NovelToon NovelToon
Di Ujung Asa

Di Ujung Asa

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Baim

Amira wanita cantik itu, menatap suaminya dengan perasaan yang sulit di artikan. bagaimana tidak, dua tahun yang lalu, dia melepaskan kepergian Andika untuk bekerja ke kota, dengan harapan perekonomian rumah tangga mereka akan lebih mapan, keluar dari kemiskinan. tapi harapan itu hanyalah angan-angan kosong. suami yang begitu di cintanya, suami yang setiap malam selalu di ucapkan dalam sujudnya, telah mengkhianatinya, menusuknya tanpa berdarah. bagaimana Amira menghadapi pengkhianatan suaminya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari bos dimana tempat Andika bekerja? ikuti yuk lika-liku kehidupan Amira beserta buah hatinya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Baim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

       Beberapa menit lalu, sewaktu Amira mengambil uang yang tinggi tiga ratus ribu, di atas lantai, Bu Susi kembali berteriak....

      "Amira, jangan coba-coba kamu mengadu masalah ini pada anakku. Dan ingat, setiap bulan kalau anak ku mengirim uang, kamu harus memberikan pada Ibu semuanya. Jangan sampai kamu lupa itu. Orang miskin seperti kamu tidak pantas memegang uang sebanyak ini. Paham Kamu."

     Tapi Amira tidak menggubris teriakan bernada hinaan dari mulut Ibu mertuanya itu. Selesai mengambil sisa uangnya, dia bergegas melangkah keluar dari rumah itu, tanpa menoleh sedikitpun pada kedua orang serahkan yang sedan bersenang-senang di atas penderitaannya.

     Sepeninggalan Amira, Bu Susi dan Rasti tertawa bahagia. Uang gaji kiriman anaknya, berhasil dia dapatkan. Dia tahu kalau anaknya itu, akan memberikan lima ratus ribu untuk dirinya, dari uang empat juta yang dikirim. Dan dia tidak terima itu. Dia merasa sebagai seorang Ibu, dia yang lebih berhak atas uang anaknya. Bukan Amira yang cuma seorang istri. Tapi Bu Susi lupa, tanggung jawab anaknya bukan cuma pada Ibunya. Tapi pada istri dan anaknya, yang harus di nafkahi oleh seorang suami dan Ayah.

      "Bu, apa Ibu yakin, kalau Amira nggak akan bilang pada Mas Dika?"Tanya Rasti terlihat ragu.

      "Yakinlah...kamu lihat sendiri nanti, dia nggak bakalan ngadu sama Mas mu. Ini, Ibu kasih kamu delapan ratus ribu, jadi satu juta uang kamu. Kamu kan sudah ambil dua ratus dari uangnya Amira. Jadi Ibu cuma tambahin delapan ratus saja."

       "Bu..kok gitu sih, Ibu kan janji mau kasih aku satu juta setengah. Kenapa malah satu juta sih Bu. Pokoknya aku nggak mau ya Bu. Sesuai dengan janji Ibu, tambahin aku lima ratus ribu lagi."Protes Rasti, tidak terima. Dia terlihat sangat kesal pada Ibunya.

     "Nggak usah banyak protes kamu. Lima ratusnya sudah di kasih ke Amira. Kamu sudah ambil dua ratus ribunya kan? Jadi segitu sudah cukup. Tinggal dua juta tujuh ratus buat Ibu. Mana cukup sebulan uang segini buat Ibu. Jangan aneh-aneh kamu. Kamu punya suami, minta saja sama dia."

     Selesai dengan ucapannya, Bu Susi segera berdiri dari duduknya. Melangkah menuju kamarnya. Pura-pura tidak panggilan putrinya.

     "Bu, tambahin aku tiga ratus ribu lagi."Rasti berteriak dengan suara keras. Dia benar-benar kesal dengan Ibunya. Dia beranjak dari duduknya, sambil kedua kakinya dihentakan di atas lantai, Rasti berjalan mendekati pintu kamar Ibunya. Tapi sayang, walau pintu kamar digedor berkali-kali dengan kuat, di tambah teriakan kencangnya, Bu Susi bergeming sama sekali di dalam kamarnya.

................

      Malam pun tiba. Amira tidak beranjak dari kamarnya, sejak pulang dari rumah Bu Sinta, sore tadi. Dia pun tidak berkeinginan menyiapkan makan malam untuk Ibu mertuanya. Dia dan anaknya sudah di tawarin makan di rumah Bu Sinta. Dia masih sakit hati dengan perlakuan Ibu mertuanya, siang tadi. Sementara Bu Susi nampak sangat kesal tidak mendapati makanan di atas meja makan.

     ."Apa dia tidak masak? Lalu malam ini aku harus makan apa? Dasar menantu tidak tau diri. Mau jadi nyonya di rumahku?

      "AMIRA..."

       Teriak Bu Susi dengan keras. Amira yang lagi berbaring di samping putranya, pura-pura tidur, saat mendengar teriakan Ibu mertuanya dari dapur. Tak lama setelah suara teriakan, Amira kembali mendengar gedoran pintu kamarnya, di sertai suara teriakan Ibu mertuanya.

