NovelToon NovelToon
Batu Rang Bunian

Batu Rang Bunian

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian

​"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.

​Sinopsis Singkat:
​Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.

​Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Hutan Bisikan dan Hukum Balik Alam 1

BAB 2: Hutan Bisikan dan Hukum Balik Alam

​Pelarian di Bawah Langit Ungu

​Sutan tidak pernah berlari sejauh ini dalam hidupnya. Di dunia asalnya, lari hanya terjadi jika ia terlambat bangun sahur. Tapi sekarang, ia berlari demi nyawanya, di bawah langit ungu yang terasa berat seperti kain beludru basah, dan di belakangnya, Kepala Prajurit Kerajaan Bunian—yang tampan, tapi jelas-jelas berniat buruk—terus mengejar.

​"Berhenti, Manusia rendahan! Serahkan Permata itu dan mungkin nyawamu hanya akan dihargai dengan pengasingan!" teriak prajurit itu. Namanya Raja Pualam, Sutan sempat mendengar dari gumamannya yang penuh amarah.

​Sutan tidak berhenti. Ia berlari melompati akar-akar pohon perak yang berkilauan. Pohon-pohon itu, yang tadinya terlihat eksotis dan indah, kini tampak seperti tangan-tangan kurus yang mencoba menjebaknya.

Udara yang tadinya berbau manis, kini mulai berbau seperti tanah lembap dan sesuatu yang membusuk—seperti aroma yang muncul ketika Anda lupa membuang sampah makanan selama seminggu.

​"Permata apa?! Ini cuma batu buat ganjel pintu!" Sutan membalas, napasnya tersengal.

​Raja Pualam mengeluarkan desisan tajam, bukan suara manusia. "Batu? Itu adalah sumber hidup kami, keharmonisan alam kami! Kau pikir itu hanyalah ganjal pintu? Lihatlah apa yang kau lakukan!"

​Sutan tak sempat melihat. Ia merasa ranselnya bergetar hebat. Batu Rang Bunian di dalamnya kini terasa seperti bom waktu. Setiap denyutan batu itu menghasilkan gelombang energi dingin yang menjalar dari punggung Sutan ke seluruh tubuhnya.

​Tiba-tiba, pepohonan di sekitar mereka mulai berubah.

​Daun perak yang indah itu mendadak mengerut dan menjadi hitam pekat. Batang pohon perak yang mulus retak dan mengeluarkan getah kental berwarna merah gelap. Hutan itu berduka, dan kesedihan alam ini terasa sangat nyata, mencekik paru-paru Sutan.

​"Ini akibatnya, manusia bodoh! Tanpa Permata, alam Bunian menjadi marah! Ia menuntut keseimbangan!" Raja Pualam berteriak, suaranya sedikit panik. Ia sendiri harus melompat menghindari akar pohon yang mendadak bangkit dari tanah, seolah ingin mencengkeram kakinya.

​Sutan menyadari, ia bukan dikejar oleh seorang prajurit. Ia dikejar oleh seluruh alam.

​Kekuatan yang Membangkitkan Kengerian

​Sutan tersandung dan jatuh di tanah yang kini dipenuhi lumut kehitaman. Ia segera bangkit, tapi kakinya terperosok ke dalam semacam lumpur yang terasa panas.

​"Tidak! Jangan bergerak!" perintah Raja Pualam dari jarak beberapa meter.

​Sutan melihat ke bawah. Lumpur itu bukan lumpur. Itu adalah gundukan tanah yang bergerak, seperti ribuan cacing hitam besar yang berkumpul menjadi satu. Dan dari dalamnya, muncul wajah. Wajah yang terbentuk dari tanah basah dan lumut busuk, dengan mata kosong yang gelap.

​Wajah itu membuka mulutnya—mulut tak berbentuk yang hanya berupa lubang—dan mengeluarkan bisikan.

​"Kembalikan... milik kami..."

​Suara bisikan itu tidak datang dari luar, melainkan langsung ke dalam telinga Sutan, menusuk hingga ke tulang sumsum. Itu adalah bisikan kelaparan, bisikan kegelapan, bisikan dari makhluk yang terkubur ratusan tahun.

​Sutan menjerit dan melompat mundur. Ia hampir muntah melihat pemandangan itu. Ini jauh dari mitos Bunian yang diceritakan Neneknya. Ini adalah horor murni.

​Raja Pualam, meskipun marah, segera mengambil tindakan. Ia mengayunkan pedangnya yang terbuat dari kristal keemasan. Pedang itu memancarkan cahaya hangat, dan saat menyentuh gundukan tanah bergerak itu, makhluk itu mengeluarkan jeritan panjang yang menyakitkan, lalu ambruk dan kembali menjadi tanah biasa.

