Legenda Zhu San
Dess
Duak
Suara pukulan beradu terdengar di sebuah lembah yang bernama Lembah Iblis. Sebuah tempat yang jarang di datangi oleh manusia biasa atau Pendekar sekalipun.
Suara itu tercipta karena dua orang kakek sedang bertarung dan masing-masing berhasil menyarangkan serangan mereka di tubuh lawannya.
“Fu Kuan, pukulan mu seperti pukulan perempuan yang sedang patah hati, membuat geli perutku saja hahahaha”
Seorang Kakek yang mengenakan Jubah Biru berkata mengejek seorang kakek lain yang mengenakan jubah putih bermotif Pedang yang pangkal bilahnya terdapat bentuk Bintang.
“Lin Kai, tendangan mu seperti tendangan seorang nenek yang baru melahirkan, lemah sekali.”
Kakek berjanggut putih yang dipanggil Fu Kuan, membalas perkataan Kakek berjubah biru yang terlihat sedang mengelus perutnya yang baru saja terkena pukulan darinya.
Sementara Fu Kuan sendiri terlihat sedang memijat pinggulnya akibat terkena tendangan kuat dari Lin Kai.
Keduanya masih berdiri dan saling menatap dengan tajam. Pertarungan keduanya baru saja dimulai dan dari pertukaran serangan tadi, keduanya mendapati bahwa tenaga dalam mereka sama kuatnya.
Lin Kai meraih gagang pedang yang tersarung di punggungnya, namun suara Fu Kuan membuat tangannya melepas kembali gagang pedang itu.
”Lin Kai, apa kau kehabisan jurus tangan kosong hingga ingin mencabut pedang butut mu?”
“Cuih … siapa bilang aku kehabisan jurus tangan kosong? Aku hanya ingin membelai lehermu dengan pedangku saja. Tapi jika kau ingin ku tendang lagi pantat teposmu itu, akan ku kabulkan sekarang juga.”
Selepas berkata demikian, Lin Kai segera melesat cepat dengan jurus Tendangan Kaki Baja yang terkenal dapat menghancurkan batu sebesar rumah.
Tendangan yang mengarah cepat ke pinggang Fu Kuan berhasil dihindari oleh kakek tersebut dengan melompat ke atas, lalu ia pun balas menyerang kepala Lin Kai dengan Jurus Tinju Besinya.
Pertukaran serangan pun kembali terjadi saat matahari telah tepat diatas kepala. Suhu udara pun mulai memanas di lembah itu.
Keduanya terlihat tidak ada yang ingin mengalah ataupun kalah, membuat pertarungan keduanya semakin lama semakin mendahsyat.
Lin Kai yang disebut sebagai Jagoan Nomor satu aliran Hitam, menyerang dengan jurus-jurus yang mengincar titik-titik vital yang mematikan dan serangannya pun terlihat kejam.
Sementara jurus tangan kosong yang digunakan Fu Kuan lebih dititikberatkan pada serangan ke bagian yang tidak mematikan dan pertahanan.
Hal ini karena adanya perbedaan Aliran yang mereka yakini kebenarannya. Fu Kuan mendapat julukan Jagoan Nomor satu Aliran Putih sekaligus Pelindung Sekte Pedang Bintang Merah.
Sekte Bintang Merah bukanlah Sekte Nomor satu di Dunia Persilatan Kekaisaran Liu, namun setidaknya Sekte itu termasuk dalam sepuluh Besar yang terkuat.
Puluhan jurus pun berganti menjadi ratusan jurus, gerakan kedua orang tersebut semakin lama semakin cepat dan kuat.
Angin pukulan maupun tendangan kedua kakek yang sudah mulai terlihat keriput itu, membuat daun dan ranting-ranting pepohonan di sekitarnya, jatuh berguguran.
Duak
Tendangan kuat dari Lin Kai berhasil bersarang di dada Fu Kuan membuat Kakek tersebut terpental dengan darah menyembur dari mulutnya.
