Kisah cinta Dokter cantik dan seorang Pengacara tampan yang dingin. Dipersatukan oleh perjodohan. Dipertemukan oleh takdir cinta keduanya.
Akankah mereka berdua pada akhirnya bersenyawa? 💕💕💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RieyruNa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Mobil Ayesh tiba di kediaman keluarga Mahardika. Hyorin masih tertidur dengan nyamannya. Terlihat sekali jika dia sangat kelelahan hari ini. Ayesh merasa tidak tega jika harus membangunkannya.
Ayesh kemudian keluar memutari Mobil dan membuka pintu samping dimana Hyorin tidur dengan terduduk.
Ayesh menggendong Hyorin sampai ke dalam rumah.
"Selamat malam Om...Tante." Sapa Ayesh begitu dia memasuki rumah.
"Orin kenapa Nak?" Tanya Ayah Hyorin merasa khawatir.
"Orin tidak kenapa-kenapa Om, dia hanya ketiduran tadi di Mobil. Ayesh tidak tega untuk membangunkannya Om."
"Anak ini kalau sudah tidur memang susah sekali bangunnya." Ayah Hyorin menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nak Ayesh kamu antarkan Hyorin ke kamarnya ya, kamarnya di bagian paling kiri dari tangga." Sambung Ayah Hyorin memerintahkan Ayesh.
"Baiklah Om, Ayesh permisi dulu."
Ayesh kemudian naik ke lantai Dua untuk mengantarkan Hyorin ke kamar.
Ayesh membaringkan Hyorin dengan sangat hati-hati, dia tidak mau mengusik kenyamanan tidur Hyorin.
Mata Ayesh berpendar mengamati isi kamar Hyorin yang tertata sangat rapi. Dominasi warna biru ada di setiap sisi kamarnya.
Mata Ayesh tertuju pada satu benda yang tergeletak di atas meja rias. Sapu tangan bertuliskan huruf "H" yang sama persis seperti yang ia simpan selama ini.
Jantung Ayesh mendadak berdegup sangat kencang.
Ayesh seolah tidak percaya dengan fakta yang baru saja dia peroleh. Ayesh antara merasa senang, sedih dan juga merutuki akan kebodohan dirinya sendiri yang sering memperlakukan Hyorin dengan semena-mena gara-gara sebuah kesalahan yang tidak sengaja pernah dilakukannya.
Ayesh juga merasa senang sebab gadis yang selama ini dia cari sudah berada di depan matanya, paling tidak dia tidak salah dalam menjatuhkan pilihannya malam itu.
Ayesh juga merasa sedih sebab dia bahkan tidak bisa menyadari jika Hyorinlah gadis itu.
Aku harus tenang, aku akan menunggu data yang dilaporkan Doni. Saat ini aku harus bersikap seperti biasanya, sebelum semuanya jelas. Ayesh membatin.
Hyorin memang memiliki Dua sapu tangan yang sama persis, Ibunya yang membuatkan untuk Hyorin dan Hyoshan namun semua disimpan Hyorin sampai suatu ketika dia relakan salah satunya untuk membalut luka seseorang yang tidak Hyorin kenal.
Ayesh mendekati Hyorin yang tertidur dengan damai tanpa terusik. Diciumnya kening gadis itu dengan lembut sebelum dia meninggalkan kamar itu. Ayesh tersenyum sendiri, ada rasa berbunga-bunga di dalam hatinya.
Merasa ada yang menyentuh kulitnya Hyorin menggeliat, tetap dalam posisi mata terpejam.
Ayesh menutup pintu kamar Hyorin dengan sangat hati-hati.
Ayesh berlari-lari kecil menuruni anak tangga, di tangga terakhir dia berpapasan dengan Silvia yang hendak naik.
Silvia bersikap sangat genit kepada Ayesh. Dia juga mengenakan pakaian yang kurang bahan menurut Ayesh, semua serba mini dan hanya menutup bagian-bagian penting saja, sedangkan yang lainnya dibiarkan terbuka. Meskipun itu di rumah tapi tetap tidak sopan. Silvia sengaja bergelayut manja di lengan Ayesh untuk menggoda Pemuda itu.
