Pernikahan yang diharapkan harmonis seperti yang diharapkan, tapi justru harus menjadi derita seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya.
Pernikahan yang sudah dijalaninya tak membuahkan sang buah hati, lantaran sikap suaminya yang tak pernah menyentuh istrinya.
Sakit, kecewa, ingin marah, ingin memberontak, tak mampu untuk dilakukan Zeyana, lantaran pernikahannya yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya dengan kakek pihak laki-laki.
Rouki yang telah menjadi suaminya Zeyana, hanya menjadikan dirinya sebagai suami didalam status, tetapi tidak untuk kewajibannya.
Akankah keduanya mampu bertahan dalam pernikahannya? sedangkan rasa cinta pada Rouki tak ditunjukkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha untuk meyakinkan
Rouki yang merasa bersalah besar terhadap istrinya, ia terus meminta maaf padanya.
"Zey, aku mohon dengarkan omonganku dulu. Aku akan jelaskan semuanya padamu, dan aku berani bersumpah padamu." Ucap Rouki penuh harap jika istrinya paling tidak mau mendengarkan penjelasan darinya.
Zeya yang sudah geram dan juga emosi, langsung menepis tangan milik suaminya. Kemudian, dirinya langsung keluar dari kamar.
"Zey! tunggu! Zey, jangan pergi." Teriak Rouki memanggil istrinya sambil mengejar melewati anak tangga.
Saat itu juga, Tuan Kusuma bersama istrinya baru saja pulang dan juga baru masuk ke rumah.
"Zeya, ada apa dengan kalian berdua?"
"Mama, Papa."
Keduanya menyebutnya dengan serempak.
"Tidak apa-apa kok, Ma. Kita berdua sedang bermain kejar-kejaran, ya kan sayang?" sahut Rouki yang langsung menyambar sebelum istrinya yang menjawab.
Kedua orang tuanya maupun Zeya sendiri langsung bengong saat mendengar Rouki memanggil istrinya dengan panggilan yang tidak pernah terucap olehnya. Padahal selama menikah, Zeya tidak pernah mendapati suaminya memanggil dengan panggilan yang begitu mesra.
"Mama sama Papa kenapa jadi aneh gitu? Zeya juga, kok pada bengong?"
"Lidah kamu tidak sedang keseleo, 'kan?"
"Lidahku, maksudnya Mama apa?"
"Sepertinya kamu perlu dibawa psikiater untuk diperiksa, atau gak pergi ke rumah sakit untuk diperiksa detak jantungmu dan juga hatimu." Kata sang ibu.
"Mama ini aneh, aku tuh baik-baik saja, dan tidak perlu untuk dilakukan pemeriksaan." Jawab Rouki.
Sedangkan Tuan Kusuma tersenyum melihat ekspresi putranya yang tidak seperti biasanya. Namun tidak untuk Zeya, terlihat menahan kesal, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan, pikir Tuan Kusuma.
"Rouki, bantu Papa kamu masuk ke kamar. Dan kamu Zey, gimana keadaan kamu, Nak?"
"Ya, Ma." Jawab Rouki dan menuntun ayahnya sampai di kamarnya.
"Kok melamun, gimana dengan kondisi kamu, Nak?" tanya ibu mertuanya yang kedua kali.
"Sudah membaik, Ma. Terus, gimana dengan kondisinya Papa, Ma?"
"Sudah mendingan. Kalau Mama boleh tahu, apa kamu ada masalah dengan suami kamu? tadi Mama sempat mendengar kalau kalian seperti kejar-kejaran, ada apa Nak? jujur saja sama Mama. Kamu tidak perlu menutupinya jika suami kamu ada salah, ceritakan saja sama Mama."
"Enggak ada apa-apa kok, Ma. Tadi Mas Rouki cuma iseng saja, tidak lebih."
"Kamu serius gak bohong?"
"Ya, Ma, serius." Jawab Zeya beralasan, karena tidak mungkin juga jika dirinya harus mengatakannya dengan jujur, lantaran belum diketahui akan kebenarannya.
"Ya udah kalau tidak ada masalah diantara kalian berdua, Mama mau masuk ke kamar dulu."
"Ya, Ma. Terima kasih banyak karena sudah perhatian dengan Zeya."
"Karena kamu anak Mama, tidak penting dengan status menantu, Mama dan Papa menyayangi kamu. Siapapun yang berani menyakiti kamu dan melukai kamu, Mama tidak akan pernah tinggal diam, sekalipun itu Rouki. Ya udah, Mama tinggal dulu. Dijaga pola makanannya, juga kesehatan kamu." Kata ibu mertua.
"Ya, Ma." Jawab Zeya dengan anggukan.
Setelah itu, ibu mertua segera masuk ke kamarnya.
"Mama, Papa baik-baik saja, 'kan?"
"Ya, Nak. Papa kamu baik-baik saja. Kalau boleh Mama tahu, kamu ada masalah apa dengan istrimu? jujur sama Mama."
"Tidak apa-apa kok, Ma. Tadi hanya salah paham saja, nanti juga baikan." Jawab Rouki meyakinkan kedua orang tuanya.
"Memangnya sejak kapan kamu baikan dengan istrimu?"
"Kami sudah baikan kok Ma, sejak kemarin. Tapi,"
"Tapi kenapa?"
"Ya itu tadi, hanya salah paham saja kok Ma. Ya udah ya, Ma, nanti aku ceritakan sama Mama. Sekarang aku harus berangkat ke kantor, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Jawab Rouki yang akhirnya berterus terang pada ibunya.
"Ya udah, Mama akan tunggu penjelasan dari kamu sampai kamu pulang dari kantor." Kata sang ibu, Rouki mengangguk.
Setelah berpamitan, Rouki segera mencari keberadaan istrinya yang sempat mau menghindarinya.