Demi melunasi hutang orang tuanya, Venzara harus menerima pernikahan paksa dengan anak majikan bibinya. Mau tidak mau, Venza akhirnya menerimanya dan siap menerima syarat yang ditentukan.
Tidak hanya terikat dalam pernikahan paksa, Venza juga harus menerima perlakuan buruk dari suaminya. Namun, sosok Venza bukanlah perempuan yang lemah, bahkan dia juga perempuan yang berprestasi. Sayangnya, perekonomian keluarganya tengah diambang kehancuran.
Jalan satu-satunya hanya bisa menikahkan Venza dengan lelaki kaya dengan kondisinya yang lumpuh.
Akankah Venza mampu bertahan dengan pernikahannya? yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa takut dan malu
Tidak ada pilihan lain selain memaksakan diri untuk mengambil pakaiannya didalam lemari, meski sebenarnya sangat memalukan.
'Bodohnya aku ini, kenapa juga aku mesti teledor.' Batin Venza yang tengah menyalahkan diri sendiri karena keteledorannya.
Razen yang tengah mengambil sesuatu dalam nakas, ia mencoba mengalihkan pandangannya agar tidak tertuju pada suaminya.
Sedangkan Venza yang tidak ingin bertambah kesiapannya, cepat-cepat mengganti pakaiannya di kamar mandi.
"Kamu mau kemana?"
DEG!
Venza mendadak berhenti.
"Aku mau mengganti pakaianku, gak mungkin juga aku ganti baju di kamar ini. Nanti yang ada aku disangka menggoda kamu, itu sangat memalukan untukku jika kamu akan membuat tuduhan." Jawab Venza tanpa menoleh.
"Gak perlu, aku yang akan keluar dari kamar ini. Aku mau ke ruang kerjaku. Kalau kamu sudah selesai mandi, segera temui aku." Ucap Razen dan bergegas ke ruang kerjanya dengan kursinya sendiri tanpa harus meminta bantuan istrinya, lantaran ruang kerjanya bersebelahan dengan kamarnya.
"Ya," jawab Venza dengan singkat, juga dengan anggukan.
"Kalau kamu takut, kamu bisa mengunci pintunya." Ucap Razen dan keluar dari kamar.
Venza yang masih ragu, ia mencoba menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa suaminya tidak lagi di dalam kamar.
Akhirnya Venza dapat bernapas lega ketika suaminya sudah keluar dari kamar, cepat-cepat langsung mengunci pintunya.
Razen yang sudah berada di ruang kerjanya, tengah mengumpulkan semua kenangan bersama kekasihnya dulu. Kenangan-kenangan indah bersama perempuan yang dicintainya, yakni ketika dirinya belum mengalami insiden kecelakaan.
Tidak ingin kenangannya masih tersimpan didalam rumahnya, Razen segera memanggil orang kepercayaannya untuk masuk ke ruang kerjanya.
"Permisi Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Pak Erik segera buang barang-barang ini ke tong sampah, pastikan tidak ada yang tercecer. Bila perlu untuk membakar semuanya, terserah bagaimana caranya." Perintah Razen kepada Pak Erik.
"Tuan Razen serius ingin membakarnya?" tanya Pak Erik untuk memastikan.
"Ya, saya serius. Hari ini tugas Pak Erik untuk membersihkan semua barang yang berkaitan dengan Leoni segera singkirkan, sekalipun itu ada disudut ruangan ini." Jawab Razen dengan napasnya terasa berat, teringat akan kesetiannya telah diganti dengan pengkhianatan.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Ucap Pak Erik yang langsung pamit untuk keluar dengan membawa satu kotak yang berisi tentang kenangan bersama kekasihnya sang majikan.
Razen yang yang sudah menyingkirkan segala kenangannya bersama Venza, membuang napasnya dengan kasar. Kedua tangannya mengepal kuat saat dirinya teringat ketika Leoni berpamitan untuk pergi ke luar negri dan menikah dengan lelaki pilihannya dalam kondisi Razen tengah berada dalam rumah sakit yang sedang dilakukan perawatan khusus.
Sakit, kecewa, benci, semua tengah ia rasakan menjadi satu.
Venza yang baru keluar dari kamar tengah mendapati Pak Erik yang juga baru saja keluar dari ruang kerja suaminya dengan membawa kotak, tentunya Venza penasaran.
"Pak Pak Pak, tunggu tunggu tunggu, itu apaan Pak?"
"Oh ini kenangan Tuan Razen dengan mantan kekasihnya, Nona. Tuan Razen meminta saya untuk membuangnya, serta membakar semua kenangannya." Jawab Pak Erik dengan jujur.
"Oh, kok dibakar sih Pak? kan sayang itu, siapa tahu ada benda berharga, kan lumayan."
"Bagi Tuan Razen tidak ada yang berharga selain kesetiaan. Semoga Nona wanita yang beruntung menjadi istrinya Tuan Razen." Kata Pak Erik dan segera pergi dari hadapan istrinya majikan.
"Beruntung di mananya coba, yang ada tuh suami aku galaknya minta ampun, cerewet mah iya." Gerutu Venza yang tanpa ia sadari jika suaminya sudah keluar dari ruang kerjanya.
"Ngomong apa kamu barusan? ha."
Seketika, Venza serasa tersengat oleh aliran listrik, benar-benar tidak bisa untuk gerak.
'Mamp_us akunya, aih! kenapa mesti sial terus kek gini sih, ish.' Batin Venza yang merasa tertangkap basah.