"Lepaskan aku Silvia!"
"Kak Ayesh tidak perlu malu, bukankah aku tidak kalah cantik dengan Orin? Bahkan aku lebih cantik dibandingkan dengan dia. Kenapa Kakak tidak memilihku saja."
"Silvia kamu tidak pantas berkata seperti itu!"
"Lihat aku Kak, aku lebih segala-galanya dibandingkan dia."
"Lepas..!!!"
Ayesh terpaksa menghempaskan Silvia hingga tersungkur. Gadis itu tampak sedikit kesakitan, tapi Ayesh tidak perduli.
"Awas kamu, pasti akan aku balas!!!" Silvia bergumam lirih, dengan mata yang menyala-nyala.
Ayesh pamit undur diri dari kediaman keluarga Mahardika. Dia berharap tidak akan pernah bertemu Silvia lagi. Gadis itu seperti api dalam sekam dan tidak tahu diri. Sudah ditolak tapi tetap mengejar.
****
Keesokan pagi sekitar pukul Setengah Lima Hyorin terbangun dari tidurnya, Hyorin tersentak kaget. Dia memeriksa semua pakaian yang dikenakannya masih utuh. Dia tersenyum ternyata dia tidur di kamarnya sendiri, padahal terakhir dia ingat sekali masih ada di Apartemen Ayesh.
"Siapa yang membawaku kesini, kenapa bisa aku ada di kamar? Bukankah aku semalam masih di Apartemen Mas Ayesh?" Hyorin bertanya pada dirinya sendiri sambil mengingat-ingat kejadian semalam.
Hyorin kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap menunaikan kewajiban paginya.
Hyorin kemudian turun menuju dapur dan bersiap memasak untuk sarapan. Dia berniat memasak untuk Ayesh dan Kakaknya juga pagi ini.
Selesai memasak dan menaruh semuanya di wadah. Hyorin naik kembali ke kamar untuk bersiap menuju Apartemen Ayesh.
Hyorin mengeluarkan Motornya dari garasi kemudian melaju di jalanan.
Sampai di depan Apartemen, Hyorin memarkirkan Motornya berharap Ayesh dan Kakaknya belum berangkat bekerja.
Hyorin memencet bel, pintu pun terbuka.
Senyum mengembang di balik pintu.
"Orin?" Sapanya kaget.
"Iya Mas, aku masuk ya. Aku membawakanmu sarapan."
Hyorin menata semua yang dibawanya di atas meja makan.
"Wah Rin banyak sekali, kita tidak mungkin menghabiskannya berdua saja."
"Aku akan panggil Kak Oshan kemari Mas."
Hyorin kemudian menelfon Kakaknya agar bisa bergabung sarapan bersama, namun sayang Kakaknya itu sedang ada di Luar Kota untuk urusan Bisnis.
"Kenapa Rin?"
"Kak Oshan ternyata sedang di Luar Kota Mas." Hyorin nyengir merutuki dirinya sendiri yang ceroboh tidak menelfon Kakaknya dulu tadi sebelum membawakan sarapan.
"Sudah tidak apa-apa, ayo kita mulai sarapannya."
Sarapan pagi ini dipenuhi canda tawa, Ayesh yang biasanya sangat datar dan kaku ternyata begitu humoris dan sikapnya lebih hangat dari biasanya.
"Kamu tidak kerja hari ini Rin?"
"Aku masuk siang Mas. Aku ganggu kamu ya Mas? Aku pulang sekarang ya."
"Eh...mana boleh."
Hyorin menggernyitkan dahinya.
"Bukankah Mas mau berangkat ke Kantor?"
"Kamu ikut ke Kantor ya?"
"Aku tidak mau Mas. Aku bersihkan ini dulu ya, setelah itu aku pulang."
Ayesh kemudian masuk ke kamarnya, untuk mandi dan bersiap-siap ke Kantor.
Ayesh keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Dia menyelipkan sapu tangan biru muda di kantong jasnya.