Belum sempat Fu Kuan menyeka darah di bibirnya, Lin Kai kembali menyerang dengan tendangan kuat ke arah kepalanya.
Fu Kuan berkelit dengan cepat dan melepaskan tendangan tipuan yang berhasil mengecoh Lin Kai.
Dess
Sebuah Tinju kuat dari Fu Kuan bersarang telak di dada Lin Kai, membuat kakek berjubah biru itu terpental beberapa meter dengan darah yang juga menyembur dari mulutnya.
Pertarungan pun terhenti, keduanya segera mengambil sesuatu dari balik jubah mereka yang ternyata adalah sebuah botol giok yang berisi puluhan pil di dalamnya.
Fu Kuan menelan sebutir Pil berwarna Hijau sedang Lin Kai menelan dua buah butir pil berwarna abu-abu.
Keduanya lalu duduk bermeditasi untuk memulihkan luka dalam mereka. Lima menit kemudian keduanya bangkit dengan waktu yang nyaris bersamaan.
“Cukup bermain-mainnya, mari kita bertarung serius.”
Selepas berkata demikian, Lin Kai mencabut Pedang yang tersarung di punggungnya. Pedang dengan Bilah berwarna biru itu, segera terhunus ditangannya.
Melihat Lin Kai telah mencabut Pedangnya, Fu Kuan pun mencabut Pedang yang juga tersarung di punggungnya.
Sebuah Pedang berbilah kuning dengan pangkal pedang yang memiliki batu berbentuk bintang berwarna merah, segera terhunus di tangan Fu Kuan.
Menurut kabarnya, Pedang yang bernama Pedang Bintang Merah, adalah Pedang Pusaka yang terbuat dari logam yang berasal dari Bintang Merah, sebuah bintang yang di yakini sebagai tempat tinggal para Dewa.
Seorang Ahli Penempa senjata dari kekaisaran Wei, yang sangat terkenal kehebatannya, butuh waktu satu tahun untuk menempa Logam tersebut menjadi sebuah Pusaka yang Hebat.
Penempa yang terkenal itu mengatakan bahwa Pedang Bintang Merah, adalah senjata pusaka terhebat yang pernah ia buat selama hidupnya.
Karena ucapan itulah, Dunia persilatan dari empat Kekaisaran memburu dan berusaha mendapatkan Pedang tersebut.
Entah bagaimana ceritanya, Pedang tersebut kini berada di tangan Fu Kuan yang kini sedang berhadapan dengan Lin Kai yang terlihat sudah tak sabar untuk segera menyerang dirinya.
Melihat lawan telah bersiap dengan senjatanya, Lin Kai segera melesat terlebih dahulu merapatkan jarak.
Ia menusukan pedangnya yang bernama Pedang Awan Biru ke arah dada Fu Kuan. Fu Kuan pun segera menghindar dan memberikan tebasan ke tangan kanan Lin Kai yang memegang pedang.
Lin Kai segera menarik tangannya dengan cepat. Ia pun segera menangkis serangan Pedang Bintang Merah milik Fu Kuan.
Keduanya kembali bertarung dengan sengit. Jurus-jurus pedang yang hebat mereka gunakan agar dapat segera membunuh lawannya.
Namun setelah satu jam pertarungan, belum satu pun diantara mereka yang berhasil membunuh lawannya.
Hanya luka ringan di beberapa bagian tubuh yang terlihat dan masih mengalirkan darah. Nafas kedua kakek itu pun terlihat mulai tersengal-sengal.
Namun tak satupun dari keduanya yang mau berhenti bertarung, bahkan serangan keduanya kini, semakin mendahsyat.
Lin Kai mengalirkan sejumlah tenaga dalam yang cukup besar ke Pedang Awan biru, Sehingga pedangnya mengeluarkan cahaya kebiruan.
