretan kios tempat Thalia berjualan. Sopir berwajah Asia tersebut kemudian menepikan mobil di pinggir jalan.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Pak Lee seraya menoleh ke belakang. Sopir Nyonya Brenda itu nampak bingung.
"Saya sudah membeli kue sesuai pesanan Tuan Muda Moohan, Nyonya. Namun, jika Anda khawatir masih ada yang kurang, Anda bisa mengeceknya kembali," lanjut sopir tersebut seraya menunjuk keranjang kue di bangku depan.
Nyonya Brenda menggeleng. "Tidak perlu, Pak Lee. Saya percaya, pasti sudah sesuai," balasnya tanpa menatap sang sopir. Wanita anggun itu menatap ke arah kios milik Thalia, dengan tatapan entah. Seperti ada yang menarik perhatiannya dan menuntunnya untuk turun, tetapi Nyonya Brenda tidak tahu untuk apa dan mengapa?
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.