Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Apakah aku cemburu?
“Ekhem ….”
Suara dehaman Tessa membuat dua orang yang tadinya saling berpandangan seketika menoleh bersamaan. Owen merasa gugup juga lega secara bersamaan saat melihat sosok istrinya, berdiri membawa nampan dengan tiga cangkir di atasnya.
Awalnya Owen berinisiatif untuk menjelaskan kepada istrinya. Sayangnya … ia tak pernah dihadapkan dalam posisi seperti ini, hingga membuatnya gugup dan tergagap saat bicara.
“Bun, i-itu … a-aku bisa jelasin kok. Maksud ka-“
Tanpa permisi, Nawra menyela ucapan Owen.
“Maksudku kangen itu, bukan hanya kangen pada Owen saja. Aku juga kangen pada semua teman-teman kami saat SMA,” jelas Nawra.
Dalam hati pria itu merutuki dirinya yang minim pengalaman mengenai hubungan asmara. Tak pernah ia alami kejadian tak terduga seperti saat ini.
Sementara Owen hanya menatap raut wajah istrinya, ia ingin menebak bagaimana isi hati Tessa melalui gurat wajahnya. Dalam benaknya kini sedang terjadi peperangan. Di satu sisi ia berharap agar istrinya percaya dengan alasan yang dibuat Nawra. Namun di sisi lain, ia merasa bersalah sebab telah berbohong. Seandainya memang Tessa percaya.
Tanpa berkomentar, Tessa duduk pada sofa di sisi Owen. Setelahnya ia sajikan teh manis hangat yang telah ia buat di hadapan Nawra dan Owen.
“Kangen? Siapa yang kangen? Kamu atau Nawra?” tanya Tessa dengan raut wajah bingungnya.
Lalu ia berpaling pada suaminya. “Bang Owen juga, kok jadi gugup gini sih!” Celetuknya.
“Memangnya kamu tak mendengar pembicaraan kami sebelummya?” tanya Nawra penasaran.
Tessa menggeleng. “Tidak,” jawabnya singkat.
“Hayoloh, apa yang kalian bicarakan? Soal kangen-kangen itu, ya?” Tanya Tessa seperti orang yang sedang bercanda diiringi tawanya.
Sejujurnya, Tessa mendengar pembicaraan Nawra dan suaminya. Tak ingin membuat keributan di pagi hari, ia lebih memilih untuk berpura-pura tak tahu saja. Tessa percaya jika Owen pasti akan berkata jujur tanpa ia minta. Dari sudut matanya Tessa bisa melihat jika suaminya mengela napas lega. Berbeda dengan Nawra yang terlihat kecewa.
Apa maunya wanita ini? Batin Tessa.
“Karena itulah, aku akhirnya membuat acara reuni kecil-kecilan di rumahku. Hanya beberapa teman kita yang masih bisa kuhubungi. Termasuk kamu ya, Wen,” ucap Nawra dengan gaya manja yang menurut Tessa sangat dipaksakan.
“Besok, kamu harus datang ke acara reuni. Untukmu hukumnya wajib, sebab sudah kukatakan pada teman-teman yang lain jika kita adalah tuan rumahnya,” lanjut Nawra.
“Loh … kita? Kan acaranya di rumahmu. Kenapa suamiku ikut-ikutan jadi tuan rumah?” tanya Tessa.
Kali ini masih sama, ibu muda itu tetap tertawa setelah bertanya. Namun tawanya terasa berbeda, begitulah yang Owen tangkap.
“Istriku benar, kau berlebihan jika berkata seperti itu,” ucap Owen ikut berkomentar.
“Lagipula aku tak bisa berjanji untuk hadir. Bisa saja besok aku banyak pasien,” lanjutnya.
Tessa dan Owen bertatapan dan saling melempar senyuman. Nawra yang melihatnya merasa jijik. Menurutnya, Owen tak pantas dengan wanita manapun selain dirinya.
“Apakah karena ucapanku? Tuan rumah yang kumaksud karena kita bertetangga. Maaf jika aku salah.” Nawra menunduk saat mengatakannya.
