NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:712.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Tasya duduk terdiam di depan meja rias, menelisik setiap sudut wajahnya yang tahun ini genap berusia 31 tahun. Garis halus memang mulai tampak di sudut matanya, ia merasa kecantikannya mulai memudar. Jika di bandingkan dengan Sintia yang masih muda.

Ia buka ikatan rambutnya, dan membiarkannya tergerai. Lurus panjang hitam berkilau. Rambut ini yang selalu Devan belai setiap hari. Rambut ini juga yang selalu Devan bilang bila dirinya semakin cantik. Tasya selalu merawat dan memberi vitamin pada rambutnya, ia menyisir dengan pelan, memakai makeup tipis. setelahnya, ia bangun melangkah menuju lemari pakaiannya dan memilih baju yang cantik, dress di bawah lutut dengan warna maron yang di pilihnya. sangat cocok dengan kulitnya yang putih dan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping. Selama ini ia tidak terlalu memperhatikan urusan penampilan dan sibuk dengan pekerjaan rumah. Mungkin riasan ini akan membuat Devan terpukau.

Ia keluar dari kamar dan melihat suaminya dengan wanita itu sedang berbincang santai terlihat sesekali keduanya sangat akrab tak berjarak. Tasya menghela napas panjang, jujur saja hatinya masih sangat sakit, penghianatan ini adalah momen tergila yang sedikit pun tidak pernah ia bayangkan.

Kebodohannya, Tasya sama sekali tidak curiga ketika Devan menawarkan untuk mengadopsi seorang anak. Tidak terbesit dalam benaknya bila wanita yang di bawa masuk ke dalam rumahnya itu adalah pemuas nafsunya di ranjang. Hingga kemarin tangan Tuhan ikut bergerak, saat sedang membuat kopi dan coklat panas buat Suami dan Sintia, Tasya melihat Sintia dan suaminya berpegangan tangan.

Tasya melangkah dengan pelan dan santai menghampiri suami dan wanita itu.

"Aku pergi dulu ya, Mas."

Devan sedikit kaget dengan kedatangan Tasya yang tiba-tiba. Ia segera melihat ke arah sumber suara dan kembali terkejut melihat penampilan Tasya yang berbeda. Ia merasa sangat cantik di matanya.

"Aku antar ya, sayang. aku gak bisa ngebiarin kamu bawa mobil sendiri. Aku hawatir sama kamu!!" untuk sekian kalinya Devan menawarkan dirinya.

"Tidak usah, sudah lama aku tidak menyetir. Ingin kembali merasakan sensasinya lagi." balas Tasya. "Lagi pula kasihan Sintia kalau di biarkan sendiri di rumah," lanjutnya seraya menatap wanita itu dengan sinis.

"Tapi Mbak, aku gak enak kalau di rumah cuma berduaan saja, gak enak kalau gak ada mbak." Sintia ikut bicara.

Tasya tersenyum. Rasanya ingin sekali ia menjambak rambut wanita itu di depannya yang pandai berpura-pura.

"Kamu tenang aja, Sintia. Suami saya ini orangnya tidak kurang ajar."

Sintia terdiam..

"Bener kan, Mas?" lanjut Tasya sambil melingkarkan tangannya pada lengan suaminya. Sejujurnya ia ingin muntah saat ini juga.

Pria itu hanya mematung diam tidak menjawab pertanyaan istrinya.

"Aku juga yakin, dia tidak akan tergoda begitu saja olehmu." wajah Sintia memerah menahan amarahnya.

"Maksud Mbak?"

Tasya melihat pergelangan tangannya yang berwarna putih di tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh.

"Aku pergi dulu, takut nanti kemalaman pulang ke sini."

Ia melangkahkan kakinya menuju halaman rumah, lalu masuk ke dalam mobil dan segera berlalu, meninggalkan rumah di kawasan puncak ini. Sepanjang perjalanannya ia menumpahkan tangisnya, siapa yang sanggup untuk tidak sakit melewati cobaan ini. Terlebih lagi, ia selalu percaya bila Devan adalah satu-satunya tempat pulang ternyaman. Ia menggantungkan segala bahagia dan sedihnya, ia juga yang selalu percaya bila Devan satu-satunya orang yang tidak akan menyakitinya.

Tapi... semuanya hancur. Rumah tangganya yang bertahun-tahun ia banggakan segitu saja runtuh..

Sementara Sintia mengerucutkan bibirnya, ia sedikit tersinggung dengan kata-kata Tasya barusan.

"Istrimu si tua itu bicaranya tajem juga ya."

"Sudah lah sayang, tidak usah terlalu di pikirkan." Devan merangkul Sintia.

