Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HENI IN ACTION
Sha menggelengkan kepala, dengan bersedekap ia hanya melihat Heni yang heboh dengan make up di dalam kamar Sha.
"Niat banget jadi artis," sindir Sha jutek. Pqdqlnya sudah berapa kali ia mengajak Heni segera take tapi bintang tamu kw itu masih sibuk memoles wajahnya. Katanya harus sedikit tebal agar tidak terlalu pucat di kamera.
"Nanti gak usah memper-memper ke kisah aku ya , kita fokus masalah Si Mawar itu aja," Sha memperingati Heni agar tidak keceplosan tentang kisah Sha dengan Irsyad, meski agak mirip tapi Sha berharap Si Mawar bukanlah istri Irsyad yang melamar.
"Enggak!" untuk kesekian kalinya Heni meyakinkan Sha untuk tidak membahas Irsyad. "Tapi gue punya rencana tersembunyi," lanjut Heni yang membuat Sha melirik curiga.
"Rencana apaan? Gak usah macem-macem Heniii, kontenku baru merangkak," protes Sha. "Gak jadi take deh," ancam Sha.
"Idih...lo tenang aja, dijamin aman."
"Pokok kalau lo bahas aneh-aneh langsung aku cut," ancam Sha sembari menarik Heni untuk segera menuju tempat podcast.
"Iya-iya, beres!" jawab Heni santai. Ia pun sekarang dibuat melongo dengan tempat istimewa yang dirancang Sha, sungguh mengejutkan. Ia tak menyangka kalau Sha begitu berani mengeluarkan modal yang diperkirakan tak murah.
"Gila, niat banget jadi tutuber," ledek Heni memplesetkan sebutan untuk konten kreator di medsos berlogo merah itu.
"Totalitas tanpa batas pokoknya. Niat banget buat jadi kaya biar gak diremehin orang!" sewot Sha sembari mengatur layar kameranya.
Tak butuh waktu berapa lama, Sha mulai bercakap dalam kontennya. Ia sudah begitu lihai, tanpa script, lidahnya serasa sudah ada mesin otomatis yang mengatur berbagai kalimat persuasif yang keluar. Heni dibuat terpukau. Ia tidak menyangka, Sha bisa selihai itu dalam kamera. Video yang sudah diunggah juga pembuatannya cepat tanpa retake berlebihan. Kunci Sha hanya satu, menganggap kamera tidak ada.
"Jadi, kalau kamu ada di posisi Mbak Mawar bagaimana, Hen?" tanya Sha di dalam kontennya.
Heni pura-pura mikir, dengan menghela nafas berat seolah prihatin dengan cerita Mawar. "Sedih banget, gue gak bakal sanggup menjalaninya. Mbak Mawar .....you are a great woman dah. Salut. Dan kalau boleh ngomong nig gue bakal mundur dari pernikahan itu. Udah gak sehat banget tahu Sha. Bayangin, lo lagi enak-enaknya main, eh di dalam otak suami lo cewek lain. Nyesek."
"Kalau aku sih sepemikiran kayak kamu, Heni. Hubungannya udah gak sehat terkait Mawar cinta banget, tapi yang jelas Mbak....kamu berhak bahagia."
"Betul. Jangan sampai merasakan cinta hanya satu pihak saja, nyesek dan bakalan sakit hati banget. Hidup serasa mengharap banget."
"Kak Heni ini kayaknya berpengelaman banget ya soal pengkhianatan," pancing Sha untuk menambah durasi konten.
"Berpengalaman sih enggak juga, ada beberapa teman yang memang mengalami hal kayak gini. Cuma kasus Mbak Mawar nih parah banget. Mau ***-*** sama dia tapi yang dibayangin mantan. Sumpah nyakitin banget."
"Benar-benar!" sahut Sha.
"Aku kadang sangat salut pada temanku yang ditinggal mantan pacarnya nikah. Dia benar-benar gak mau tahu dan kayaknya mulai ilfeel gitu," jelas Heni.
"Ya kadang seorang perempuan harus punya pendirian lah, gak usah bergantung pada lelaki kayak gak ada laki lain aja," eh kok Sha yang terpancing ikutan emosi.
"Tapi itu semua pilihan ya, kalau mau mengikuti urusan hati dan lebih mempertahankan cinta sok atuh. Cuma pesan saya mental kudu waras hati kudu bahagia, hidup cuma sekali Sis...kita berhak untuk bahagia dan menyanyangi diri sendiri." Sungguh Heni sangat bijak. Sha tersenyum tipis rekan kerjanya bisa diajak kerja membuat konten yang lebih berbobot.