“Aku hanya terlalu senang bisa bertemu kembali denganmu. Kamu tahu kan, sejak dulu aku hidup sendiri. Mengetahui jika ada kamu di dekatku, aku merasa lebih tenang dan aman,” lanjutnya.
Owen tak habis pikir, menurutnya sikap dan pemikiran Nawra terlalu berlebihan. Owen menghela napasnya, menyaksikan drama yang dibuat oleh wanita yang dulu pernah menjadi bagian indah di masa putih abu-abunya.
Owen pikir, semakin lama meladeni Nawra maka akan semakin banyak tingkah aneh wanita itu. Lebih baik baginya untuk berangkat bekerja.
“Bun, kamu temenin Nawra dulu, ya. Aku sudah harus ke rumah sakit,” ucap Owen membelai punggung istrinya.
Tessa mengangguk, “Iya, Bang.”
“Nawra, silakan jika masih ingin mengobrol dengan istriku. Aku harus pergi bekerja sekarang,” pamit Owen.
Seperti kebiasaan mereka, Tessa selalu mengantarkan Owen hingga ke teras rumah. Namun pagi ini cukup berbeda, sebab sebelum pergi Owen tak hanya mengecup kening Tessa seperti yang sebelumnya. Pria itu menambahkan satu kecupan di bibir sang istri.
Tessa dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah Owen. Tak hanya kecupan di bibir, pria itu bahkan memeluk Tessa cukup lama. Membenamkan kepalanya di ceruk leher istrinya. Pertunjukan Owen pagi itu di tutup dengan kata-kata manis yang baru pertama kali ini diucapkan olehnya.
“Aku pergi dulu ya, Bun. Aku pasti akan sangat merindukanmu dan Aya,” ucapnya sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Tessa sampai mematung mendengar ungkapan tak biasa dari suaminya. Ia bahkan tak bisa melanjutkan lambaian tangannya. Meski tahu jika Owen sengaja melakukan semua itu, tetap saja hati Tessa menghangat dibuatnya.
Setelah mobil Owen tak terlihat lagi, Tessa kembali masuk ke dalam rumah. Kening Tessa mengernyit saat melihat Nawra tak lagi duduk di tempatnya semula. Wanita itu kini berdiri di depan foto-foto keluarganya yang terpajang di dinding.
Tessa pikir, setelah Owen pergi maka Nawra pun akan pulang. Rupanya teman lama suaminya itu masih tak ingin beranjak.
“Nawra,” panggil Tessa.
“Kalian sudah berapa lama menikah?” Dengan santai Nawra bertanya seraya berjalan kembali ke sofa.
“Belum lama,” jawab Tessa singkat.
“Apakah kalian kuliah di universitas yang sama?”
“Tidak,” jawaban Tessa masih saja singkat.
“Lalu? Bagaimana kalian bertemu? Jangan katakan, jika kalian adalah pasangan yang dijodohkan.” Bagai seorang pencari berita, Nawra terus bertanya mengenai hubungan Tessa dan Owen.
Tessa menghela napasnya berat sebelum menjawab Nawra. Dengan sikap Nawra yang seperti ini, bahkan dengan mata tertutup, ia akan tahu jika wanita itu memiliki perasaan pada suaminya.
Tessa tahu jika berbohong itu bukanlah perbuatan yang baik. Tetapi tak ada cara lain untuk menghadapi Nawra.
“Syukurlah kami bukan pasangan yang menikah karena perjodohan. Aku dan Bang Owen, adalah pasangan yang saling mencintai hingga memutuskan untuk menua bersama,” jelas Tessa.
“Mengenai bagaimana kami bertemu, ceritanya sungguh dramatis. Aku yakin, produser pembuat film pun akan tertarik untuk menjadikannya film romansa terfenomenal,” ungkap Tessa.
Tessa tahu jika Nawra tengah mencibirnya melalui senyuman tipisnya, tapi Tessa tak peduli. Urusan menerima cibiran dan hinaan, Tessa sudah khatam.
Tuhan memang mendengar doa orang-orang yang teraniaya. Tuhan pasti mendengar doa Nawra yang tak sanggup lagi mendengar ocehannya, pikir Tessa. Buktinya, di saat Tessa sedang bersemangat untuk terus membuat Nawra kesal, suara tangis putrinya terdengar. Mau tak mau Tessa tak bisa melanjutkan niatnya.
