Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Dan saat ini Lila sedang terduduk lesu, dia sudah tau bahwa hal ini akan terjadi.
"Aku selalu takut dibuang, tapi akhirnya malah aku yang membuang diriku dan kali inu aku harus benar-benar meninggalkan keluarga ku," lirih Lila sambil terisak dan memandang lekat benda yang sedang dipegangnya.
Ya, saat ini Lila sedang mangandung, ketakutannya selama ini terbukti. Dia bingung harus bagaimana sekarang dan satu-satunya jalan adalah pergi dari keluarganya dan melepaskan nama belakang yang selama ini disandangnya.
Lila menaruh tespek itu kedalam laci. Dia menghapus air matanya dan keluar untuk sarapan.
Saat dia berada didapur, dia tersenyum karna melihat Bram sedang memeluk Keinya dari belakang ketika Keinya sedang memasak.
Mamih,papih, semoga Allah melindungi kalian dan semoga Allah selalu memberi kalian kebahagiaan.
Lila mengurungkan niatnya untuk menghampiri Keinya. Dan dia memutuskan untuk menghampiri adik-adiknya yang masih berada dikamar dan pasti sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Lila membuka pintu kamar adiknya, "Apa kaka boleh masuk?" tanya Lila saat melihat kedua adiknya sedang membereskan buku.
"Masuklah, kak," jawab Vania.
Lila masuk kedalam kamar adiknya dan duduk di sofa.
Vania, Tania, terimakasih karna kalian telah menyayangi kaka dengan sepenuh hati kalian. Kaka hanya bisa berdoa semoga kalian selalu diberikan kebahagiaan.
Lila memandang kedua adiknya dengan tatapan sendu. Dia berencana menghabiskan waktu bersama kedua adiknya sebelum dia pergi, setidaknya sebelum dia pergi, dia mempunyai kenangan bersama adik-adiknya dan keluarganya.
"Vania, Tania, bagaimana jika kita pergi bertiga besok dan menghabiskan waktu sepulang kalian sekolah, kakw akan membelikan semua yang kalian mau," ucap Lila.
"Benarkah? apa kaka akan membelikan semua yang kami mau?" tanya Tania antusias.
"Tentu, besok biar kaka yang menjemput kalian disekolah, bagaimana?
"Apa mamih mengijinkan kaka untuk memakai mobil?" tanya Vania.
"Kaka akan meminta mamih mengijinkannya, ayo cepat. Kaka akan keluar untuk sarapan."
•••
Saat berada dimeja makan, Lila sedikit ragu untuk mengatakan keinginannya tapi dia berusaha untuk menyampaikan keinginannya. "Mamih, papih!" Lila menjeda ucapannya karna benar-benar tak enak jika harus berbicara pada kedua orang tuanya.
"Ya sayang, ada yang ingin kau katakan?" tanya Keinya sambil menaruh garpuh ditangannya dan menatap Lila.
"Mamih, papih, bisakah kah kita kembali kerumah?" tanya Lila, dia menggigit bibir bawahnya karna merasa malu atas permintaanya. Dia berpikir sebelum dia pergi dia ingin tinggal beberapa hari dirumah yajg tengah dia tempati selama 15 tahun, walaupun rumah itu mengingatkannya pada kebiadaban Raffael, tapi Lila ingin mengingat-ngingat kenangan dirumah itu sebelum dia pergi untuk meninggalkan keluarganya selamanya.
Tania yang sedang memijum jus nya langsung tersedak karna mendengar ucapan kakanya. Dan Bram, keinya serta Vania langsung melihat kearah Tania.
Bram yang duduk disebelah Lila, megusap lembut rambut putrinya. "Kami akan mengikuti kemauan mu untuk tinggal dimana pun kau mau." Bram tersenyum kemudian dia melanjutkan sarapannya.
•••
Saat jam istirahat sekolah Vania langsung menyeret langkah adiknya untuk ke perpustakaan.
"Vania, lepas, kau membuatku malu!" keluh Tania karna Vania menyernya berjalan dengan kasar.
"Sekarang kau tidak bisa mengelak lagi Tania, kau pasti tau alasan dua bulan lalu kaka tak ingin pulang kerumah, dan tadi kau sanga terkejut saat aka ingin kembali kerumah."
Tania ...
Satu part lagi malem ya
tetep nyesekk