"Benar banget, hubungan kalau sudah toxic gak usah dipertahankan," tambah Sha.
"Tinggal Mbak Mawar aja berani gak ambil sikap mundur atau tetap di samping sang suami."
"Semua keputusan ada di tangan Mbak Mawar, kita hanya memberikan pendapat bila menjadi Mbak Mawar," tambah Sha, ia juga harus memberikan garis bawah kepada siapa pun yang menonton bahwa ini hanya pendapat dsri sudut pandang Sha maupun Heni yang kebetulan sih lebih baik mundur, tapi mendengar cerita Mawar terlihat bahwa perempuan itu sepertinya akan tetap mempertahankan rumah tangganya dan berharap next day her husband will loves her.
"Kak Heni punya pacar?" tanya Sha pada scene lain, sepertinya ia memanfaatkan kehadiran Heni yang sudah seperti pakar cinta.
"Enggak, udah lama nih jadi jomblo, sama kayak Kak Sha dong ya," balas Heni penuh ledekan. Keduanya tertawa mendengar status jomblo yang melakat pada keduanya.
"Enak gak jomblo? Udah berapa lama?" lanjut Sha .
"Udah hampir 2 tahun kali ya, kalau Sha?"
"Hampir dua.....dua...,"
"Dua apaan?" tebak Heni tak sabar.
"Dua bulan."
"Wah...masih fresh...ya kenapa putus?" giliran Heni yang menjadi host dadakan, mengambil kendali agar cerita Sha pun bisa terangkat dalam kontennya.
"Ya udah gak ada kecocokan lagi," ucap Sha ketar-ketir, ia pun menampilkan senyum terpaksa dan memberikan kode mata agar Heni tak memancing lebih lanjut.
"Halahh....lagu lama, tidak ada kecocokan lagi, kayak artis aja," ledek Heni sambil tertawa.
"Kalau Kak Heni kenapa memilih jomblo?"
"Sialan," lirih Heni gemas, dia tidak bisa menjebak Sha untuk berbicara eh ia malah terjebak dengan pertanyaan Sha.
"Hem...udah bosen pacaran. Mungkin sekarang aku lagi ada pada posisi lebih nyaman sendiri, lagi berada di posisi gak mau ngabarin dan nanyain kamu sedang apa, dih kalau dipikir-pikir lebay juga ya sayang sama anak orang segitunya."
"Iya...kalau dipikir benar juga. Kita tuh menjalin hubungan dengan orang yang belum tentu jadi pasangan terbaik di masa depan, tapi mau aja tuh sampai.."
"Sampai 7 tahun, dah tuh kredit mobil kalah!" potong Heni antusias.
"Sialan," balas Sha dengan tawa yang menggelegar. Merasa bodoh banget pacaran selama itu dan ujung-ujungnya putus.
"Sekarang tuh mikirnya gue mau kerja, cari uang banyak, manjakan diri, mau jalan sama siapa aja oke," curhat Heni yang benar-benar menikmati masa kejombloannya.
"Iya benar-benar. Aku juga habis putus awalnya aja sedih ya, ya kali 7 tahun ..putus langsung ha..ha..hi..., cuma dengan seiring waktu...gagal its oke....jatuh saat dalam perjalanan menuju bahagia itu wajar. Oke setelah ini aku akan...kayak menyusun list what to do buat membuka hidup baru gitu aja, cari uang yang utama dan mau ajak jalan-jalan emak aku, intinya prioritas hidup bukan lagi urusan hati. Mungkin urusan hati nomor 27 kali ya," ungkap Sha soal pasangan.
"Tapi pemikiran lo gini juga salah, Sha, ntar lo gak mau nikah," ledek Heni.
"Enak aja, aku tetap mau nikah, tapi nanti."
"Sama?" pancing Heni, siapa tahu nantinya Sha sedang menunggu Irsyad cerai sama istrinya.
"Sama laki-laki yang baik hati, tanggung jawab, rupawan, dan yang paling utama menghargai hatiku," jelas Sha penuh harap.
"Bukan menunggu mantan kan?" ledek Heni yang langsung mendapat tabokan bantal sofa dari Sha dan penuh gelak tawa. Sungguh obrolan santai seorang sahabat.