Hyorin tidak sengaja melihat sapu tangan itu. Hyorin hendak bertanya namun ia urungkan, khawatir dia salah bertanya.
"Rin ayo kita turun bersama!" Ajak Ayesh.
Hyorin mengangguk dan mengambil tas slempangnya yang tergeletak di atas sofa.
Mereka berdua mendekati pintu, betapa kagetnya mereka berdua, saat Ayesh membuka pintu ternyata Doni sudah bertengger di depan pintu hendak memencet bel.
Doni melongo tak percaya sepagi ini Hyorin sudah ada di Apartemen Ayesh.
"Kalian...." Doni menduga dengan pikirannya sendiri sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Benar-benar kemajuan yang pesat." Sambungnya.
"Jangan berpikir macam-macam Don." Cegah Ayesh.
Hyorin hanya diam, sungguh dia merasa malu karena ketahuan ada di rumah seorang Laki-laki pagi-pagi begini.
Mereka sampai di lantai dasar. Hyorin pamit untuk pulang.
"Tunggu!"
Hyorin menoleh.
Ayesh mendekat kemudian tanpa aba-aba dia meninggalkan jejak sayang di kening Hyorin.
Doni yang melihat itu dibuat melongo tak percaya jika Ayesh bisa melakukannya bahkan di depan dirinya tanpa merasa canggung ataupun malu.
Wajah Hyorin bersemu merah, terlihat begitu merona karena malu. Doni terkekeh dengan tingkah sahabat sekaligus Bosnya itu.
Hyorin lari ke parkiran dan melajukan Motornya.
"Gila loe Bro, membuat anak gadis orang klepek-klepek. Hahahaaaaa...."
"Ayo kita berangkat Don!"
Mereka memasuki Mobil.
"Tadi malam apa yang terjadi Bro, sepertinya kalian...." Doni sengaja menggantungkan ucapannya sambil menaik turunkan alisnya.
"Sinting loe Don, pikiran loe kejauhan!"
"Kok jadi gue yang sinting, loe itu yang mulai bucin."
Ayesh tidak menjelaskan apapun, dia membiarkan Doni berfantasi liar terhadap dirinya dan Hyorin.
Tiba-tiba wajah Doni berubah serius.
"Bro...loe udah lupa dengan gadis yang di Jerman itu ya?"
"Siapa bilang?"
"Sikap loe ke Dokter Orin benar-benar berubah Seratus Delapan Puluh derajat Bro."
"Bagaimana hasil investigasi loe Don?"
"Loe tenang saja Bro, sudah aku siapkan. Hanya saja terkait orang itu aku masih menyelidikinya."
"Don gue menemukan sapu tangan yang sama dengan ini di kamar Orin semalam." Ayesh menunjukkan sapu tangan yang selalu dibawanya itu.
"Loe masuk ke kamar Dokter Orin? Gila loe Bro nggak takut digrebek sama Om Mahardika loe?"
"Om Mahardika yang nyuruh gue." Jawab Ayesh datar dan memang itu kenyataannya.
"Trus kalau loe ke kamar Dokter Orin kenapa pagi-pagi kalian berdua ada di Apartemen?"
Doni merasa bingung dengan apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat.
"Sudahlah Don, tidak usah dibahas."
Doni memilih untuk tidak mendebat Ayesh.
Mereka berdua pun sampai di Kantor Firma Hukum Akbar Grup.
"Ini Yesh data yang loe minta." Doni menyerahkan dokumen yang ia taruh di snailhecter berwarna orange.
Ayesh membaca satu persatu data yang berhasil Doni temukan. Ayesh tersenyum penuh arti.
Aku menemukanmu...pekik Ayesh di dalam hatinya.
Hi Kak, jangan lupa dukung Author terus ya. Like, komen, vote dan jadikan favourite ya. 💞💞💞
Siapa nich yang nggak sabar kalau Ayesh bersama Hyorin, atau Hyorin sama Indra saja ya...😉😉😉
Yuk komen di bawah ya Kak, aku tunggu 🤗🤗🤗
tetap semangat thorr
klau jovvanka menyakiti Orin?