NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Keputusan

   Dan seperti yang diberitahukan Humaira, jilid itu benar-benar terjadi pukul delapan pagi bersama warga yang dikumpul. Mereka datang membawa hujatan dan handphone untuk merekam sebagai pembelajaran bagi orang lain.

   Judulnya don't judge book by its cover itu nyata, dan sedang diperankan oleh salah satu anak dari pemuka agama.

   Humaira duduk bersimpuh di teras rumahnya yang lebih tinggi dari tanah, dan algojo yang memakai pakaian serba hitam yang menutupi wajahnya memukulnya menggunakan rotan. Pria pilihan Abinya itu terlihat tidak pilih kasih, bahkan seorang perempuan sekalipun.

   Humaira sempat tumbang beberapa kali, dan umminya ditahan Abinya untuk berseru berhenti, tapi algojo itu tidak berhenti karena tidak ada alasan yang memadai. Sakit, tapi bukan demam tinggi, maka dari itu Humaira harus terus merasakan rotan di punggungnya sampai seratus kali.

  "Sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan, dan seratus," seru ustadz Hanan yang bertugas menghitung, dan di detik itulah Humaira tumbang dan berakhir pingsan.

   Netra yang awalnya tersembunyi dibalik kelopak mata mulai terlihat. Humaira bangun dan langsung duduk, ia menyadari telah berada di kamarnya.

   Humaira terkejut mendengar keributan dari luar. Tangannya mengambil jilbab yang dilipat di atas meja dan pergi ke balkon kamarnya. Dilihatnya dari atas para media yang meliput, dan mempersoalkan perkaranya pada Abinya.

   Hatinya tercubit untuk kesekian kalinya.

   Humaira masuk ke kamarnya kembali, dan menuju ke arah lemari. Tangannya mengambil koper di samping lemari dan memasukkan semua pakaiannya.

   Ini semuanya salahku. Jadi, hanya Aku yang menanggungnya.

   Humaira keluar dari kamar sembari menarik koper, namun langkahnya dihentikan umminya di ruang tamu.

   "Humaira, kamu mau kemana?" tanya Ummi Sakinah, memegang lengan putrinya.

   "Ummi, sehat-sehat ya. Maaf, Humaira belum mampu bahagiakan Ummi sama Abi." Humaira memeluk ibunya, lalu mencium kening dan dua pipi sambil bershalawat.

   Umminya membalas shalawat juga.

   Humaira menghampiri Abinya yang berada di teras, berusaha mati-matian memberi pernyataan yang membungkam para reporter.

   "Saya bukannya membenarkan perbuatan anakku, hanya saja anakku juga manusia yang tidak pernah luput dari salah," balas Abi Muharram.

   Para reporter mencoba mendekati Abi Muharram, namun ditahan oleh dewan guru santri putra.

   "Abi, Humaira pergi ya." Humaira memeluk Abinya yang terkejut akibat perkataannya.

   "Humaira, tidak papa," ucap Abi Muharram mengusap kedua pipi Humaira. Putri sulungnya pasti mengalami sesuatu yang membuatnya berakhir begitu, hatinya selalu meyakini hal itu karena mengenal betul watak Humaira.

   Ummi Sakinah juga menyusul dan menahan Humaira.

   Air mata Humaira pecah, merasakan kedua orangtuanya. Keputusannya sudah bulat, dan ia pun memerlukan tempat pelarian.

   Maka dari itu, perlahan Humaira melepas pelukan kedua orang tuanya. Kemudian berlari menerobos para wartawan dan keluar dari pesantren.

   Humaira menarik koper menyusuri jalanan, tujuannya satu yaitu pergi ke rumah Khalisah yang berada di pinggir desa. Di cuaca seterik ini, punggung Humaira terasa terbakar mengingat rasa sakit akibat jilid. Dalam rasa sakit itulah Humaira menyeret dirinya ke rumah Khalisah.

   Humaira mengetuk pintu rumah Khalisah. "السلام علیکم."

   Dalam seperkian detik pintu itu langsung terbuka, menampakkan Khalisah yang ngos-ngosan. Sahabatnya itu langsung memeluknya erat. "وعلیکم سلام."

   Dan Humaira pun membalas pelukan itu.

   Seminggu kemudian.

   Seorang wanita berjalan terburu-buru dalam rumah megah menuju ruang tamu. Jauh kejauhan, Indira sudah melihat Farel yang duduk di sofa. Tiba dihadapan, Indira melempar map di atas meja membuat Farel terkejut.