      "Amira keluar kamu anak sialan. Keluar kamu dari rumahku malam ini juga. AYO KELUAR SEKARANG AMIRA."

       "Astaghfirullah hal'azim."

  . Tidak mau anaknya terbangun, Amira dengan cepat turun dari atas tempat tidur, lalu dengan langkah cepat berjalan ke arah pintu.

      BRAAAK

     Sebelum pintu terbuka dengan sempurna, Bu Susi menendang daun pintu itu dengan sekuat tenaga.

     "Menantu kurang ajar, menantu sialan. KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA."

       Tanpa belas kasihan, Bu Susi menarik rambut Amira, yang tidak memakai hijab itu, dengan kuat. Lalu ditarik nya menantunya,keluar dari dalam kamar.

       "Bu lepasin, ini sakit Bu."Ucap Amira memohon. Kulit kepalanya terasa sakit luar biasa. Dia merasa kalau rambut yang ditarik Ibu mertuanya tercabut dari kulit kepalanya. Air matanya menetes. Amira menangis bukan cuma sakit pada kulit kepalanya. Tapi hatinya sakit seperti disayat-sayat, di perlakukan seperti bintang oleh seorang wanita yang di panggilnya dengan Ibu.

       Amira mendengar suara tangis anaknya dari dalam kamar. Karena terbangun mendengar suara pintu dan teriakan Neneknya.

     "Kurang ajar kamu, kenapa kamu tidak masak hahhh, kamu mau bikin aku mati kelaparan malam ini, sialan kamu. Kalau kamu memang sudah tidak mau menjadi menantu ku, lebih baik kamu pergi dari rumah malam ini juga."

     Bu Susi menghempaskan tubuh Amira, hingga wanita malang itu terjatuh di atas lantai ruang tamu depan pintu. Amira terisak. Dia memegang kepalanya. Sakit, itulah yang dia rasakan saat ini. Amira diam, cuma terdengar suara isak tangisnya yang begitu memilukan.

        "Hehhh, perempuan sialan, jangan kamu pikir anak ku cinta sama kamu, lalu dia tidak bisa menceraikan kamu? Jangan mimpi kamu Amira. Satu kata keluar dari mulutku dia langsung menceraikan kamu. Kamu tidak percaya? Mau aku buktikan hahhh."Ucap Bu Susi, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah Amira, yang masih terduduk di lantai, dengan kepala menunduk, menangis.

       "Bu..Bu..Bu..."

       Suara tangis Alif, memanggil Ibunya, membuat Amira mengangkat wajahnya. Alif yang berjalan ke arahnya dengan terisak-isak. Amira duduk tegak dengan kaki di lipat di atas lantai. Kedua tangannya di bentangkan, menyambut anaknya.

      "Alif...sini sayang."

      Dengan langkah kecil-kecil, Alif mendekati Ibunya. Alif menatap Neneknya, dengan wajah ketakutan saat melewatinya.

       "Alif, sini sayang, jangan takut."Ujar Amira, seakan mengerti ketakutan di raut wajah imut itu.

      "Sudah jangan nangis, ada Ibu. Ibu sayang Alif. Alif nggak usah takut."

      Amira langsung mendekap tubuh anaknya, setelah Alif sudah berada di depan Ibunya. Bocah itu masih saja mengeluarkan suara tangisnya. Bu Susi menatap kedua anak dan Ibu itu, dengan geram.

      "Sekarang bawah anakmu sekalian dari rumahku. Aku tidak sudi menampung orang miskin seperti kalian. Ingat besok pagi saat aku bangun, aku tidak lihat kalian di rumah ini lagi. Dan kamu Amira, siap-siap diceraikan sama anak ku. Siap-siap untuk menjadi seorang janda. Hahaha...."Sambil tertawa, Bu Susi dengan angkuhnya, berbalik badan kembali masuk kamarnya. Benar-benar seorang mertua dan seorang Nenek yang tidak punya hati.

    Amira mendekap putranya yang masih terisak dengan erat. Dia menatap punggung Ibu mertuanya dengan perasaan yang sulit di artikan. Amira juga ikut menangis. Hatinya benar-benar hancur. Bagaimana kalau Ibu mertuanya melakukan sesuatu, hingga membuat suaminya percaya lalu menceraikan dirinya. Sungguh saat ini dia begitu takut. Takut kalau itu sampai terjadi

      "Ya Allah..maafkan aku, tolong aku, apa yang harus aku lakukan sekarang ya Allah?"

      Amira menjerit dalam diamnya. Dia tidak tahu harus bagaimana. Pergi dari rumah ini, dia akan tinggal di mana, dengan hari sudah semakin malam.

Bersambung......

1
tanpa nama
Dsni perannya amira trlalu bodoh, trllu lemah. Udah bener d belain suami, mlah bersikap bodoh.
Jd gmes bcanya bkin emosi

Thor jgn bkin amira jd org bego. Toh itu cm mertua bkn ibu kndungnya
tanpa nama
Smngt nulis kryanya thor😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!