Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
"Bunda senang banget kamu sudah mau nerima Januar apa adanya. Bunda khawatir kalau kamu akan marah sama Bunda, bagaimana pun juga Bunda yang maksa kamu buat menikah dengan Januar dan mendorong kamu ke dalam masalah. Kemarin Bunda juga yang telah menciptakan rasa sakit untuk kamu, kalau bukan karena bunda kamu tidak akan menderita karena Mahen."
Capella menggelengkan kepala. Mungkin itu adalah garis Tuhan yang harus dirinya jalani. Jadi Capella tidak masalah dengan hal itu dan itu adalah drama kehidupan yang memang harus dirinya lewati.
"Bunda tenang aja, Ella baik-baik aja. Lihat Ella sekarang, Ella akan menerima semua yang Tuhan takdirkan untuk Ella," ucap Capella sembari meraih tangan Megan dan menggenggamnya.
Megan pun meletakkan tangannya yang lain di atas tangan Capella yang tengah menggenggam tangannya. Megan menghela napas panjang dan menatap Capella dengan penuh kasih sayang.
"Hiduplah dengan bahagia, jika terjadi sesuatu katakan kepada bunda, bunda tidak ingin kau hidup tertekan dan bunda makin bersalah dengan mama mu."
Capella tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan orang tuanya dan bunda Megan. Namun Capella hanya mengikuti alur dan akan berjanji hidup bahagia.
Tapi ini belum akhirnya dan belum tentu hidup mereka kedepannya penuh akan kebahagiaan. Capella yakin masih banyak rintangan yang harus ia terima kedepannya baik itu ia suka atau maupun tidak.
"Bunda, Ella janji akan hidup dengan bahagia," ucap Capella meyakinkan Megan.
Sementara di sisi lain Januar tengah berdiskusi dengan ayahnya mengenai masalah bisnis. Sebentar lagi Januar akan meneruskan perusahaan ayahnya.
"Suka tidak suka kau harus menjalankan posisi ini Januar, sudahlah jangan membantah lagi."
Januar menghela napas panjang dan dirinya kali ini terpaksa untuk menjalankan bisnis tersebut. Lagipula ia sudah memiliki Capella yang harus ia nafkahi.
"Hm, aku akan menerimanya."
Mungkin Januar akan berpikir lebih jernih lagi setelah ini. Masih banyak kegalauan yang ia simpan di benaknya. Di sisi lain ia tak menyukainya tapi di sisi lain Januar juga harus menjalankannya. Ia menyukai seni dan balapan, sudah lama ia tak berkumpul dengan teman-temannya.
Januar menghela napas panjang dan membuka ponselnya. Di dalam grup chat ia melihat kehebohan mengenai berita putusnya ia dengan Delisha. Perasaannya dengan Delisha ternyata hanyalah pelampiasan Januar, ia mencintai Delisha karena rasa penasaran dan sudah lama ia mengejarnya dan ketika Januar sudah mendapatkan Delisha perasaan itu pun hilang, itu adalah salah satu bukti berngeseknya seorang pria.
"Januar, fokuslah, jangan yang kamu lihat hanya handphone."
Januar menganggukkan kepala dan berusaha untuk fokus mengerjakan data-data yang harus ia penuhi untuk menjabat sebagai pemimpin perusahaan ayahnya kelak.
Januar juga berencana ingin memberhentikan Capella menjadi seorang reporter. Pekerjaan yang diemban oleh Capella mengharuskan wanita itu untuk siap siaga kapanpun. Januar tak bisa menghentikan Capella wanita itu terus memaksa pekerjannya sementara Januar sangat khawatir. Mungkin ia akan memberikan pekerjaan khusus di kantor agar ia bisa bersama Capella dan juga tak merasa bosan di kantor.
Januar kembali menghela napas gusar ketika ada notif masuk. Semua orang heboh dengan berita putusnya ia dan Delisha. Januar khawatir jika Delisha akan melakukan apapun demi membalas dendam.
Ia pun mengecek berita hangat yang menyatakan bahwa Delisha ditemui di club tengah depresi dan netizen ramai-ramai menghujat Januar yang mengakibatkan Delisha seperti itu.
