NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Embun Di Pagi Hari

Fajar baru saja menyingsing. Udara masih lembap, menyimpan sisa dingin malam yang bergelayut di jendela asrama. Wēi Qiao duduk di kursinya, wajahnya menatap kosong ke arah pintu yang setengah terbuka. Senyap yang semula mendominasi kamar itu perlahan pecah ketika satu per satu penghuni asrama mulai bergerak.

Chen Haoran belum juga memejamkan mata semalaman. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya jauh lebih berat. Tatapannya jatuh ke ranjang di sudut ruangan yang kosong. Tempat tidur Liang Riu sudah dingin, tak tersentuh sejak malam tadi.

Tiba-tiba suara keras memecah kesunyian.

[Shen Jianguo] : "Hah?! Liang Riu ke mana?! Ranjangnya kosong dari semalam!"

Suara itu membuat semua orang refleks menoleh. Han Yoran langsung menegakkan tubuhnya sambil menatap kesal.

[Han Yoran] : "Astaga! Pagi-pagi sudah teriak begitu, mau bikin gendang telinga kami pecah, hah?!"

[Shen Jianguo] : "Lho, aku cuma ngomong fakta! Ranjang itu kosong, atau kamu pura-pura nggak lihat?"

[Han Yoran] : "Kalau kosong juga tidak perlu pakai toa segala! Ada otak, gunakan dengan tenang, bukan dengan suara menggelegar!"

Suasana kamar langsung memanas. Beberapa penghuni lain hanya saling pandang, bingung harus ikut siapa. Di kursinya, Wēi Qiao menyandarkan tubuh sambil menyembunyikan senyum kecil, menikmati hiruk-pikuk itu tanpa berniat menghentikannya.

Huang Jianwu melangkah ke tengah, mencoba menenangkan.

[Huang Jianwu] : "Hei, sudah, sudah. Tidak perlu ribut hanya karena tempat tidur kosong. Pagi ini sebaiknya jangan dimulai dengan adu suara."

Tapi usahanya sia-sia. Shen Jianguo dan Han Yoran malah makin berapi-api, saling melempar komentar pedas yang membuat ruangan semakin gaduh. Hingga akhirnya, suara dingin yang tajam memotong semuanya.

[Wuan Ce] : "Kalian seperti anak kecil saja."

Sekejap, riuh itu padam. Udara seakan membeku bersama tatapan tajam yang ia lontarkan. Han Yoran dan Shen Jianguo sama-sama terdiam, hanya bisa menggerutu pelan sambil berpaling.

Huang Jianwu kembali membuka suara, kali ini lebih lembut.

[Huang Jianwu] : "Sudahlah, jangan diperpanjang. Kita semua harus bersiap. Hari ini latihan menunggu."

Wēi Qiao mengangguk singkat.

[Wēi Qiao] : "Benar. Cepatlah ganti pakaian, kita akan berlatih di hutan belakang kastil Kaki Naga Langit."

Instruksi itu membuat semua orang bergerak. Tak lama, asrama berubah sibuk dengan suara langkah, kain, dan peralatan yang dipersiapkan.

Perjalanan menuju hutan dipenuhi cahaya keemasan mentari pagi yang menembus celah pepohonan. Jalan setapak itu cukup panjang, tapi Shen Jianguo tak membiarkan sunyi menguasai rombongan.

[Shen Jianguo] : "Hei, kalian tahu nggak? Katanya di hutan ini ada roh penjaga yang suka muncul di pagi buta. Kalau ada yang melangkah sembarangan, bisa diseret ke alam gaib! Hahahaha!"

Han Yoran mendengus keras, langsung melotot ke arahnya.

[Han Yoran] : "Kamu itu mulutnya nggak bisa diam, ya?! Dasar manusia pengganggu suasana!"

[Shen Jianguo] : "Eh, bukannya bagus? Jalan jadi nggak sepi. Kalau sepi, nanti kamu takut sendiri, kan?"

[Han Yoran] : "Apa-apaan! Aku? Takut? Jangan mimpi!"

Perdebatan mereka membuat beberapa orang terkekeh. Namun, di sisi belakang barisan, Chen Haoran berjalan dengan kepala menunduk. Langkahnya terasa berat, pikirannya terjebak pada sesuatu yang tak ingin ia tunjukkan.

Han Yoran, yang semula sibuk meladeni Shen Jianguo, tiba-tiba menyadari perubahan itu. Ia memperlambat langkah, lalu menoleh.

[Han Yoran] : "Hei, kamu kenapa? Dari tadi jalannya kayak bawa beban sekarung. Ada apa?"

Chen Haoran kaget, seolah tertangkap basah. Ia buru-buru menggeleng.

[Chen Haoran] : "T-tidak... aku baik-baik saja."

[Han Yoran] : "Ah, bohong. Mukamu jelas nggak baik-baik saja."

[Chen Haoran] : "Benar, aku baik. Jangan pikirkan."

