NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Wanita Pelangkah

Jamilah menatap bingung pada Alexander yang memilih untuk keluar dari dalam kelas saat jam pelajarannya.

"Memang kenapa dengan pembagian?, apa hubungannya dengan orang lain?." Gumamnya lirih, Jamilah merapikan buku dan memasukkannya ke dalam tas Alexander.

"Bagi yang sudah selesai mengerjakan, kalian boleh mengumpulkannya ke meja Ibu, kalian lanjut lagi pelajari halaman selanjutnya ya?." Pesan Jamilah pada anak-anak sebelum ia keluar mencari Alexander.

Ibu Wiwin sudah melambaikan tangan dari arah pintu kelas yang terbuka.

Jamilah berjalan keluar dan menemui Ibu Wiwin, mereka berbicara cukup pelan di depan kelas Jamilah.

"Murid baru itu lari ke arah kebun belakang, aku udah pinta Pak Ridwan untuk mengawasinya, jadi kamu bisa tenang ngajar sampai jam istirahat. Kalau boleh minta mah aku jangan sampai ngajar di kelas 5A deh, dari pada harus seperti Ibu Jamilah." Ibu Wiwin menunjuk kebun belakang sekolah dan sedikit mengeluarkan pendapatnya.

Jamilah hanya tersenyum menanggapi perkataan Ibu Wiwin, tapi ia tetap ingin memastikan kalau Alexander tidak melakukan hal yang dapat melukai dirinya sendiri.

"Terima kasih Ibu Wiwin, aku ingin memastikan Alexander. Kalau boleh titip anak-anak sebentar ya?." Dengan wajah yang penuh permohonan.

"Iya baik-baik, Ibu Jamilah. Tapi janji sebentar ya?." Ibu Wiwin melihat pergelangan tangan dimana saat ini mendekati waktu istirahat.

"Iya hanya sebentar." Jamilah segera bergegas ke kebun belakang guna melihat apa yang dilakukan Alexander di sana.

Melihat ada Pak Ridwan, Jamilah merasa senang jadi keadaan Alexander bisa dipantau.

Jamilah mengikuti arah telunjuk Pak Ridwan, Alexander sedang bersembunyi dibalik semak-semak pembatas antara sekolah dan rumah-rumah warga.

"Tolong Pak Ridwan jaga, jam istirahat saya kembali lagi." Ucap Jamilah seraya mengulas senyum.

"Iya, Ibu Jamilah. Saya akan menjaganya dari sini." Lalu Jamilah pergi dari sana setelah mengucapkan terima kasih.

Sedikit berjalan tergesa-gesa karena tidak ingin membuat Ibu Wiwin menunggu dirinya terlalu lama. Oh untung saja ada Pak Ghani, guru olahraga yang sedang menemani Ibu Wiwin.

"Terima kasih Ibu Wiwin sudah menjaga anak-anak." Ucap Jamilah sesampainya di depan Ibu Wiwin dan Pak Ghani.

"Hanya Bu Wiwin saja Ibu Jamilah, yang mendapatkan kata terima kasih, saya enggak?." Goda Pak Ghani. Semua orang tahu kalau Pak Ghani juga sempat menaruh hati Jamilah sebelum pada akhirnya ia memilih wanita lain untuk dijadikannya istri.

"Iya, Pak Ghani. Terima kasih." Jamilah kembali masuk ke dalam kelas, setelah kepergian Ibu Wiwin dan Pak Ghani dari depan kelasnya.

Mengatur nafas yang ngos-ngosan sambil duduk, merapikan semua buku tulis yang dikumpulkan sembari melihat semua nama yang mengerjakan. Dari murid sebanyak 28 orang di dalam kelas 5A, hanya satu orang yang tidak mengerjakan tugas yang diberikannya, Alexander.

Waktu istirahat tiba, Jamilah masuk keruangan guru dengan membawa buku tulis lalu meletakkannya di atas meja. Ada beberapa guru yang lain yang baru juga sampai di ruangan setelah mengajar di dalam kelas.

