Asila Angelica, merutuki kebodohannya setelah berurusan dengan pemuda asing yang ditemuinya malam itu. Siapa sangka, niatnya ingin menolong malah membuatnya terjebak dalam cinta satu malam hingga membuatnya mengandung bayi kembar.
Akankah Asila mencari pemuda itu dan meminta pertanggungjawabannya? Atau sebaliknya, dia putuskan untuk merawat bayinya secara diam-diam tanpa status?
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Anak Kandungku
"Sila, abang mau tanya sama kamu!"
Asila menautkan alisnya. "Soal apa ya bang?"
"Soal si kembar."
Asila diam, ia yakin kakak laki-lakinya kembali ingin menanyakan siapa sebenarnya ayah dari kedua anaknya. Mereka memang tak pernah percaya dengan penjelasannya mengenai ayah si kembar yang tidak pernah dikenalinya.
"Kenapa lagi dengan si kembar bang? Apa mereka kembali membuat ulah?"
"Tidak, mereka tidak melakukan kesalahan, yang ingin aku tanyakan, siapa ayah dari mereka? Masa kamu nggak mengenali orang yang tengah bersamamu waktu itu? Rasanya sangat mustahil kalau kamu tidak mengenalnya. Kasihan mereka, tidak seharusnya kamu menyembunyikan siapa ayah kandungnya. Aku yakin, seiring berjalannya waktu mereka akan bertanya siapa ayah kandungnya. Aku sarankan, jika kamu mengenalnya, tolong jangan pernah disembunyikan dari kami. Apapun kondisi pria itu, kita bisa membicarakannya secara baik-baik. Pria itu wajib untuk bertanggungjawab atas perbuatannya. Kasihan si kembar, mereka berhak tahu siapa ayah kandungnya dek?!"
Asila meneguk ludahnya kasar. Haruskah ia cerita mengenai pria yang sudah menggaulinya enam tahun yang lalu? Kira-kira apa reaksi keluarganya saat tahu yang sebenarnya?
"Bang! Aku—
Drett.... Drett...
Handphone Asila tiba-tiba bergetar di dalam saku celananya. Buru-buru dia mengambil dan melihat siapa yang sudah menghubunginya.
"Iya halo, dengan siapa ini?" tanya Asila yang mendapati nomor tak dikenal telah menghubunginya.
"Halo, apa benar ini keluarga dari bocah kembar dengan nama Dylan dan Sheila? Ini saya salah satu guru mereka dari sekolah TK Bhakti Dharma. Saya ingin mengabarkan bahwa salah satu dari murid kembali tengah mengalami kecelakaan. Sheila, terjatuh dari anak tangga, dan kini telah dilarikan ke RS terdekat."
"Apa? Anak saya mengalami kecelakaan? Terus bagaimana kondisinya Bu? Dia tidak apa-apa kan? Bu..., tolong katakan sesuatu, anak saya baik-baik saja kan?"
"Nyonya, saya kurang tahu bagaimana kondisi si kembar Sheila. Saat ini pihak sekolah langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Kami hanya diminta untuk memberitahu pihak keluarganya."
"Baik Bu guru, terimakasih atas informasinya. Saya akan langsung menuju rumah sakit terdekat."
Sambungan terputus. Di situ Asila tak bisa lagi menahan tangisnya. Antara percaya dan tidak, tiba-tiba saja anaknya mengalami kecelakaan. Padahal belum lama ia mengantarnya ke sekolah kini sudah mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan dari pihak sekolah.
"Asila! Apa yang terjadi pada si kembar?" tanya Teddy ikut panik melihat gelagat aneh adiknya.
"Si kembar bang! Sheila jatuh dari anak tangga!"
"Apa? Bagaimana ini bisa terjadi? Ayo cepat kita ke sekolah mereka!"
"Tunggu bang! Bu guru bilang Sheila dibawa ke rumah sakit terdekat. Lebih baik ayo kita langsung menuju rumah sakit saja."
***
Setibanya di rumah sakit, Asila dan Teddy langsung menuju ruang pendaftaran. Di sana mereka mendapatkan arahan menuju IGD karena pasien masih dirawat di ruang IGD.
"Mommy! Ayah!" Dylan yang mengetahui kedatangan Asila bersama Teddy langsung melambaikan tangannya. Asila dan Teddy langsung berlari ke arahnya dengan perasaan cemas.
"Nak, kamu di sini dengan siapa? Di mana adikmu sekarang? Dia nggak kenapa-kenapa kan?"