Melihat Hal itu, Fu Kuan pun menjadi waspada. Ia pun mengalirkan sejumlah besar tenaga dalamnya ke Pedang Bintang Merah. Pedang itu pun segera memancarkan cahaya kemerahan.
Lin Kai segera menebaskan pedang ke udara kosong di depannya. Selarik sinar biru melesat dengan cepat ke arah Fu Kuan yang segera melompat setinggi lima meter dan mengayunkan pedang Bintang Merah dari atas ke bawah.
Sinar biru dari Pedang ditangan Lin Kai mengenai bebatuan yang seketika membuat batu-batu itu hancur menjadi berkeping-keping.
Selarik sinar merah melesat dari Pedang Bintang Merah tepat mengarah ke tubuh Lin Kai.
Kakek itu mendengus kesal dan melompat kesamping kanan menghindari serangan energi Pedang Bintang Merah Fu Kuan.
Sinar merah itu menghantam sebuah pohon besar dan membuat batangnya yang besar terbelah menjadi dua dan terlihat hangus.
”Elang Biru Mematuk Mangsa”
Lin Kai kembali melesatkan Energi dari Pedang Awan Biru, namun kini energi yang keluar menyerupai sebuah burung elang raksasa yang berwarna biru dan segera melesat seolah hendak mematuk Fu Kuan.
Fu Kuan yang baru saja menjejakkan kakinya di tanah sangat terkejut melihat serangan yang datang dengan sangat cepat ke tubuhnya.
Ia pun segera menusukan pedang ke arah kepala elang raksasa itu seraya berteriak dengan keras.
“Petir Bintang Merah”
Dari Pedang Bintang Merah keluar petir berwarna merah yang melesat cepat menghantam burung elang raksasa tersebut.
BLAAAAR
Tanah berguncang hebat akibat pertemuan dua energi besar tersebut. Pepohonan disekitar tempat pertarungan pun tumbang dengan batang dan dahan yang hancur.
Demikian juga dengan bebatuan yang ada disekitar tempat itu, berterbangan dan hancur menjadi debu.
Suasana pun menjadi hening untuk sesaat. Setelah debu-debu menghilang tertiup angin, terlihat dua kakek yang tadi bertarung, tergeletak tak sadarkan diri.
Satu menit kemudian, terlihat seorang pemuda berusia sekitar lima belas tahun mendatangi tempat itu dengan langkah kaki yang perlahan.
Ia mengenakan jubah mewah yang basah dan kotor. Wajahnya terlihat lebam dan beberapa luka di beberapa bagian tubuhnya masih mengeluarkan sedikit darah.
Ia menatap lemah ke arah dua orang Kakek yang terbaring berjauhan itu. Ia tak tahu apakah keduanya masih hidup atau sudah mati.
Pemuda itu menghela nafas panjang, ia pun akhirnya menyadari bahwa suara ledakan yang tadi ia dengar adalah suara dari pertarungan kedua kakek itu.
Siapa Kedua Kakek itu? Siapa dirinya dan mengapa ia berada di tempat asing ini?
Kedua pertanyaan itu adalah hal yang mengisi benak pemuda yang kini terduduk seraya menatap sebuah liontin yang berada di tangannya.
Hal terakhir yang ia ingat adalah, dirinya dihajar habis-habisan oleh tiga orang sebelum tubuhnya dilemparkan dari Jurang.
Ia masih ingat saat mencoba meraih dahan sebuah kayu yang kering, namun dahan tersebut patah dan ikut jatuh dalam waktu cukup lama sebelum ia merasakan sakit saat tubuhnya tercebur kedalam air sungai.
Hal terakhir yang ia ingat sebelum kehilangan kesadaran adalah meraih dahan besar yang mengambang dan memeluknya dengan erat, agar kepalanya tetap di atas air.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Ida. Rusmawati.
/Smile/
2024-06-10
0
Matt Razak
Mantap 💪
2024-06-06
0
Capricorn 🦄
ke
2024-05-30
0