Han Yoran menatapnya sejenak, tapi sebelum bisa menekan lebih jauh, Shen Jianguo kembali melontarkan lelucon lain, membuat perhatian kelompok kembali teralihkan. Chen Haoran menghela napas pelan, menutupi kegelisahan yang masih mengganjal di dalam dadanya.

Suasana kembali gaduh oleh debat keduanya. Namun, tak semua mata tertuju pada mereka.

Chen Haoran menatap Liang Riu dari jauh. Matanya bergetar, bibirnya berusaha menahan sesuatu yang tak mau terucap. Jemarinya menggenggam ujung pakaiannya, berusaha keras agar air mata tak jatuh di depan yang lain.

Di sisi lain, Wēi Qiao berdiri tegak dengan pandangan berbeda. Senyum tipis merekah, matanya penuh kebanggaan. Di dalam hatinya, ia tahu, Liang Riu sudah melewati malam yang berat.

Namun, sebelum ia bisa larut lebih jauh, suara cerewet muncul begitu saja di dalam kepalanya.

[Micro Bots] : "Tuan, kondisi Liang Riu tidaklah bagus. Denyut nadinya tidak stabil, otot-ototnya kelelahan, dan kadar energinya turun drastis."

[Wēi Qiao] : "Kamu ini selalu begitu! Tidak bisakah sekali saja diam dan biarkan aku menikmati momen ini?"

[Micro Bots] : "Diam? Tidak mungkin. Fakta adalah fakta. Jika dia dipaksa latihan lagi, kemungkinan cedera permanen mencapai 72,4%. Itu angka besar, Tuan."

[Wēi Qiao] : "Hah! Angka-angka lagi! Apa hidup ini harus selalu diukur dengan persentase konyolmu itu?"

[Micro Bots] : "Itu bukan konyol, itu data. Dan data tidak pernah bohong. Sementara perasaanmu sering menipu."

[Wēi Qiao] : "Kau ini seperti kucing yang suka mencakar tanpa alasan!"

[Micro Bots] : "Dan kau seperti anjing keras kepala yang menolak mendengarkan kenyataan."

[Wēi Qiao] : "Aku pemilik tubuh ini! Aku yang memutuskan!"

[Micro Bots] : "Tetapi aku yang tahu statistik lebih baik. Jadi pada akhirnya, aku tetap menang."

Pertengkaran dalam kepala itu berlangsung cepat, seperti percikan api yang saling berbalas. Wēi Qiao mendengus kesal, menunduk sebentar lalu mendongak lagi dengan wajah keras kepala.

Di luar, tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di dalam pikirannya. Yang mereka lihat hanya seorang pemimpin yang berdiri dengan tatapan tegas, menyimpan sesuatu yang sulit ditebak.

Sesampainya mereka di lapangan latihan, kabut pagi masih tipis menyelimuti rerumputan. Di tengah tanah berembun itu, seseorang duduk bersila dengan pedang tertancap tegak di hadapannya. Pakaian yang lusuh, tubuh berdebu, rambut berantakan—semuanya menunjukkan bahwa ia tidak bergerak dari tempat itu sejak malam.

Itu adalah Liang Riu.

[Shen Jianguo] : "Hei! Liang Riuuu!!"

Suara lantang itu membuat beberapa burung beterbangan dari dahan.

[Han Yoran] : "Ya ampun! Bisa nggak kalau manggil orang itu pakai suara normal?!"

[Shen Jianguo] : "Kalau pelan, nanti dia nggak dengar!"

[Han Yoran] : "Dengar! Ini bukan jarak seribu langkah, tahu!"

Keduanya kembali ribut, suara mereka bersahutan di udara pagi.

Chen Haoran menatap dari belakang, wajahnya menegang. Matanya berkaca-kaca, tapi ia buru-buru menunduk agar tidak ada yang melihat.

Sementara itu, Wēi Qiao berdiri tegak, bibirnya melengkung kecil. Ada rasa bangga yang menyusup di dadanya saat melihat Liang Riu tetap bertahan di tempat itu.

Namun, suara tiba-tiba menyusup masuk ke kepalanya.

[Micro Bots] : "Tuan, kondisi Liang Riu tidak stabil. Denyut nadi menurun, tingkat kelelahan otot sangat tinggi. Kalau dipaksa, tubuhnya bisa rusak."

[Wēi Qiao] : "Kamu ini, bisakah sekali saja diam? Aku sedang melihat sesuatu yang penting."

[Micro Bots] : "Justru karena penting, aku tidak bisa diam. Fakta ini tidak bisa diabaikan."

[Wēi Qiao] : "Fakta, fakta, fakta! Apa hidup hanya angka-angka di kepalamu saja?!"

[Micro Bots] : "Lebih baik angka daripada sekadar perasaan yang menutup mata dari kenyataan."

[Wēi Qiao] : "Kamu selalu merasa paling benar."

[Micro Bots] : "Karena aku memang benar."

[Wēi Qiao] : "Tidak. Aku pemilik keputusan. Aku yang memimpin."

[Micro Bots] : "Kalau begitu, aku pemilik kebenaran. Dan kebenaran tidak butuh persetujuanmu."