"Gak guna," lirih Januar yang muak dengan drama queen Delisha.
_____________
"Bro kok lo mutusin si Delisha?"
Januar melirik Martin yang memberikan pertanyaan tersebut. Ia tersenyum tipis dan kemudian langsung mengubah wajahnya dengan datar. Hal itu membuat Martin langsung menciut.
"Bukan gue yang mutusin tapi dia," ucap Januar seolah memberikan peringatan agar mereka semua tidak menyalahkan dirinya bahwa ialah yang telah memutuskan hubungan.
"Terus lo gak nyesel?"
"Ngapain gue harus nyesal? Memang dari awal gue cuman penasaran sama dia." Ucapan Januar membuat kaget anak-anak di basecamp.
"Lo serius Januar? Lo gak kasian sama Delisha? Dia cewek bro, gue tau gue cowok dan brengsek tapi gue juga gak tega ngeliat cewek lo jadikan mainan doang."
"Lo jangan sok suci," ucap Januar pada Satria.
Tidak ada yang berani membantah Januar. Mereka pun diam dan melihat Januar yang duduk di pojokan tampak tengah frustasi. Mereka tidak tahu masalah apa yang tengah dihadapi oleh Januar hingga membuat laki-laki itu sangat setres.
"Bro lo gak mau cerita?" tanya Bonge sungguh tak percaya dengan laki-laki itu, ia mengira jika Januar frustasi karena hubungannya yang telah berakhir.
"Gue bentar lagi jadi CEO di perusahaan papa, gue gak mau. Tapi gue harus," ucap Januar dan kemudian mengambil jaketnya berencana ingin pulang.
Jika ia terus seperti ini maka tempat mengadu yang paling membuat Januar tenang adalah Capella, Capella adalah satu-satunya orang yang bisa membuat dirinya bisa merasa sangat aman.
Namun baru saja ia melangkah ke motornya. Ia terkejut melihat ada siluet tubuh yang tengah bersembunyi. Januar lantas menghampiri siluet itu dan ia langsung waspada dan menyergap orang yang tengah bersembunyi di basecamp tersebut.
Namun ia terkejut saat melihat itu adalah Capella. Ia melihat ke arah wanita itu yang membawakannya makanan.
"Maaf, aku kira kamu tadi ke kantor. Trus kata orang di kantor kamu biasanya ke sini."
Januar pun tersenyum dan mengusap kepala Capella. Ia menghela napas panjang dan menganggukkan kepala.
"Aku udah mau pulang."
"Maaf aku ke sini diam-diam."
"Tidak apa-apa. Pulang bareng?" tanya Januar yang langsung disetujui oleh Capella. Mereka pun pulang bersama.
Di pertengahan jalan kedua sejoli itu terus bersama dan juga saling tertawa. Tak jarang Januar juga menjahili Capella dengan membawa motornya cukup kencang hingga wanita itu berteriak ketakutan.
"Januar pelan-pelan."
"Panggil sayang dulu!" teriak Januar melawan suara angin.
"Ih... Kok gitu?!"
Januar pun makin menancap gas hingga membuat Capella memeluk perut pria tersebut. Januar pun berhenti mendadak hingga Capella terhuyung ke depan.
"Apaan sih cari kesempatan dalam penderitaan orang," ketus Capella dan Januar menoleh ke arah Capella sembari menatap wanita itu mesum.
"Ken..."
"Diam!" Capella langsung membekap mulut pria itu. Januar tertawa terbahak-bahak melihat wajah Capella yang memerah.
Mereka menatap ke samping jalan dan Capella terdiam pasalnya di tempat inilah Mahen dipenjara. Mata Capella berkaca-kaca. Januar menatap wanita itu dan ia menghela napas panjang sambil mengepalkan tangannya.
"Kita pulang."
"Sudah lama tidak ada yang mengunjungi Mahen. Apa kau tidak ingin melihat kakak mu? Kamu bahkan belum pernah menjenguk Mahen di penjara."
Januar terdiam dengan wajah datar.
____________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.