Masa remaja Disha, penuh dengan warna warni. Sahabat, ayah tiri yang menyayanginya.
Semuanya sempurna.
Hingga 'dia' muncul.
Dia seorang guru, lalu menjadi paman, dan tiba-tiba menjadi seorang suami.
Namun menjadi tiga sosok berbeda membuatnya menjadi orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Nggak Sadar
Tanpa sadar, Zafran melajukan motornya lebih cepat membuat Disha ketakutan.
"Oommm.. bisa pelan dikit nggak?" Disha setengah berteriak.
Namun sepertinya Zafran nggak dengar, malah menambah kecepatan nya.
Membuat Disha mengeratkan pelukannya sambil menangis ketakutan.
Sungguh ia ngeri dengan situasi ini.
Belum pernah Zafran membawanya ngebut salip sana-sini. Sungguh ia takut membayangkan bagaimana kalau mereka kecelakaan.
Begitu masuk pekarangan rumah, Disha bergegas turun dari motor.
Zafran seperti patung. Entah memikirkan apa.
Lutut Disha lemas bukan main, ia ketakutan dengan aksi Zafran barusan.
Namun Zafran tak bereaksi.
Akhirnya ia tertatih-tatih masuk rumah. Dengan tubuh gemetaran.
Zafran tersadar melihat sudah sampai rumah. Sejak di rumah Tara barusan ia seperti hilang akal.
Baru sadar barusan ia membawa Disha.
"Disha?" Ia menyusul Disha masuk rumah.
Dilihatnya Disha berjalan pelan-pelan dengan bahu terguncang, menuju kamarnya.
"Disha.." ia memegang bahu Disha dan kaget melihat wajah cantik itu bersimbah air mata.
Wajahnya begitu pucat, tubuhnya gemetaran.
Zafran merutuki diri sendiri. ****! Pasti barusan gue nggak sadar lagi, dan malah bikin dia takut, batinnya.
"O-om kan udah janji mau jagain aku," kata Disha terbata-bata.
"Disha.. maafin Om. Om nggak bermaksud..." Zafran bingung menjelaskan.
Tangis Disha pecah lagi.
Zafran bergegas memeluknya berharap sedikit tenang.
Hufftt... Untung Mas Mirza sama Mbak Hesti belum pulang, bisa berabe liat Disha nangis histeris gini. Bisa-bisa gue dituduh macem-macem, batin Zafran.
"Kamu istirahat dulu ya. Nanti kita bicara lagi."
Disha menurut, dan masuk kamarnya.
Zafran mengepalkan tangan, emosi. "****! Kenapa dia harus jadi korban gue??"
***
Sampai malam, Disha nggak keluar kamar.
Ia masih shock.
Nggak nyangka Zafran mengeluarkan sisi mengerikan seperti tadi.
Ia sungguh mengira akan segera menyusul sang ayah.
Tok tok tok..
"Disha.. sayang, ayo makan Nak.." suara lembut Bunda menenangkan hatinya.
"Iya Bunda.. nanti aku turun mau ke kamar mandi dulu."
"Bunda tunggu di bawah ya sayang."
Disha bergegas ke kamar mandi dan melepas baju kucelnya. Sejak pulang tadi saking shock nya ia belum ganti baju sama sekali.
Selesai mandi dan ganti baju, Disha memakai pelembab dan sedikit bedak guna menutupi bekas tangisnya.
"Nah udah nggak kelihatan. Nanti yang ada Papa sama Bunda banyak tanya kalo tau. Om Zafran juga aneh banget. Gue jadi takut sama dia."
Bergegas ia menuruni tangga. Terdengar suara Zafran sedang mengobrol dengan Papa dan Bunda.
Bayangan kejadian sore tadi menghantuinya lagi membuat pijakan kakinya melemas.
BRUUKKKK....
Papa, Bunda, dan Zafran yang sedang mengobrol kaget mendengar suara jatuh.
Bergegas mereka berlarian.
Disha tergeletak pingsan setelah jatuh dari tangga.
"Dishaaa!!!" Bunda histeris.
***
Bunda tak henti menangis di depan ruang UGD.
Papa berusaha menenangkan. "Sudah Dek.. jangan nangis terus. Disha pasti baik-baik saja."
Zafran terduduk di bangku tak jauh dari UGD.
Mengingat yang dilakukannya tadi sore sehingga Disha ketakutan, ia dihantui rasa bersalah.
"Apa Disha jatuh karena takut sama gue?" Gumamnya lirih.
Tak lama dokter keluar ruangan.
"Bagaimana putri saya, Dok?" Tanya Bunda pada dokter wanita yang menangani.
"Pasien mengalami luka kaki dan sedikit benturan di kepala. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, pasien hanya perlu bed rest selama beberapa hari."
"Apa benturan kepalanya berbahaya Dok?"
"Berbahaya apa tidak, bisa kita ketahui ketika pasien sadar Pak. Sejauh ini kondisinya sudah stabil."
"Boleh kami masuk, Dok?"
"Silahkan. Jaga ketenangan pasien." Dokter berlalu dari UGD.
"Dek, temani Disha. Mas akan urus administrasi dulu." Kata Papa.
"Baik, Mas."
Begitu Bunda masuk ruangan, Zafran hendak menyusul namun ditahan Papa.
"Ikut Mas sekarang. Ada yang mau Mas tanya sama kamu."
Zafran menurut.
***
nm ampir yuk
Dan anggapan bahwa ini "cuma kisah cinta gadis remaja" aja, ternyata salah. Gak nyangka ada masalah lain yang lebih serius.
Trus, episodenya gak kepanjangan. Sumpah udah beberapa kali baca karya dari author lain yang 200 episode lebih tu sebel. Tetep baca karena penasaran tapi sebel ceritanya gak habis2. Mirip banget sinetron indo yang alurnya udah keluar jalur, udah kemana2 dan gak jelas banget.
Nah kalo ini beda, bener2 kayak baca novel yang udah terbit itu looh, layak banget deh dibaca.
Keren thoor, sukaaa 😍😍
Bisa2nya ninggalin anaknya serumah sama yang bukan muhrim. Sebel deeh
Dan novel ini, beneran kelas teenlitnya gramedia. Layak terbit banget.
Sayangnya lebih banyak yang suka yang temanya pernikahan, dan paling mainstream kalo gak tema cewek miskin nikah sama cowok sangat amat kaya raya, ya tema pernikahan dimadu ato mertua jahat.
Plis, karya ini bagus banget loo, layak dilike banyak2.
Padahal judul lain yang temanya mainstream (perempuan miskin nikah sama laki2 kaya raya) dan penulisannya buuuerantakan bisa berpuluh2 ribu like nya, heran deh 😔
Dan akhirnya nemu judul ini, baru part 5 udah puaaas banget.
Keren thoooor 😍😍😍😍
ceritanya 👍