Jamilah belum ingin memakan bekal makan siangnya, sebelum ia berhasil membawa Alexander masuk ke dalam kelas. Makanya Jamilah hanya meneguk air putih saja sebelum ia kembali ke kebun belakang.

"Anak baru itu berulah lagi ya, Ibu Jamilah?." Tanya Pak Hasan, sesama guru di sana.

"Ya seperti itu lah Pak Hasan, mungkin hanya ingin lebih diperhatikan saja." Jawab Jamilah bijak, sebab setiap anak semuanya unik, memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Iya tadi semua anak-anak di kelas saya melihat murid baru itu lari ke arah kebun." Pak Hasan memberitahunya.

"Iya Pak Hasan, terima kasih. Ini saya mau nyusul ke sana." Jawab Jamilah segera keluar dari dalam ruangan sebelum Pak Hasan datang mendekat ke arah meja nya.

.

.

.

Pak Ridwan belum ingin pergi dari sana meski Jamilah sudah datang dan mendekati Alexander saat ini.

"Sekarang sudah waktunya istirahat. Ayo kita makan atau mungkin kamu mau membeli sesuatu yang bisa dimakan?." Ibu Jamilah jongkok di depan Alexander yang duduk bersila di atas rumput.

Alexander hanya melihat tangannya yang sudah kotor karena menggali tanah yang basah akibat hujan semalam.

"Kalau kamu belum mau mengerjakan tugas yang ibu berikan, tidak apa. Ibu tidak akan memaksa mu saat ini. Kita ganti pelajaran yang lain saja untuk mu." Jamilah begitu lemah lembut serta menggunakan hati untuk berbicara atau berinteraksi dengan Alexander.

Alexander tidak merespon sedikitpun, bahkan ia sangat acuh, tidak butuh untuk diperhatikan. Seolah tidak melihat adanya Jamilah di sana.

"Tapi sekarang kita kembali ke kelas supaya perut mu tidak lapar saat pelajaran selanjutnya." Jamilah berusaha meraih tangan Alexander, namun mendapatkan penolakan dengan menepis tangan Jamilah.

"Baik, maaf. Kalau mau tidak dipegang Ibu, sebaiknya kamu turuti apa yang ibu katakan saat ini padamu." Suara lembut itu kini terasa sedikit lebih tegas.

"Ayo berdiri!. Masuk kedalam kelas!. Cuci kedua tanganmu!, lalu makan sesuatu untuk mengisi perut mu, supaya bertenaga saat mengikuti pelajaran selanjutnya." Jamilah bangkit dan merapikan rok panjangnya yang sedikit terangkat. Menatap sebentar ke arah Alexander sebelum Alexander berlari meninggalkan dirinya.

"Hufh sabar....sabar...sabar..." Jamilah mengelus dada sambil menarik nafas dalam lalu berjalan meninggalkan kebun.

Jamilah hanya tersenyum saat melewati Pak Ridwan yang masih berdiri ditempat semula.

"Istri idaman banget, kalau Ibu Jamilah mau sama aku, aku enggak bakalan nolak. Pasti aku sangat beruntung sekali mendapatkan istri sholehah. Tapi sayang Ibu Jamilah sangat tidak beruntung mendapatkan aku yang seperti remahan rengginang ini." Pak Ridwan memegang dada yang selalu berdebar kencang saat berada atau melihat Jamilah walah dari kejauhan.

Kalau Pak Ghani, Pak Ridwan dan Pak Hasan saja menyukai sosok Jamilah, kenapa Jamilah susah sekali mendapatkan jodoh salah satu dari mereka?.

.

.

.

Alexander mendapati bukunya sudah rapi di dalam tas setelah mencuci tangannya dengan sangat bersih. Ia hanya duduk sendiri di bangku belakang, paling pojok pula. Entah apa yang ada pikirannya saat ini, makan sesuatu pun tidak, seperti yang sudah dibilang Jamilah.

Siswa-siswi yang lain tidak ada yang berani mendekat, mereka takut jika Alexander akan melukai mereka. Walau pun belum ada indikasi jika Alexander suka bermain fisik atau kekerasan pada hari kedua Alexander bersekolah.

