Pernikahan karna sebuah perjodohan membuat Aurora tak mengenal betul sosok sang suami yang menikahinya tersebut.
Pria yang di anggapnya baik itu memang terkesan dingin seakan menyembunyikan banyak hal, termasuk wanita lain yang baru di ketahui Aurora tanpa di sengaja.
Mampukah ia menerima nasibnya yang,
"Ternyata, bukan istri pertama?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Assalamu'alaikum."
Ini adalah kedua kalinya Aurora menginjakkan kaki di rumah madunya. Jika yang pertama ia datang seorang diri mengikuti nafsu penasarannya, tapi tidak untuk sekarang.
"Ayo, masuk." Leo mengulurkan tangan saat ia melihat Aurora masih berdiri diambang pintu.
Tangan pasangan suami istri itu kini bersentuhan, melanjutkan langkah menuju ranjang dimana seorang wanita tak sadarkan diri tapi wajahnya tetap cantik bahkan seperti sedang tertidur.
"Dokter bilang apa pagi tadi?" tanya Leo pada wanita bergamis hijau muda yang selama ini menemani Ameena.
"Masih sama, tak ada perubahan."
Leo tersenyum getir, benturan yang cukup hebat di bagian kepala saat kecelakaan benar-benar menghancurkan hidup wanita tercintanya. Leo bingung harus berbuat apa sedang semua cara sudah dilakukannya.
Dan, getar ponsel disaku celana Leo membuatnya pamit untuk keluar.
"Aku angkat telepon dulu sebentar," ucap Leo yang di iyakan oleh Aurora.
Sepeninggal suaminya, kini tinggal Aurora dan wanita bergamis hijau yang katanya selama ini mengurus semua tentang Ameena.
"Dia cantik ya," ucap Aurora dengan senyum di balik cadarnya, ia duduk disofa kecil lalu memberanikan diri untuk menyentuh madunya tersebut.
"Kulitnya halus dan harum," tambah Aurora yang cukup lumayan takjub, bohong rasanya jika ia mengatakan Ameena tak cantik. Tubuhnya langsing dan putih mulus.
"Kak Leo tetap memberi perawatan buat Kak Meena, makanya ia selalu cantik. Kak Meena masih sama seperti wanita lainnya yang berbeda ia hanya begitu lelap tertidur," jawabnya menunduk.
Aurora tak bisa berkata lagi, sebegitu besarnya cinta Sang suami pada wanita itu. Hingga waktu yang bergulir pun tak membuat rasa itu pupus.
"Kak Meena, Ola datang. Cepat sembuh ya agar kita bisa berbincang. Tenang saja, aku tak akan merebutnya darimu tapi izinkan aku untuk mendapat kan sedikit perhatiannya jika untuk hati dan cintanya aku cukup tahu diri karna semua itu hanya berpusat padamu. Tak banyak ingin ku, cukup ia menanyakan aku sudah makan apa belum saja, itu sangat membuatku bahagia, Kak."
Tetes air mata jatuh lagi, padahal Aurora berjanji tak akan melakukan itu hari ini. Tapi ia sungguh iri dengan perlakuan suaminya. Ia tentu wanita yang punya hati dan cemburu dan perasaan itulah yang kini sedang menguasainya.
.
.
Rencana menginap satu malam pun benar-benar terjadi. Setelah makan malam, Leo masuk kedalam kamar Ameena tak kunjung keluar meski waktu sudah lewat tengah malam.
Aurora menunggu, ia menunggu suaminya datang ke kamarnya meski hanya mengucapkan selamat malam. Tapi, itu tak kunjung kita terjadi hingga akhirnya ia terlelap dengan air mata yang belum di hapusnya.
Cek lek..
Leo datang sebelum seruan panggilan untuk melakukan kewajiban terdengar merdu di telinga. Ia yang awalnya hanya duduk di tepi ranjang menikmati wajah cantik istri keduanya perlahan naik keatas ranjang. Ia benarkan posisi tidur Aurora agar lebih nyaman dalam pelukannya.
' Selama ini sekuat hati aku menjaga jarak darimu hanya karna aku takut terbuai dalam kecantikan mu, kesolehanmu, kelembutanmu dan juga rasa sabarmu. Aku takut, sungguh takut membiarkan mu masuk kedalam hatiku. Aku tak siap berbagi rasa, aku tak mau menyakiti hati Ameena. Aku ingin tetap mencintainya saja. Tapi, bukankah itu sangat egois? kamu tak salah, kamu tak pantas di perlakukan begini olehku, La. Kamu yang terbaik tapi aku belum berani menerimamu masuk diantara aku dan Ameena.'
Leo menggigit bibir bawahnya agar tak terisak, bukan hanya Aurora yang tersiksa, ia pun tentu sama bahkan lebih menyakitkan.
Adil seperti apa yang bisa ia berikan pada dua istrinya yang jelas dalam kondisi jauh berbeda. Ameena memang tak sadarkan diri, tapi bukan berarti wanita itu tak merasakan kehadirannya. Sedang Aurora yang sehat dan cantik nyatanya tetap belum bisa dijadikan tujuan utama untuk pulang.
"Mas," panggil Aurora dengan suara khas bangun tidur. Ia tersenyum cantik karna bahagia bisa membuka mata dalam pelukan Imamnya.
"Kamu sudah bangun? apa aku menganggumu," tanya Leo yang kemudian mencium kening Aurora, hanya hal kecil seperti itu saja yang bisa ia lakukannya selama ini, selagi ia bisa menahan hasrat tentu itu akan dilakukannya.
"Tidak, sejak kapan disini?"
"Baru, ku pikir kamu sudah bangun," jawab Leo, hatinya perih saat menatap kedua manik indah istrinya yang merah dan sembab.
"Kamu menangis semalam?"
"Iya, aku menunggumu datang menemuiku, tapi bukan untuk tidur denganku, namun setidaknya ucapkan selamat malam padaku, Mas." Adu Aurora, ia memang tak pernah menyembunyikan lukanya, tak pernah angkuh berpura pura kuat karna memang rasanya ia tak sekuat itu. Sedikit demi sedikit ia masih menyusun serpihan hatinya yang pernah berserakan tapi bukan hati yang kembali utuh malah tangannya yang terdapat luka luka kecil.
"Maaf, aku terlalu banyak menceritakan banyak hal padanya," ucap Leo penuh sesal.
Senyum yang tadi terukir indah kini berubah jadi senyum getir, bagai sebuah tamparan kini Aurora kembali rasakan. Bagaimana bisa selama ini belum menjadi tempat berkeluh kesah suaminya.
'Ah, iya! bukankah aku hanya rumah singgah!. bathin Aurora yang kini justru menertawakan dirinya sendiri.
Keduanya kembali diam tenggelam dalam pikiran masing-masing tanpa ada yang berusaha melepaskan pelukan meski nyatanya hati begitu sesak menerima kenyataan.
.
.
Hampir jam 10 pagi Aurora keluar dari kamarnya, langkah kaki yang awalnya bertujuan ingin kedapur ia hentikan didepan pintu kamar Ameena yang sidikit terbuka hingga Aurora bisa melihat apa yang sedang dilakukan suaminya didalam sana.
' Ya Tuhan, dengan yang tak sadar saja sudah sangat membuatku begitu cemburu, lalu bagaimana jika wanita itu bangun dan membalas cumbuan suamiku?'
lanjut Thor 🙏🏼
Mang Udin nya ngadu tuh 🤣🤣