NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:199
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24

Terlihat Rudy dan yang lainnya sedang duduk di Bar Makan, menunggu kepulangan Emma.

Suasana malam mulai terasa dingin, lampu-lampu bar temaram, dan suara gelas beradu terdengar samar di antara obrolan pengunjung.

"Ini sudah larut malam, kenapa Emma belum kembali? Bahkan dia sudah pergi dari pagi," kata Rudy sambil melirik pintu masuk.

"Jika kau mengkhawatirkannya, sebaiknya kau periksa saja sendiri," saut Marco sambil tetap fokus pada makan malamnya.

"Huh, sebaiknya kita tunggu saja di sini," jawab Rudy dengan nada menahan resah.

Tak jauh dari meja mereka, beberapa pengunjung bar sedang asyik membicarakan rumor yang beredar di luar benteng.

"Apa kalian tahu kalau hewan iblis di luar benteng itu adalah Rank S?" tanya salah satu pengunjung, sebut saja Pengunjung A.

"Ah, aku juga mendengarnya. Itu benar-benar sangat mengkhawatirkan," balas Pengunjung B.

"Tapi beredar rumor kalau Tuan Putri beserta pasukannya berhasil membunuh hewan iblis itu," sambung Pengunjung A.

"He? Apa itu benar?" tanya pelayan bar dengan wajah terkejut.

"Itu benar. Bahkan sekarang hewan iblis tidak bisa terdeteksi oleh menara," kata Pengunjung A.

"Itu sangat mengerikan," ucap pelayan bar sambil menelan ludah.

"Awalnya aku juga tidak percaya, tapi temanku sendiri sudah memastikan. Dia melihat langsung keluar benteng, banyak puluhan hewan iblis Rank S yang sudah terbunuh," lanjut Pengunjung A.

"Akhirnya kita mempunyai kesatria sungguhan. Aku merasa aman di dalam benteng ini," kata pelayan bar dengan nada lega.

"Tapi pasukan kesatria juga mengalami kerugian besar. Mereka kehilangan banyak nyawa. Dari sepuluh ribuan prajurit, yang kembali hanya sekitar seribuan," ujar Pengunjung A.

"Itu artinya hampir 90% nyawa hilang," timpal Pengunjung B.

"Itulah alasanku berhenti menjadi prajurit," kata Pengunjung A, menutup topik dengan nada getir.

...

"Rumornya tersebar begitu cepat," kata Marco.

"Aku harap rumor tentang kita tidak ikut tersebar. Itu akan sangat merepotkan," ujar Rudy.

"Besok para kesatria itu akan kembali ke istana di ibu kota," kata Lilia.

"Dari mana kau mendapatkan informasi itu?" tanya Rudy.

"Aku mendengarnya dari para warga. Mereka bilang para kesatria akan dilantik menjadi pahlawan," jawab Lilia.

"Memang status sosial di dunia ini ditentukan oleh jabatan," ucap Rudy.

"Itu sudah pasti, Rudy. Apa daya kita yang tidak memiliki status apapun," kata Marco.

"Itu tidak penting, Marco. Justru dengan ini, aku sedikit melihat ada kekurangan di dunia ini," saut Rudy.

"Apa maksudmu?" tanya Marco.

"Apa kau tidak menyadarinya? Para petinggi kota ini menyerahkan tugas berat kepada calon kesatria untuk pergi keluar benteng. Itu seperti mengorbankan nyawa demi uang," jawab Rudy.

"Lalu, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang? Apalagi di luar benteng itu dihuni oleh hewan iblis Rank S. Justru mereka akan sangat miskin," saut Marco.

"Harusnya mereka membuat sistem alat tukar selain koin. Mereka harus membangun sebuah Bank untuk menggantikan koin sebagai alat tukar," kata Rudy.

"Bank? Apa itu.?" tanya Marco.

"Di sini memang belum ada yang namanya Bank. Jika itu dibangun, orang-orang bisa menukarkan koin dengan kertas sebagai pengganti alat tukar. Tentu saja Bank hanya bisa mengeluarkan kertas itu sesuai jumlah koin yang ditukarkan," jelas Rudy.

"Aku tidak paham apa maksudmu," kata Lilia.

"Hem, mungkin Emma paham dengan ini," kata Rudy.

"Tapi dia belum kembali," ujar Marco.

"Siapa yang belum kembali?" saut Emma dengan terengah-engah. Rambutnya acak-acakan, wajahnya tampak kesal.

"Emma? Ada apa denganmu?" tanya Rudy.

"Rudy, mereka semua tidak memberikan kuota untuk kita. Jadi aku mengamuk di sana," jawab Emma.

"Apa...? Apa kau menggunakan kekuatanmu?" tanya Rudy.

"Biarkan aku makan dulu. Aku belum makan seharian," saut Emma sambil mengambil makanan dari piring Rudy.

