Nareswara Syahputra, adalah pengacara hebat dan dermawan. Ia kerap kali membantu masyarakat yang minim ekonomi untuk menyewa jasa seorang pengacara.
Di usianya yang kini sudah menginjak 29thn, ia sudah memiliki seorang istri dan anak. Yakni seorang wanita muslimah bernama Zahra Khoirun Nisa, yang tak lain adalah adik kelasnya pada saat SMA dulu, di sebuah pesantren tempat ia sekolah, dan juga seorang anak perempuan yang cantik, yang umurnya masih dua bulan.
Ia pun sangat mencintai dan menghormati Zahra istrinya. Namun suatu ketika kesetiaannya pada sang istri harus diuji, lantaran ia harus menikahi gadis asing yang sama sekali ia tak kenal.
Apa yang menyebabkan Nares untuk menikahi gadis itu? Dan apakah cinta terhadap istrinya masih besar? Atau sudah terbagi dengan gadis yang ia nikahi? Penasaran? Yuk, lihat karya kedua ku 😅
NB : Karya ini hanya fiksi, jika ada kesamaan dalam nama, tempat, alur, itu tidak disengaja🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anowmuri3__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
"Ada apa nak?" tanya pak Jamal, setelah mereka sama-sama duduk di sofa yang ada di ruang tamu itu, dengan Nares yang berhadapan dengan ayah mertuanya itu.
Pak Jamal pun dibuat terkejut, lantaran sang menantu bersimpuh dilantai.
"Astagfirullah, apa yang kamu lakukan nak? Bangunlah, tidak baik seperti ini."
"Maafkan Nares ayah, maafkan Nares," ucap Nares, tanpa mendengar permintaan ayah mertuanya, yang menyuruh dirinya untuk bangun.
"Maaf, maaf untuk apa? Memangnya kamu melakukan kesalahan apa?" tanya pak Jamal.
"Nares ... Nares sudah mengkhianati kesucian pernikahan Nares dengan Zahra yah," jawabnya.
"Maksud kamu? Coba tenangkan dirimu dahulu, bangun dan duduklah," pak Jamal pun menyuruh Nares untuk duduk di sampingnya.
"Coba jelaskan, kamu mengkhianati nya bagai mana?"
"Na-nares sudah menikah lagi yah," ucapnya dengan wajah menunduk.
"Apa? Tapi bagaimana bisa? Apakah Zahra melakukan kesalahan, sehingga kamu menikah lagi?" tanyanya.
"Dia tidak melakukan kesalahan apapun yah, Zahra selalu melakukan pekerjaan istri dengan baik, dia pun sangat menghormati Nares sebagai suaminya."
"Jika memang putri ayah tak melakukan kesalahan, lalu kenapa kamu menikah lagi?"
Nares pun menceritakan semua kejadian yang menimpanya, sehingga ia harus menikahi seorang gadis yang masih berumur 17thn.
Mendengar penjelasan dari sang menantu, membuat pak Jamal menghela nafasnya.
"Astagfirullah, ayah ikut perihatin atas takdir yang menimpa mu nak."
"Ayah tidak marah?"
"Tidak. Ayah tidak marah sama kamu, hanya saja sebelum kamu menceritakan apa yang terjadi sama kamu dan membuat mu harus menikah lagi, jujur ayah sempat kecewa. Ayah pikir kamu memang pria yang baik, sekaligus mencintai putri ayah."
"Namun pada saat mendengarkan penjelasan kamu barusan, ayah bisa paham diposisi kamu, kamu mungkin tidak berbuat apa-apa, selain harus menikahinya," ucap pak Jamal lagi.
"Terima kasih ayah sudah mengerti keadaan Nares," ujar Nares.
"Lalu apakah Zahra dan keluarga mu sudah tahu?" tanyanya, dan Nares pun hanya menggelengkan kepalanya.
"Huh, ayah sarankan, sebaiknya kamu jangan lama-lama untuk menutupi pernikahan kedua mu ini dari Zahra, dan juga keluarga mu. Bagaimanapun, sepandai-pandainya orang mengubur bangkai, tak lama bau bangkai itu tercium juga," terang pak Jamal.
"In sya Allah, Nares akan memberitahukan kepada semuanya. Namun untuk saat ini, Nares belum bisa," lirihnya.
"Sudahlah. Oh ya, apakah kamu akan lama disini?" tanya pak Jamal.
"Maafkan Nares yah, tapi sebentar lagi Nares akan kembali ke Jakarta."
"Baiklah kalau begitu hati-hati dijalan."
"Iya yah, kalau begitu Nares pamit pulang dulu, assalamu'alaikum," ucap Nares, seraya menyalami tangan sang mertua.
"Wa'alaikum salam."
Nares dan Robi pun pergi meninggalkan rumah kedua orang tua dari Zahra.
