NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

"Fiona, lihatlah bunga-bunga ini," ucap Felix sambil menyentuh kelopak mawar merah yang mekar.

"Mereka sama sekali tidak bisa menandingi keindahanmu."

"Setiap kali aku memandangmu, hatiku bagai dilingkupi cahaya."

"Dan aku sadar bahwa seluruh hidupku, mulai dari detik ini dan seterusnya, hanya akan berputar di sekitarmu, karena kau adalah satu-satunya ratu di hatiku."

Ia mencondongkan tubuhnya, menyisir rambut Fiona yang tertiup angin.

Dalam hati, Fiona mencibir, merasa mual mendengar kata-kata manis yang seolah menjijikkan dari mulutnya.

Ia tahu itu hanya omong kosong, karena di kehidupan sebelumnya ia sudah menyaksikan sendiri bagaimana Felix mengulangi kata-kata yang sama kepadanya.

"Jadi, mari kita lupakan semua masa lalu itu, ya?"

"Kau akan segera menjadi ratuku, dan aku janji, kau akan memiliki segalanya yang kau impikan."

Sebuah senyum manis mematikan terukir di bibir Fiona, sembari ia membalas, "Tentu, Yang Mulia," yang dalam hatinya terdengar seperti janji balas dendam.

Setelah kata-kata romantis itu selesai diucapkannya, ekspresi manis yang sebelumnya ia pasang kini digantikan oleh tatapan dingin dan penuh perhitungan.

Felix menghentikan langkah mereka di dekat kolam air mancur yang indah.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," bisiknya, suaranya pelan dan menusuk.

"Adik bungsuku, Leo... kau tahu, dia selalu terlalu banyak mencampuri urusanku."

"Kesederhanaannya itu, sungguh menjijikkan."

"Aku ingin kau memberinya 'hadiah' istimewa, sesuatu yang akan membuatnya tidak pernah lagi mengganggu rencanaku."

Jemarinya bergerak dari pinggang Fiona ke tangan gadis itu, mengelus punggung tangannya dengan lembut, kontras dengan perintah kejam yang baru saja ia lontarkan.

"Tentu saja, setelah tugasmu selesai, kita akan segera merayakan kemenangan kita. Jadi, bagaimana, sayang? Kau bersedia membantuku, bukan?"

Meskipun perintah itu menusuknya dengan kegelian, Fiona tetap memasang ekspresi lembut.

Ia mengangkat wajahnya, menatap Felix dengan senyum cerah dan mata berkaca-kaca seolah menahan air mata haru.

"Tentu saja, Yang Mulia," bisiknya, suaranya terdengar lembut dan penuh pengabdian.

"Aku akan melakukan apa pun untukmu. Kau tahu, aku akan melakukan apa saja untukmu."

Tangan Fiona bergerak, menyentuh pipi Felix dengan lembut, ibu jarinya membelai kulitnya, sebuah sentuhan yang begitu intim dan menipu, seolah-olah seluruh dunianya memang hanya berputar di sekitar Felix.

Di balik ekspresi cintanya yang sempurna itu, pikirannya berputar cepat.

Rencana ini terlalu ceroboh, dan ia tahu betul bagaimana Felix dapat menghancurkan dirinya sendiri dengan cara yang paling tidak terduga.

Sebuah rencana untuk membalas dendam yang paling sempurna, perlahan terbentuk di benak Fiona.

Dengan senyum yang masih merekah di wajahnya, Fiona melepaskan diri dari genggaman posesif Felix, berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah yang ringan seolah baru saja mendapat kabar gembira.

Namun, saat pintu kamarnya tertutup rapat, senyum itu menghilang dan digantikan oleh tatapan kosong yang menyimpan amarah.

"Dasar orang bodoh," gumamnya, tangannya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Kau pikir kau bisa mengontrolku, tapi kau tidak tahu kalau dari awal, kaulah yang menjadi bidakku."

"Kau mengira aku akan jatuh dalam perangkapmu, padahal yang sebenarnya, kaulah yang sudah masuk dalam perangkapku."

Fiona kemudian menyalakan lilin, mengambil secarik kertas dan pulpen, lalu mulai menuliskan rencananya dengan detail, sebuah rencana yang akan menghancurkan Felix dari dalam.

Saat Fiona sedang menulis, suara yang familiar tiba-tiba muncul dari sudut kamar, membuat Fiona terperanjat, buru-buru menyembunyikan kertas yang ada di tangannya.

Senyum sinis terukir di wajah tampan Vergil yang bersandar di dinding, seolah sudah menyaksikan seluruh pertunjukan itu.

"Drama yang indah, Fiona."

Ia melangkah mendekat, matanya menatap tajam, membuat Fiona tidak bisa menutupi kecerobohannya.

"Aku sudah menunggumu, 'calon kakak ipar'."

Vergil melanjutkan, "Pangeran Felix berpikir ia cerdas, memintamu untuk membunuh Leo. Tapi dia tidak sadar, dia hanya membuka pintu dan membiarkanmu masuk ke dalam sarang laba-laba. Dan di sinilah aku, menunggumu."