Bel sudah berbunyi, tanda waktu istirahat sudah habis. Kini waktunya semua murid dari kelas satu sampai kelas enam masuk ke dalam kelas masing-masing. Guna melanjutkan mata pelajaran yang tersisa.

Ibu Wiwin yang siang ini kebagian mengajar di kelas 5A. Padahal ia sangat menghindari untuk mengisi mata pelajaran di kelas itu, sebab alasannya hanya satu, karena si anak baru.

"Kenapa aku juga yang dapat di kelas ini?, kenapa enggak guru yang lain aja yang ngajar di kelas ini?." Ibu Wiwin sedikit menggerutu di depan kelas, ia menarik nafas dan merapikan kerah bajunya.

"Bismillah, semoga saja si anak baru enggak bikin ulah." Doa nya.

Suasana hening di dalam kelas, saat Ibu Wiwin datang dan langsung membawakan materi Bahasa Indonesia.

Sorot tajam mata Ibu Wiwin sudah tertuju pada sosok Alexander yang tampan bila dibandingkan dengan semua siswa yang asli penduduk kampung. Tapi itu tertutup dengan sifat dan kelakuannya yang sangat menyebalkan itu, bagi Ibu Wiwin.

"Buka buku paket kalian!. Lihat halaman 57, kalian baca dan kerjakan soal esai dari no satu sampai no sepuluh. Kalau sudah selesai bawa kesini nanti Ibu langsung kasih nilai." Ibu Wiwin kembali duduk di atas kursi yang ada di samping papan tulis.

"Iya, Ibu guru." Jawab mereka serempak dan sangat bersemangat, sebab setahunya pelajaran yang paling diminati dan paling mudah ya Bahasa Indonesia.

Saru orang yang paling pintar dikelas itu sudah maju ke depan dan langsung mendapatkan nilai sempurna, 10.

Lima orang maju ke depan dan mendapatkan nilai yang bervariasi, ada yang mendapatkan nilai dari 7 sampai 9.

Sepuluh orang yang maju ke depan, mereka pun mendapatkan nilai yang beraneka ragam, mulai dari nilai 8 sampai 10.

Tersisa dua belas orang lagi yang belum menyelesaikan, Ibu Wiwin memberikan peringatan bagi yang belum selesai. Untuk dapat mengerjakan dalam waktu lima belas menit lagi.

"Iya, Ibu guru" Jawab mereka yang belum mengerjakan, kecuali Alexander yang tidak pernah bicara sedikit pun.

Sampailah pada waktu yang ditentukan, mereka maju ke depan dan mendapatkan nilai juga, kembali bervariasi nilai yang didapatkan antara 7 sampai 10.

Ibu Wiwin menautkan kedua alisnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, saat mengetahui dari list absen semua murid hanya Alexander yang tidak mendapatkan nilai, lebih tepatnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan olehnya.

"Alexander!. Ibu tunggu tugas mu sekarang juga!." Ibu Wiwin bangkit dan menatap tajam pada sosok anak diam saja tidak segera melakukan apa yang diminta oleh gurunya.

Alexander menatap dengan berani pada guru yang jaraknya lumayan jauh dari bangku tempatnya duduk. Tidak ada rasa takut atau pun segan yang diperlihatkan Alexander saat ini pada wanita yang mengenakan pakaian warna coklat itu. Justru ia begitu menantang dengan sang guru, ia tidak peduli jika nantinya ia akan dikeluarkan lagi dari sekolah atau mendapatkan hukuman. Yang jelas ia tidak ingin mengerjakan apa yang diperintahkan orang lain padanya.

"Alexander!." Semua anak-anak melihat kearah belakang dimana Alexander duduk begitu santainya tidak merasa gentar dengan suara Ibu Wiwin. Tapi tidak ada yang berani bicara apa pun, mereka hanya menjadi pendengar yang baik untuk kedua kubu.

Susana tegang nan mencekam yang terjadi di ruangan kelas 5A, lebih menakutkan dari kuburan atau rumah tua yang sudah lama tidak dihuni.