“Nawra … maaf, kita harus mengakhiri obrolan kita. Kamu dengar kan, putriku menangis,” ucap Tessa.
Nawra bergeming. Entah ia paham maksud ucapan Tessa, yang dalam artian kasarnya adalah mengusir.
Tessa yang tak bisa menunggu agar Nawra akan paham sendiri, pada akhirnya beranjak menuju pintu dan membukanya lebih lebar.
“Maaf Nawra, tapi bisakah kamu datang lagi nanti? Aku memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus kukerjakan. Atau nanti kami yang akan berkunjung ke rumahmu. Akan kulanjutkan ceritaku mengenai bagaimana aku dan suamiku bertemu.”
...…...
Sore itu … Owen baru saja keluar dari mobilnya, saat ia melihat sosok Nawra sedang berjalan ke arah rumahnya. Bergegas ia masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam.
“Apa sih yang diinginkan Nawra?” gumam Owen.
“Nawra?” tanya Tessa dengan kedua tangan berkacak di pinggangnya.
Owen memegangi dadanya. Ia cukup terkejut dengan kehadiran istrinya yang sudah berdiri sangat dekat dengannya.
“Saat aku menutup pagar, aku melihat Nawra berjalan keluar dari rumahnya. Sepertinya dia menuju ke mari deh!”
Tessa berdecak. “Tahu dari mana kamu jika Nawra ingin ke rumah kita? Bisa saja dia ingin ke rumah tetangga yang lain.”
“Kecuali jika kamu memang janjian dengannya,” selidik Tessa.
“Kamu menuduhku, Bun?” Owen tiba-tiba saja mendekat pada Tessa dan memeluk istrinya dari belakang.
Tessa menggeliat saat merasakan embusan napas Owen pada ceruk lehernya. “Bang, lepas. Geli ….”
“Nggak mau! Siapa suruh kamu menuduhku yang tidak-tidak.” Tak peduli dengan ucapan Tessa, Owen berai-kali mendaratkan kecupan di tengkuk istrinya.
Sedang asyik-asyiknya bermesraan, pasangan suami istri itu lantas saling pandang saat mendengar bunyi pagar rumah mereka yang dibuka. Dari jendela, Tessa dan Owen bisa melihat Nawra berjalan masuk menuju pintu.
“Sssttt … jangan berisik,” bisik Owen pada istrinya sesaat sebelum bel rumah berbunyi.
“Ayo kita ke kamar. Biarkan saja dia di luar,” ajak Owen.
“Ta-tapi ….”
“Biarkan saja. Lagi pula kenapa dia harus selalu datang ke rumah orang lain. Seperti nggak ada kerjaan saja,” ucap Owen.
...…...
Malam harinya … setelah menidurkan Ayasya, Tessa dan Owen menonton film bersama. Mengingat Nawra yang mengaku rindu pada suaminya, Tessa memutuskan untuk bertanya pada Owen.
“Bang, apa besok kamu akan hadir saat reuni di rumah Nawra?” tanya Tessa.
Owen mengedikkan bahunya. “Entahlah … tergantung bagaimana besok pekerjaan di rumah sakit.”
“Memangnya kenapa? Apa kamu ingin melarangku ke sana?” tanya Owen.
“Kamu pasti senang bertemu Nawra. Sepertinya dulu kalian sangat dekat,” ucap Tessa untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tak tahu harus menjawab apa.
“Ya, dulu kami cukup dekat,” jawab Owen.
“Apa kalian pernah punya hubungan spesial?” selidik Tessa.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Owen lantas menoleh pada istrinya. “Hubungan spesial apa? Kan sudah kukatakan, ka-mi!”
“Artinya bukan hanya aku dan Nawra,” jelas Owen.
“Ada apa tiba-tiba kamu ingin tahu soal aku dan Nawra? Apakah kamu cemburu?” tanya Owen.
Tessa bungkam. Dalam hati ia juga bertanya pada dirinya sendiri, apakah aku memang sedang cemburu?
...————————...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...