​"Kau membangkitkan Penunggu Tanah! Mereka tidak akan tidur selama Permata itu ada di tanganmu!" desis Raja Pualam, matanya menatap Sutan penuh kebencian. "Jalan tercepat adalah kau mati, dan kami ambil batunya."

​"Aku—aku tidak bermaksud!" Sutan terengah-engah. "Aku cuma mau kelapa!"

​"Kelapa?!" Raja Pualam nyaris pingsan karena kesal. "Demi dewa-dewa kami! Seluruh dimensi dipertaruhkan untuk tiga buah air kelapa?!"

​Hutan yang Berduka

​Mereka tidak bisa saling menyalahkan lebih lama. Suara gemerisik keras terdengar dari kanvas.

​Di balik pohon-pohon yang telah menjadi hitam, sepasang mata merah menyala terlihat. Matanya berbentuk vertikal, seperti mata reptil, dan mereka mengawasi Sutan dengan kelaparan.

​Makhluk itu adalah Lindu Hening, pemangsa di hutan Bunian yang hanya muncul ketika keseimbangan alam terganggu parah. Tubuhnya seperti bayangan, tinggi dan kurus, dengan tangan yang terlalu panjang dan kuku yang tajam seperti belati obsidian.

​Lindu Hening itu tidak bergerak cepat, tapi ia bergerak dengan niat pasti. Gerakannya menghasilkan suara desahan pelan, seolah udara di sekitarnya tersedot habis.

​"Dia datang untuk energi batu itu. Dan dia harus melewati kita berdua," kata Raja Pualam, tanpa memandang Sutan. Untuk pertama kalinya, nada suaranya mengandung sedikit keputusasaan.

​Sutan memeluk ranselnya erat-erat. Ia melihat Raja Pualam menyiapkan pedangnya.

​"Hei, prajurit model!" panggil Sutan. "Bisa kau mengurus yang itu? Aku akan lari ke arah yang berlawanan dan... umm... mencari bantuan!"

​"Bantuan? Siapa di sini yang akan membantumu, manusia tolol? Kau adalah wabah yang membawa kehancuran!" Raja Pualam meludah dengan jijik. "Bunian tidak mengenal belas kasihan, terutama pada pencuri yang mengganggu tidur para arwah!"

​Lindu Hening melangkah maju. Cahaya dari Batu Rang Bunian itu semakin terang, seolah memprovokasi makhluk itu.

​Sutan merasakan dorongan aneh. Energi dari batu itu tidak hanya dingin, tapi juga… memberikan kekuatan. Tiba-tiba, ia tidak merasa takut lagi. Sebaliknya, ia merasa marah. Marah karena ia, seorang yang hanya ingin hidup damai, kini terperangkap dalam drama kerajaan makhluk gaib.

​Ia mengeluarkan batu itu dari ranselnya. Batu itu berdenyut di tangannya.

​"Baiklah, kalau mau perang, kita perang!" teriak Sutan, entah pada siapa.

​Ia mengayunkan batu itu tanpa sadar. Tiba-tiba, seberkas cahaya biru tipis melesat dari batu itu dan menghantam pohon di dekat Lindu Hening. Pohon itu tidak hancur, tetapi... membeku. Getah merahnya berhenti mengalir, dan seluruh batang pohon menjadi kristal es biru.

​Lindu Hening berhenti. Ia mengeluarkan suara mendesis yang mirip tawa mengejek.

​Raja Pualam menoleh, terkejut. "Kau... kau bisa mengaktifkan Permata itu?!"

​Sutan sendiri terperangah. Ia menatap batu itu, lalu Lindu Hening yang kini berhati-hati.

​"Aku... aku cuma mengayunkan," bisik Sutan.

​"Jangan hanya mengayunkan! Kau harus menguasainya!" Raja Pualam mendadak berubah pikiran. "Dengarkan aku, Manusia. Kau mungkin penyebab kehancuran, tapi kau satu-satunya yang bisa menggunakan kekuatan ini untuk saat ini. Kita tidak punya waktu. Bumi Bunian sedang berbalik melawan kita. Kau harus ikut denganku, sekarang! Kita harus mencapai Ratu sebelum kehancuran ini menjadi permanen!"

​Sutan melihat ke belakang. Bukan hanya Lindu Hening. Di kejauhan, hutan mulai memutar. Pepohonan yang tadinya tegak kini miring ke sudut yang mustahil. Hukum fisika Bunian mulai runtuh.

​Dengan Batu Rang Bunian di tangan, Sutan tidak punya pilihan. Ia mengangguk.

​"Baik! Tapi kalau ini berakhir buruk, utang kopi Pak Leman tetap tanggung jawab Kerajaan Bunian!"