Jamilah datang membawa buku tulis matematika semua anak kelas 5A yang sudah dinilainya, yang tentunya ia juga tidak mendapatkan nilai dari Alexander.

Jamilah melihat dari luar melalui kaca dinding kelas, semua mata anak sedang tertuju pada sosok yang diyakini Jamilah adalah Alexander.

"Apalagi yang dilakukan anak itu?." Jamilah masih berdiri dan melihat untuk beberapa saat, saat dirinya dipanggil oleh Tari.

"Ibu guru Jamilah!."

"Assalamu'alaikum anak-anak... Ibu Wiwin..."

"Wa'alaikumsalam Ibu Guru..." Jawab semuanya bersama-sama

"Saya mau mengantarkan buku tulis matematika anak-anak yang sudah saya nilai." Jamilah meletakkannya di meja tepat di depan Ibu Wiwin.

Ibu Wiwin segera menunjuk pada absen Alexander yang kosong. Jamilah hanya mengangguk lemah, sebagai jawabnya dari pertanyaan yang diberikan lewat kode oleh Ibu Wiwin.

"Alexander!, karena kamu tidak mengerjakan tugas Ibu, maka ibu hukum kamu dengan mengerjakan semua LKS 1, dan hari Senin kamu berikan pada Ibu." Entah kenapa Wiwin begitu tersulut emosi kala tahu bahwa pelajaran Jamilah pun Alexander tidak mengerjakan?.

"Kamu harus diberi pelajaran!." Gumamnya lirih namun masih bisa didengar oleh anak-anak yang duduk paling depan yang dekat dengan mejanya.

Jamilah menatap tidak percaya pada teman sejawatnya itu, itu bukan Ibu Wiwin yang dikenalnya selama ini?.

1
Nazwan Faiq
😭😭😭
Nazwan Faiq
Kecewa
Nazwan Faiq
Buruk
Farida Husein
mama nya alexsander kah 🤔🙆‍♀️
Farida Husein
semangat author
Nazwan Faiq
kok sedihh ya😭😭
kirei ardilla
aku pernah di posis Jamilah di langkah smp 2x, tapi yg pertama kali ibu aku ksih alasan ke org2 klw aku lgi nunggu pacarnya yg sedang kerja diluar kota. padahal kenyataannya ga seprti itu, aku memang lagi g punya hubungan sm siapapun dan aku lagi enjoy dengan kehidupan sendiri ku dan membahagiakan kedua ortu terutama ibu, karena jika sudah nikah pasti fokusnya bukan ke ortu lagi tapi ke pasangan kita. klw dilangkahi ke 2x nya udah g ada ibu(meninggal) jadi ga ada yg belain sprti itu lagi, hanya saja kakak2 sepupu aku pada nangis semua karena aku dilanfkah lagi. mungkin juga pola pikir aku hampir sm sprti Jamilah jadi biasa aja. jika ditanya org kapan nyusul Ade2 nya nikah? aku cukup bilang nanti akan ada undangan datang tanpa tau siapa pacar aku. terkadang mereka itu g mikir apa, jika punya anak perempuan digituan enak g? ga takut apa kalw kata2 itu balik ke mereka. emosi kadang2 klw dengar org gomong gitu.
Yashlaura
ukuran anak kelas 5 sd terlalu itu anak
zhoedjie liem
huh..bener* rubah si Tiffani...akhirnya ketahuan jg siapa bapak si bayi
Roha yati
Luar biasa
Roha yati
Buruk
Yashlaura
gimana 3 minggu usianya. sedangkan emir nyebutin jamila udah jadi istri beberapa bulan dan artinya emir d indo udah beberapa bulan
Kiki
Luar biasa
Anonymous
n
Rahmawati
bagus bgt
Ryan Jacob
semangat Thor
Sha Yusuf
begitu kurang diajar itu anak🥴🥴
Erlina Candra
Luar biasa
Lilik Farihah
bagus ceritanya ...sy suka sy suka😀
Alfi Yah
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!