"Kau terlihat sangat aneh," kata Rudy.

"Kau tahu Rudy, mereka aku hajar dengan tanganku. Aku sudah sangat kesal menunggu seharian, lalu mereka bilang kuotanya sudah habis," kata Emma sambil makan.

"Jadi kita tidak bisa pergi ke Akademi?" tanya Rudy.

"Huh, tentu saja aku mendapatkan kuota itu. Jadi kita berempat bisa pergi ke Akademi," jawab Emma.

"Apa itu benar, Emma?" tanya Rudy.

"Tentu saja. Hihi," jawab Emma sambil tersenyum.

"Wah, terima kasih Emma," kata Rudy sambil memeluknya.

"Ah, dia mulai," kata Marco.

"Tapi sepertinya dia tidak marah," saut Lilia.

"Lepaskan aku. Aku sedang makan," kata Emma.

"Ah. Aku hanya senang mendengarnya," kata Rudy sambil melepas pelukannya.

"Sekarang pertanyaanku, apa kau pergi ke luar sana hanya ingin melihat Tuan Putri?" tanya Emma dengan tatapan mengancam.

"Ehm?" saut Rudy dengan wajah ketakutan.

"Kali ini dia akan marah," kata Marco sambil memejamkan mata.

"Rudy membuatnya cemburu," kata Lilia.

"Teman-teman, tolong aku," pinta Rudy panik.

Buk! Buk! Rudy pun dihajar habis-habisan oleh Emma.

"A, aa..." suara Rudy terdengar seperti kesakitan sampai tubuhnya meringkuk di lantai.

"Rasakan itu. Kau pikir bisa membohongiku? Tidak boleh ada perempuan lain," kata Emma dengan nada kesal.

"Dia benar-benar cemburu," kata Lilia.

"Kau memukulnya sangat keras Emma. Bahkan pengunjung lain sampai berhenti makan," kata Marco.

"Ini urusan keluarga. Mereka pasti memahaminya," saut Emma.

"Aaah... baiklah," kata Marco pasrah.

...

Beberapa saat kemudian...

"Iitteeeeh! Kau memukulku dengan sangat keras Emma!" teriak Rudy dengan wajah meringis.

"Kau sangat tidak sopan pada perempuan," saut Emma.

"Hem. Aku benar-benar tidak tahu isi hati perempuan," kata Rudy pasrah.

"Dia cemburu dengan Tuan Putri," kata Lilia.

"Kenapa kau bisa cemburu, Emma? Apa kau punya perasaan denganku?" saut Rudy.

"Huh, aku sendiri tidak tahu. Aku hanya merasa kesal saja," jawab Emma.

"Hanya itu alasannya?" saut Rudy.

"Padahal Emma lebih cantik dari pada Tuan Putri. Apa masih kurang, Rudy?" kata Marco.

"Diamlah Marco. Ini hal yang berbeda," kata Rudy.

"Baiklah, aku merasa sudah puas sekarang. Aku akan pergi tidur dulu. Selamat malam semua," kata Emma sambil berdiri dan melangkah menuju kamarnya.

"Tunggu Emma, kenapa kau bisa memukulku?" tanya Rudy.

"Em? Apa itu aneh?" saut Emma.

"Kau bilang kau tidak bisa menyerangku," kata Rudy.

"Aku bilang kau dan aku tidak bisa saling menyerang, bukan memukul. Itu hal yang berbeda. Semoga jawaban itu memuaskan," kata Emma sambil berjalan ke kamarnya.

"Apa maksudnya itu?" tanya Rudy bingung.

"Mungkin yang dia maksud, kau tidak bisa menyerangnya dengan sihir," kata Lilia.

"Hem..." Rudy bergumam sambil berpikir.

"Itu masuk akal dengan kejadian barusan," kata Marco.

"Sebaiknya aku makan saja," saut Rudy akhirnya.

...

Di dalam kantor gubernur, suasana sunyi terasa mencekam. Terlihat seorang dokter kerajaan keluar dari kamar Alicia.

"Apa Tuan Putri sudah sadar?" tanya Smith pada sang dokter.

"Lukanya sangat parah, tapi kondisinya sekarang sudah stabil. Tuan Putri butuh istirahat sebentar," jawab dokter itu.

"Semua kondisi prajurit ekspedisi benar-benar di luar dugaan," kata Smith.

"Itu sudah wajar. Bahkan informasi yang mereka berikan sangat membantu Yang Mulia," saut dokter itu.

"Ah, kau benar. Tidak kusangka hewan iblis di luar sana adalah Rank S," kata Smith.

"Jika kondisi Tuan Putri terus stabil, mungkin besok beliau sudah sadar," ujar dokter.

"Ah, terima kasih banyak, Dokter," saut Smith.

"Sama-sama Yang Mulia. Saya undur diri," kata dokter itu, lalu meninggalkan ruangan.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!