"Sebaiknya lu disini aja, biar gua balik ke Jakarta pakai travel," ucap Nares, ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Lu gak perlu khawatir, lagian ada yang tertinggal."
"Seterah." Nares pun tau temannya itu berbohong, namun karena ia tak ingin berdebat, maka ia mengikuti keinginan dari temannya itu.
"Tapi sebelum itu, kita ke rumah sakit terlebih dahulu ya."
"Hmm."
"Sialan, mentang-mentang sudah berkata jujur pada ayah mertua, dan direstui."
"Sialan lu." Nares pun meninju tangan temannya itu, untung saja tinjuan yang Nares berikan hanya tinjuan kecil.
...***...
Waktu pun berlalu lebih cepat, tak terasa sudah empat Minggu Zoya menjadi istri dari seorang pengacara tampan di kota ini.
Dan empat Minggu juga tidak ada perubahan dalam rumah tangga mereka, bahkan selama ini Nares tak pernah lagi menemui nya di apartemen, apalagi menginap.
Terakhir kali ia bertemu dengan suaminya itu pada saat ia masuk ke universitas, dan setelah itu Nares tak lagi menemui dirinya.
Ya, Zoya kini sudah masuk ke universitas ternama yang ada di kota itu, dan Zoya pun hanya berdiam diri di apartemen milik suaminya itu tanpa melakukan apapun.
Bosan. Tentu saja ia merasa bosan, jika sepulang dari kampus ia hanya akan berdiam diri di apartemen dan paling hanya menonton drama Korea kesukaannya, selebihnya yang ia lakukan hanyalah rebahan, makan, rebahan.
Jika bisa dibilang, ia ingin sekali keluar dan pergi jalan-jalan, entah kemana pun, dan ia ingin sekali berbelanja ke mall seperti orang lain.
Namun ia takut jika ia pergi seorang diri, yang ia takutkan ialah bertemu kembali pamannya atau anak dari pamannya itu.
Dan untuk pergi bersama pun ia tak memiliki teman, sempat ia berpikir ia ingin mengajak Nares untuk pergi ke mall.
Tapi ia urungkan, mungkin suami sirinya itu tak mau menemaninya jalan-jalan, jangankan menemaninya jalan-jalan, menemui dirinya di apartemen saja tak pernah Nares lakukan, bahkan berkirim pesan pun tak pernah Nares lakukan hanya sekedar menanyakan kabar dirinya.
Zoya sempat berpikir, ia akan meminta suaminya itu untuk menceraikan dirinya. Karena sejujurnya ia pun lelah dengan semua ini.
°°°
Dilain tempat, tepatnya di sebuah ruangan CEO perusahaan ' Syahputra company ', kini Nares tengah duduk di kursi kebesaran.
Setelah menandatangani berkas-berkas yang diberikan boleh asisten Roy, ia pun tengah merenung sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi yang ia duduki.
Ia tengah memikirkan apa yang selama ini ia buat, ia masih membohongi istri pertamanya dengan tidak berkata jujur bahwa ia sudah menikah kembali, dan ia pun telah mengabaikan istri sirinya itu, dengan tidak pernah menemuinya.
Ia merasa berdosa karena sudah menyakiti kedua istrinya itu, apalagi istri kecilnya itu. Ia sama sekali tidak perduli terhadap istri kecilnya itu.
Nares pun terus memikirkan apa yang terbaik untuk pernikahan dirinya dengan Zoya, apakah dia harus mencerminkannya? Atau tetap membiarkan Zoya berada disisi nya?
Tapi jika ia terus memberikan Zoya ada disisinya, maka ia akan terus berdosa karena tidak pernah bersikap adil kepada Zoya, dan terus akan mengabaikan istri kecilnya itu.
Bagaimanapun ia tidak pernah mencintai Zoya, ia hanya mencintai Zahra istri pertamanya, lagi pula ia sama sekali tidak ada niatan untuk menikah kembali.
Ia menikah kembali pun itu semua karena takdirnya, setelah lama dalam pikirannya, Nares pun memutuskan untuk mengakhiri semua ini.
Dilihat nya jam pukul sebelas siang, itu artinya istri kecilnya itu sudah keluar dari kelasnya.
Ia pun memutuskan untuk menjemputnya di kampus tempat Zoya belajar, dan ia pun akan menyelesaikan permasalahan dirinya dan Zoya, sekaligus meminta maaf karena dirinya sudah mengabaikan Zoya.
°°°
Disisi lain, Zoya yang kini sedang menunggu taksi di dekat halte bus. Pada saat ia sedang menunggu, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik dirinya.
Ia memberontak, dan saat melihat siapa orang yang telah menarik tangannya, seketika ia terkejut, setelah mengetahui orang yang telah menarik tangannya yang tak lain adalah...
alhamdulillah gak jadi meninggal.
kereen 😍😍💪💪
kasih bintang mak juga ya,🤣🌻
wkwk udah kayak kurir mak ya