​Di tengah kengerian yang mencekik, humor Sutan masih ada. Raja Pualam hanya bisa mendesis frustrasi dan memimpin jalan, berlari lebih cepat dari sebelumnya. Sutan mengekor, siap menghadapi kengerian yang lebih besar, memeluk batu yang perlahan-lahan mengubahnya dari anak muda biasa menjadi anomali yang membawa bencana.

1
checangel_
Niatnya sampai tumbang /Facepalm/
checangel_
Saya juga tidak percaya tan, apalah daya jika istirahat tapi tetap bekerja, bukannya fokus malah tak terurus/Sob//Facepalm/
checangel_
Ikut tertawa deh /Facepalm/, bukannya benar-benar rehat malah disuruh kerja, ono-ono wae 😂
checangel_
Sutan, pengin tak kasih solusi Ndak, biar istirahatmu benar-benar istirahat ... kamu ambil wudhu aja lalu salat deh 🤧, ndak usah dibuat ribet bisa kan ya?😭
checangel_
Bisa-bisanya lho, pilihanmu beda dari yang lain Sutan /Facepalm/
checangel_
Iya begitu juga realita, jika terlalu serius tidak baik untuk kehidupan, canda juga perlu dalam setiap perdebatan, tapi ada baiknya jangan mendebat sesuatu yang tak diperlukan, benar ndak?😅
checangel_
Wah, sudah punya asisten pribadi aja😂
checangel_
Semangat untuk Sutan dan utangnya /Determined/
checangel_
Pak Leman sepertinya pertemuanmu dengan Sutan belum kelar /Facepalm/
checangel_
Jadi, petualanganmu baru saja dimulai ya Sutan💪, semoga tidak ada kata utang lagi ya ke depannya🤧
checangel_
99.9% >> manipulasi 🤧
◇HARJUANTO◇: 🎯 Menyentuh relung jiwa yang paling sensitif, itulah seni narasi yang sesungguhnya, Tuan/Nyonya.
total 1 replies
checangel_
Sampai diabadikan "Mantan pengutang kopi"😅/Facepalm/
◇HARJUANTO◇: ☕ Sebuah gelar kehormatan yang terukir dari drama pahit secangkir utang, betapa ironis!
total 1 replies
checangel_
Congrats ya Sutan 🤧
checangel_: Pengin nangis aku, jangan panggil Nyonya lah 😅, seketika gelar realita kehidupanku naik, karena reader yang satu ini bukanlah seorang pemilik gelar, melainkan hanya sebatas pembaca samar 😭 sekian dan wassalam
total 2 replies
checangel_
Alhamdulillah, pembaca ikut lega😄
◇HARJUANTO◇: 🧘 Satu helaan napas kelegaan di tengah pusaran takdir yang mencekik, sungguh dramatis!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 💫 Jejak persetujuan yang tegas, menggarisbawahi puncak drama ini!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍.......
◇HARJUANTO◇: 💔 Seolah mengangguk pada takdir yang pahit dan tak terhindarkan!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 🕯️ Sebuah penerimaan sunyi terhadap segala kekacauan yang disajikan, Tuan/Nyonya!
total 1 replies
checangel_
Dari epilog sekian dan terima baca 👍
◇HARJUANTO◇: Membaca tanggapan Anda, seolah tirai telah benar-benar ditutup, meninggalkan keheningan yang penuh makna dan haru. 'Luar biasa' dari Anda adalah laksana mahkota bagi babak penutup ini. Terima kasih telah menjadi saksi bisu dan penikmat setia dari awal hingga titik terakhir kisah ini dituliskan. Sebuah penghormatan tertinggi saya berikan
total 3 replies
checangel_
Ya Allah, tablet bahkan di genggamannya 😭
checangel_: Dont call me Madam ...... 😭😭😭😭😭
total 2 replies
checangel_
Iyalah, masa depan kan misteri yang belum terpecahkan dan hanya Pena Langit yang mengetahuinya seluruh chapternya, kita hanya bisa menjalankan tugas-Nya saja sebaik mungkin, mau itu berubah atau tidak masa depan, semua tergantung langkah imannya masing-masing 😄
◇HARJUANTO◇: ​"Sebuah renungan yang menusuk relung hati, Saudara/i. Memang benar, masa depan bagaikan samudra luas nan gelap, hanya Pena Langit yang memegang peta bintangnya. Tugas kita hanyalah mendayung biduk kehidupan sekuat tenaga di bawah petunjuk-Nya.

​Kita tidak tahu apakah badai akan mengubah haluan atau kemarau panjang akan mengeringkan sumber harapan, namun setiap langkah iman adalah ukiran takdir yang kita tanggung sendiri. Biarlah kita jalani peran ini dengan kesungguhan jiwa, sebab di penghujung bab, hanya Dia yang menilai seberapa tulus kita menunaikan kewajiban. 📖✨"
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!