"Sebel aja, kok bisa ada yang kepedean tingkat dewa. Kalau tahi ini anak kamu, dia bunuh diri kali, ya" Sintia tertawa. "Heran saja ada wanita sebodoh dia."

Devan langsung mengunci bibir Sintia dengan mulutnya. Kepergian Tasya hari ini membuatnya bisa menghabiskan waktu dengan Sintia tanpa ketakutan. Ia membenarkan ucapan Sintia, Tasya hanya wanita bodoh yang berlekuk lutut padanya, ia tidak memiliki siapa pun selain dirinya, Tasya pun sangat penurut padanya. Devan tersenyum penuh kemenangan.

Devan merasa kehadiran Sintia memang memberi warna baru. Ia yang liar mengobati kepenatan di kala bosan pada Tasya. Meski begitu terasa indah, tapi cara Tasya mencintainya benar-benar membuat ia muak. Devan ingin tantangan baru dan istrinya itu teramat membosankan.

*****

.

.

.

.

"Kamu di mana?" ucap Tasya pada seseorang yang ia hubungi melalui telpon.

"Aku di kantor, ada apa, Sya? Tumben menghubungi."

"Bisa bertemu sekarang?" tanya Tasya tanpa basa-basi.

Hening tercipta sejenak. "Mau ketemu dimana?"

"Di cafetaria deket kantor kamu aja."

"Oke."

Panggilan itu tertutup, seorang yang di telpon Tasya baru saja adalah Radit sahabat sejak masih TK, keduanya sangat dekat, bahkan keluarganya. Namun, semenjak Tasya menikah, ia jarang sekali berkomunikasi dengan radit.Terakhir ia menelponnya satu tahun yang lalu sambil menangis ketika mengetahui istri Radit meninggal dunia saat melahirkan anak mereka, Clarisa namanya, mereka bertiga bersahabat sejak kecil, dan Radit menikahi sahabatnya sendiri.

Tasya memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan oleh cafe tersebut, ia berlari kecil masuk ke dalam cafe, rintik hujan datang, tidak deras hanya jarang-jarang. Ia memesan coklat panas dan duduk di dekat jendela seraya menatap pandangan di luar sana.

Setengah jam menunggu, Radit akhirnya datang dengan kemeja hitam yang sedikit basah,. Pria itu mengambil kursi dan duduk berhadapan dengan Tasya, tidak berapa lama pelayan datang, ia pun memesan minuman kopi latte.

"Ada apa?" Tanya Radit basa-basi. Ia memandang lekat wajah itu, menelisik lebih dalam apa yang sedang terjadi.

Tasya mengambil cangkirnya dan menyeruput dengan pelan, kemudian kembali meletakan dengan perlahan. Ia merasa seperti sedang mengumpulkan segala kekuatan.

.

.

.

"Aku ingin bercerai."

1
Nismawati
Luar biasa
Elyani Yani
jgn terlalu bnyk konflik Thor.....
Elyani Yani
Tasya in sok ibu peri...bodohnya ke bngetan....terlalu lemah untuk perempuan yg punya perusahaan....SM pelakor kok msh sempet2 nya Baek ...kn aneh. wajar aj KL dya d tipu terus SM lakinyaaa
Elyani Yani
cobak Thor...Tasya itu jgn bodoh...mau sok sok an ngerawat pelakor...yg masuk akal dong Thor ....
kimiatie
ya lah ceritanya Tasya bodoh mulu
kimiatie
omg 😱😱😱 kasihan tasha
Titin Pangestuti
Luar biasa
NBF
👍
NBF
well done 👍
Surati
bagus
Nony Suzana
penderitaan tiada berakhir Tasya ...ooooo kpn bahagianya
Nony Suzana
penderitaan n cobaan terus menghampiri
Makinjaya Makinjaya
betul trlalu lembek jd cowok hrsnya kalau memang ngak ada rasa apapun hrs tegas.dan bisa menunjukkan kalau dia sdh ada wanita lain
Makinjaya Makinjaya
bingung aku jdnya
Ryani
Sedarahh?????
Ryani
aduh ini cerita gmna sih, masa Tasya sok²an ikut ngurus selingkuhan Suaminya.. Aneh
Makinjaya Makinjaya: yup betul aneh.
total 1 replies
Ryani
haruskah aku bilang Waooowwwhhh😲😲😲
Ryani
ohh ya Ampun, pengen aku lempar aja HP ku🤣🤣🤣... bemua jadi yg di bobol Devan
Ryani
baru awal dah bikin naik darahh... ohh Astaga
Ika Surya Ningsih
koq cerita nya gtu" trus sih.. g ada ujungnya.. pdhl bc uda ku lompat" tpi gtu trus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!