Demi menjauhi pernikahan yang diinginkan oleh papanya, Adilla Atmadja, biasa dipanggil dengan sebutan Dilla pun memilih jalan pintas, yakni dengan melakukan hubungan satu malam bersama pria yang tidak dia kenal sebelumnya, hanya demi bisa mendapatkan bibit yang paling unggul untuk menjadi penerus keluarga Atmadja nantinya dari orang tersebut. Di mana ternyata pria itu merupakan seorang CEO perusahaan ternama yang tengah menyamar menjadi orang biasa.
Bagaimana nasib Dilla nantinya? Baca terus kisahnya hanya di karyaku yang ke-11 ini. Terkmakasih^^
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 3. Cari Bibit
"Lo yakin mau cari itu bibit aja?" tanya Amira dengan mata menatap tidak percaya.
Mendengar cerita serta rencana yang baru saja Dilla katakan, membuat Amira menggeleng kepala. Bisa-bisanya temannya ini membuat konsep yang menurutnya di luar batas. Bahkan bisa dikatakan di luar kepala juga.
Bagaimana tidak, alih-alih memilih untuk menikah dan mempunyai pasangan yang jelas dan benar. Dilla justru mengusung konsep lebih baik membayar bibit dari seorang pria, daripada harus terjerat dengan sebuah pernikahan.
"Yakinlah! Nggak ribet kan nanti malahan." sahut Dilla dengan begitu santainya.
Amira yang masih waras dan belum terkena efek samping alkohol yang mereka minum sore-sore seperti sekarang ini, lantas menempelkan tangannya di kening sahabatnya tersebut.
"Nggak panas," ujar Amira setelah menempelkan telapak tangannya di kening Dilla, dan langsung di tepis oleh wanita itu.
"Gue sehat wal afiat, Amira Almahiraa!" teriak Dilla dengan raut muka yang begitu kesal.
Membuat Amira yang ada di depannya pun tertawa.
"Ya lagian lo, sih! Make kepikiran rencana gila kek begitu. Di mana-mana orang tuh ya, pasti nggak akan mau hamil duluan sebelum nikah, walaupun mereka udah lakuin enak enak begitu. Nah, lo? Malah milih hamil sebelum nikah. Mana belum pernah lakuin enak enak, eh, sekalinya mau coba, malah pingin langsung hamil. Aneh lo, Dill!" ujar Amira panjang lebar dan penuh dengan emosi akibat wacana yang di buat oleh Dilla barusan.
Dilla tertawa. "Pfftt ... ya gimana lagi, Mir, orang aku nggak mau nikah malah di minta cucu. Ya udah, aku kabulin lah."
"Memangnya lo mau buat sama siapa? Sama para lelaki buaya lo itu?" tanya Amira malas.
Entah, ini otak Dilla yang kongslet atau emang dirinya yang sangat kuper sekali. Bisa-bisanya doa berpikiran seperti itu.
Dilla tampak termenung sebentar. Sepertinya dia tengah berpikir siapa yang akan dia ajak melakukan hubungan satu malam dengannya.
Dilla sendiri juga bingung untuk memutuskan mana yang ia pilih. Namun, jika diingat kembali para pasangan lelakinya itu semua buaya. Bagi mereka tidak ada hati tanpa bercocok tanam. Dilla tidak mau anaknya dari bibit seseorang yang seperti itu.
Walaupun Dilla sadar betul kalau dirinya juga bukan perempuan baik-baik, namun untuk generasi penerus, apalagi nanti jelas menjadi penerus perusahaan keluarga Atmadja, Dilla Tidak boleh sembarang memilih orang yang bakalan nanti ia beli bibitnya.
"Nggak, ah! Gue nggak mau sama mereka."
Dilla menggelengkan kepala. Ngeri juga kalau sampai salah satu di antara mereka menjadi bapak dari anaknya kelak. Mana tidak ada yang bener kelakuannya.
"Terus? Mau siapa yang lo korbanin?" cecar Amira.
Dengan entengnya Dilla menaikkan bahunya. "Nggak tau. Liat aja nanti. Yang pasti harus pria baik-baik, body-nya oke, terus tampan, hidungnya juga mancung, dan harus putih." jelas Dilla kemudian.
Helaan napas terdengar dari Amira. Wanita itu sungguh jengah sekali menghadapi cara berpikir temannya ini. Namun, mau bagaimana lagi. Cuma Dilla juga yang mau mengerti profesi dirinya dan tidak memandang rendah pekerjaannya saat ini. Walau banyak di luaran sana yang menganggap dirinya sebagai cewek BO.
"Terserah lo lah, Dill. Orang lo yang jalani. Asal lo bahagia, ya gue dukung. Tapi kalau lo sedang kena masalah nantinya, jangan kenal sama gue, ya!"
Akibat perkataan Amira barusan, Dilla pun melayangkan pukulan ke lengan temannya itu.
"Udahlah, mending kita nikmati ini dulu. Baru nanti kita cari pemilik bibit calon anakku di jalan," ujar Dilla yang mulai ngelantur. Di mana wanita itu mendapat cubitan dari Amira di bibirnya.
"Enak saja kalau ngomong. Dikabulin beneran sama Tuhan, biar tahu rasa lo ntar!" sarkas Amira yang begitu geram.
"Asal dia oke, gue mah nggak masalah. Orang yang gue butuhin bibit Pertamax dia. Bukan orangnya." sahut Dilla seolah tidak ada yang salah dengan perkataannya.
Amira semakin di buat geleng kepala oleh wanita abnormal tersebut. Pikirannya sudah seperti orang tidak waras.
"Iya deh, iya ... serah lo dah."
Hanya itu yang bisa Amira katakan.
orang lain menjaga keperawanan.
ini malah ngasih gratis