   "Baca itu!"

   Farel memandangi wajah Indira yang dibanjiri air mata. Penasaran pada apa yang dimaksudkan sosok yang telah bersamanya selama ini, Farel membuka map yang dilemparkan Indira. Spontan kening Farel mengernyit karena isinya adalah USG. "Apa maksudnya ini?"

   "Ini adalah hasil dari perbuatan Kamu seminggu lalu," ungkap Indira sedikit menaikkan nada suara.

   "Apa?" Farel panik, dan segera mengecek tanggal kandungan Indira. Matanya terbelalak mendapati tanggal itu sama dengan tanggal dirinya terbangun dan melihat darah di atas sprai kasur yang ditidurinya.

   "Jadi, Kamu...."

   "Benar, Akulah wanita yang Kamu ambil kehormatannya seminggu lalu," ucap Indira penuh penekanan dan menunjukkan dirinya sendiri.

   "Tidak mungkin," gumam Farel tidak terima.

   "Ada apa ini? Kenapa suara Kamu sampai ke dapur, Indira?" Oma Rena menginterupsi dan mendekati pada cucunya.

   Tangannya merebut kertas yang dipegang Farel, dan membacanya. "Kamu hamil Indira? Sama siapa?"

   Nada tinggi Oma Rena berhasil meloloskan air mata Indira. "Ini anak Farel, Oma." Indira mengatakan seraya mengusap perutnya yang masih rata.

   Oma Rena terkejut. "Benarkah, Farel? Kalau begitu, bagus dong. Kalian harus segera menikah."

   Oma Rena menghampiri Indira dan memeluk perempuan yang sudah dianggap seperti cucu sendiri. "Oma, nggak mau tau ya. Kamu harus bertanggung jawab sama, Indira. Ini anak Kamu 'lho, dan Indira nggak mungkin bohong sama Kamu."

   Farel mengacak-acak rambutnya frustasi, tak percaya pada apa yang telah dilakukannya. Bukannya ia tak percaya pada pengakuan Indira, teman sadari kecilnya itu tak mungkin berbohong padanya. Hanya saja.... Menikahi wanita yang telah ia anggap seperti adik sendiri?

   Farel bangkit. "Baiklah." Lalu melangkah pergi dari ruang tamu.

   Pernikahan mewah nan megah pun terjadi. Farel Erganick, sebagai seseorang pengusaha muda yang sukses, tentunya pernikahannya pun menjadi liputan siaran TV, pun Oma Farel juga mengundang beberapa reporter untuk meliput beritanya.

   Humaira memandang televisi digantungkan di toko cake milik Khalisah, menyaksikan pria yang pernah mengatakan cinta padanya telah menikahi sahabatnya sendiri.

Seketika Humaira menunduk dan memejamkan mata. "Rupanya kata orang mabuk selalu berkata jujur itu bohong."

Pisau kembali menancap di dadanya yang belum sepenuhnya sembuh. Nyeri, dan ujung mata Humaira mulai berlinang.

Dilihatnya vidio di You®Tube yang memperlihatkan dirinya sedang dijilid sampai berakhir pingsan. Ia menjadi ramai dibicarakan, bahkan nama orang tua serta pesantren diseret dalam komentar orang-orang.

~Anaknya saja tidak bisa dididik. Bagaimana dengan anak orang lain?

~Saya juga enggak mau mendaftarkan anak Saya di pesantren itu!

~Saya juga!

Sepuluh hari telah berlalu, dan orang-orang masih mempermasalahkannya. Tidak masalah jika kesalahannya hanya melingkari hidupnya, tapi getah perbuatan Humaira melebar kemana-mana.

"Ummi-Abi, maafkan, Humaira. Shafra, maafkan, Kakak." Humaira kembali sesegukan dan membenamkan wajahnya pada meja. Air mata itu membasahi cadarnya.

Humaira kembali melihat videonya yang ramai penontonnya.

~Tapi hebat 'lho. Meski anaknya, Abi Muharram tetap menghukumnya.

~Iya yah. Anaknya juga mau ngaku dan bertanggung jawab.

Alis Humaira menyatu, membaca komentar-komentar baik yang mendadak ada. Dan berkat komentar baik, orang-orang lain juga ikut membubuhkan komentar baik.

Tok! Tok! Tok!

Humaira berpaling ke pintu kaca. Matanya terbelalak mendapati sosok tak terduga mengetuk pintu toko.

... 🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!