Fiona membalas dengan nada datar, meletakkan pulpennya di atas meja. "Aku pikir siapa, ternyata kau, Vergil," balasnya.

"Kau tahu, aku tidak pernah punya selera yang bagus untuk drama."

"Jadi, bagaimana, ada yang bisa aku lakukan untukmu?"

Vergil memiringkan kepalanya, senyumnya semakin lebar. "Aku penasaran, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Apa rencanamu untuk 'hadiah' istimewa untuk Leo itu? Felix mungkin tidak menyadarinya, tapi aku tahu kau punya sesuatu yang jauh lebih besar di tanganmu."

Fiona mendengus, melipat tangannya di dada. "Itu bukan urusanmu. Aku tidak akan memberitahumu."

"Aku punya satu permintaan, jika rencana ini berhasil, aku ingin kastil Leo menjadi milikku. Aku ingin seluruh kekayaan dan tanahnya berada di bawah kendaliku."

Vergil tertawa pelan, membuat Fiona menyipitkan matanya. "Menarik. Sangat menarik. Kau tidak menginginkan kekayaan biasa, tapi kekuasaan yang nyata."

"Dan kau berniat menggunakannya sebagai ganti 'nyawa' Leo. Baiklah, aku terima kesepakatan itu."

Senyum Vergil menjadi begitu menakutkan, seperti janji yang mematikan.

"Jadi, bagaimana caramu akan membuat Felix kehilangan posisinya sebagai pangeran mahkota? Dan dengan begitu, semua saudaranya bebas untuk menyerang bahkan membunuhnya, karena dia tidak lagi memiliki perlindungan dari raja?" Vergil menambahkan, nadanya penuh antisipasi.

"Apa kau akan menjebaknya dengan cara yang begitu sempurna hingga dia tidak akan bisa lari?"

"Aku tidak bilang aku akan menyelamatkan Leo," jawab Fiona, suaranya sedingin es.

"Aku setuju untuk melaksanakan perintah Felix. Itu artinya, aku akan membunuh Leo. Namun, setelah Leo tewas, aku akan menyamarkannya sebagai kecelakaan, dan aku akan menyalahkan Felix, dan menjadikan ini sebagai siasat untuk membuatnya terlihat seperti pembunuh berdarah dingin."

"Dengan begitu, Leo akan mati, Felix akan kehilangan posisinya sebagai pangeran mahkota, dan aku akan memiliki kastil Leo, yang sudah kau setujui tadi."

Fiona berbicara dengan nada datar yang mengerikan, tanpa ragu sedikit pun. "Kau akan memiliki apa yang kau inginkan, yaitu Felix yang jatuh."

"Dan aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, sebuah 'kasta' yang lebih tinggi, yang akan membantuku membuat semua pangeran yang ada di kerajaan ini menjadi bidakku."

Vergil menyunggingkan senyum tipis, merasa terkesan dengan kekejaman dan perhitungan Fiona.

"Aku rasa kita akan cocok, Fiona," bisiknya, suaranya penuh kekaguman.

"Sangat cocok."

Setelah kesepakatan itu dibuat, Fiona tidak membuang waktu. Beberapa jam kemudian, kegelapan telah menyelimuti sebagian besar istana.

Sesuai dengan rencana yang telah ia susun, Fiona memulai langkah pertamanya, menyusuri koridor-koridor yang sepi menuju kebun belakang.

Di sana, ia menemukan Leo yang sedang duduk sendirian, memandangi bintang-bintang. "Leo, bisakah kita bicara sebentar?" bisik Fiona dengan nada lembut, memimpin Leo menuju paviliun terpencil di sisi barat taman istana, jauh dari mata-mata yang mungkin mengintai.

"Ada sesuatu yang menggangguku, dan hanya kau yang bisa kubagi rahasia ini."

Raut wajah Leo berubah penuh perhatian, kebaikan dan kesederhanaannya terpancar jelas. "Tentu, Fiona. Ada apa? Kau tampak murung," jawabnya, suaranya tenang dan penuh empati. Fiona menunduk, seolah menutupi kesedihannya.

"Aku sangat takut, Leo. Pangeran Felix baru saja memberitahuku bahwa dia sangat khawatir tentang sebuah 'racun' yang telah mengancam kesehatan para bangsawan di istana. Dia ingin memastikan kau aman, jadi dia memintaku untuk memberikanmu ini, sebuah penawar yang hanya dia percayai."

Dari balik lipatan gaunnya, Fiona mengeluarkan sebuah botol kristal kecil berisi cairan bening yang berkilauan di bawah sinar matahari senja.

Dengan senyum yang begitu tulus, yang hanya bisa ia ciptakan setelah bertahun-tahun berlatih, Fiona menyerahkan botol itu pada Leo.

"Minumlah, demi keselamatanmu. Ini untuk memastikan tidak ada yang terjadi padamu," ucapnya, sementara matanya memancarkan kilau keji yang tidak dapat dilihat oleh mata polos Leo.

1
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!