Wēi Qiao mendengus, rahangnya mengeras. Pertengkaran itu lagi-lagi berakhir dengan dirinya yang terdiam, menolak kalah, tapi juga tak punya jawaban.

Bagi orang lain, yang mereka lihat hanya Wēi Qiao berdiri dengan tatapan tenang. Tidak ada yang tahu di dalam kepalanya, sebuah perang kecil baru saja berlangsung.

Mereka melangkah pelan mendekati sosok yang masih duduk bersila di tengah lapangan. Rumput yang basah oleh embun melengkung di bawah pijakan kaki mereka, sementara cahaya mentari pagi menyoroti wajah masing-masing dengan lembut.

Saat jarak sudah cukup dekat, Liang Riu membuka mata. Tanpa ragu ia berdiri, tubuhnya goyah sejenak namun segera ditegakkan kembali. Tangannya diletakkan di depan dada dengan hormat.

[Liang Riu] : "Liang Riu memberi hormat kepada Putri."

Wēi Qiao menatapnya sekilas. Ia tidak memberi banyak reaksi, hanya anggukan kecil yang sarat arti. Namun, dari tatapannya, semua orang bisa merasakan pengakuan yang tidak terucap.

[Wēi Qiao] : "Latihan akan dimulai sekarang."

Suasana langsung hening. Setiap mata terarah padanya, menunggu instruksi selanjutnya.

[Wēi Qiao] : "Sederhana saja. Kalian semua—Liang Riu, Huang Jianwu, Chen Haoran, Han Yoran, Shen Jianguo, dan Wuan Ce—harus melawan aku. Gunakan taktik kelompok, atau strategi masing-masing. Pilihan ada di tangan kalian."

Suasana kaku seketika. Beberapa orang menelan ludah, tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

Suara cerewet langsung muncul di dalam kepala Wēi Qiao.

[Micro Bots] : "Mereka tidak akan menang. Melawanmu saja sudah sulit, apalagi melawanmu ditambah denganmu."

[Wēi Qiao] : "Aku tidak mencari kemenangan atau kekalahan. Aku hanya ingin melihat kemampuan mereka. Orang-orang yang kupercaya."

[Micro Bots] : "Hmph. Uji coba yang konyol. Statistik jelas menunjukkan..."

[Wēi Qiao] : "Diam. Tidak semua bisa diukur dengan angka."

[Micro Bots] : "Kau selalu keras kepala. Tapi jangan salahkan aku kalau hasilnya nanti sesuai prediksiku."

Wēi Qiao mengabaikan ocehan itu dan menatap lurus pada kelompoknya.

[Shen Jianguo] : "Eh... apa kau serius, Putri? Kami... melawanmu? Itu namanya bunuh diri terang-terangan!"

[Han Yoran] : "Benar! Apa kamu gila?! Dari semua ide latihan, kenapa harus melawanmu?!"

Suara keduanya bergantian, penuh keluhan. Namun, sebelum riuh makin panjang, sebuah suara dalam yang mantap terdengar.

[Huang Jianwu] : "SAYA AKAN TERIMA TANTANGAN DARI PUTRI!"

Tubuhnya tegap, tangannya terkepal di depan dada memberi hormat. Sorot matanya berkilat penuh tekad, membuat atmosfer berubah tegang sekaligus membakar semangat.

Wuan Ce hanya melangkah setapak maju, memberi hormat singkat tanpa sepatah kata pun. Diamnya lebih berbobot daripada seribu teriakan.

Liang Riu menunduk rendah, memberi hormat pula, meskipun tubuhnya masih terlihat lelah.

Chen Haoran menatap ragu sejenak, sebelum akhirnya ikut menundukkan kepala dengan penuh kepatuhan.

Di kepala Wēi Qiao, suara Micro Bots kembali muncul, kali ini dengan nada menggoda.

[Micro Bots] : "Jadi, Tuan, mode apa yang akan kau pilih? Serius? Santai? Bantai? Atau... bercanda?"

Wēi Qiao tetap diam.

[Micro Bots] : "Hei! TUAN!! Aku butuh instruksi! Pilih salah satu mode!!"

Keheningan berlangsung sesaat, hingga akhirnya Wēi Qiao menjawab pelan.

[Wēi Qiao] : "Terserah."

Hening berubah menjadi riuh tak kasatmata. Seketika itu juga, pandangan Wēi Qiao dipenuhi cahaya biru transparan—sebuah panel statistik yang melayang di udara, hanya bisa ia lihat. Angka, simbol, dan diagram pertarungan bermunculan, menampilkan kekuatan serta kelemahan lawan-lawan yang akan dihadapinya.

Senyum tipis merekah di bibirnya.

Ia melangkah maju ke tengah lapangan, lalu merendahkan tubuhnya. Kedua kaki membentuk kuda-kuda kokoh, tangan terangkat perlahan. Udara di sekitar seolah ikut bergetar, membawa aura tekanan yang membuat jantung semua orang berdetak lebih cepat.

Dengan gerakan sederhana, ia mengibaskan tangannya, memberi isyarat jelas pada mereka semua.

[Wēi Qiao] : "Maju."

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!