Wali kelas dan kepala sekolah yang mengantarkan Sheila langsung menemui Asila dan memberikan penjelasan mengenai kejadian yang menimpa si kembar. Mereka juga meminta maaf atas kelalaiannya yang tidak bisa mengawasi anak didiknya dengan baik.
"Nyonya, Tuan, kami selaku pihak sekolah ingin meminta maaf. Kami sudah ceroboh dan lalai menjaga mereka dengan baik."
"Kami selalu keluarga sangatlah kecewa, tapi kami tidak sepenuhnya menyalahkan pihak sekolah, karena kemungkinan hal itu terjadi karena kecerobohan mereka," jawab Teddy.
"Lantas bagaimana kondisi anak saya Bu?" tanya Asila.
"Sekarang Sheila masih ditangani oleh dokter. Sebaiknya kita tunggu kabar dari dalam."
"Ya ampun Sheila! Bagaimana ini bisa terjadi?"
Asila menyandarkan kepalanya di dinding di depan ruang IGD. Di situ Teddy berusaha menenangkan pikiran adiknya yang tengah kacau.
"Kamu yang tabah ya dek? Doakan Sheila, semoga tidak terjadi apa-apa padanya."
"Aku takut bang! Aku takut anakku kenapa-napa! Harusnya aku tadi tidak meninggalkannya. Harusnya aku tetap menjaganya sampai pulang. Ya Tuhan... Lagi-lagi aku ceroboh! Aku tidak bisa menjaga anak-anakku dengan baik. Aku tidak bisa bayangkan, jika sampai terjadi sesuatu pada anakku~~~
"Istiqfar dek, jangan berpikir yang macam-macam! Berdoa yang baik-baik saja oke!"
****
Di tempat yang sama, Edgar ditemani oleh Dirga mengambil hasil tes yang dilakukannya dua hari yang lalu. Menerima kabar dari petugas laboratorium di rumah sakit, pria itu langsung bergegas datang. Mereka terkejut ketika melewati ruang IGD. Matanya memicing melihat Asila tengah menangis. Tak jauh dari situ ada di kembar yang ditemani oleh dua orang berpakaian sipil.
"Ga, bukannya itu Asila sama Teddy? Itu juga ada si kembar. Kira-kira apa yang dilakukan oleh mereka di sini? Apa mungkin ada pihak keluarganya yang tengah sakit?"
Dirga manggut-manggut. "Bisa jadi Tuan, mereka sedang menemani pihak keluarganya yang tengah sakit," jawab Dirga.
"Kita temui mereka yuk?"
Edgar berniat ingin menemui mereka. Dia sangat penasaran siapa yang sedang ditunggu oleh Asila dan juga Teddy. Apa mungkin orang tua mereka yang sedang sakit? Pikirnya.
"Em... Tuan, apa nggak sebaiknya nanti saja setelah mengambil hasilnya. Kan Tuan sendiri sudah berjanji akan segera mengambilnya."
Di situ Dirga menghalanginya, bukan bermaksud tak mau diajak membesuk, tapi sebelumnya Edgar sendiri sudah berjanji dengan petugas laboratorium untuk segera mengambil hasil tesnya. Ia tak ingin membuat pihak yang menunggu kecewa karena tak kunjung datang.
Edgar terdiam sejenak. "Oke baiklah. Kita temui petugas laboratorium dulu, tapi setelah itu kita mampir sebentar ya? Nggak enak kalau tiba-tiba pergi. Aku sama Teddy juga berteman akrab. Masa nggak basa-basi ingin tahu siapa yang sedang sakit?"
"Iya Tuan, saya ngikut saja."
Setibanya di ruang laboratorium, mereka bertemu dengan petugas. Ternyata kedatangan mereka sangat ditunggu-tunggu oleh petugas.
"Dengan Tuan Edgar Pratama?"
"Iya, saya sendiri. Bagaimana dengan hasilnya? Apa sudah disiapkan?"
"Sudah Tuan, kami sudah mempersiapkannya buat Tuan."
Petugas itu menyerahkan kertas putih yang masih bersegel. Di situ Edgar menerimanya dengan tangan gemetar. "Apakah ini hasilnya akurat? Maksudnya tidak ada kesalahan?"
"Oh... Soal itu tenang saja Tuan. Saya melakukan uji coba selama tiga kali dan hasilnya tetap sama. Silahkan anda periksa. Semoga tidak mengecewakan."
Pria itu menarik nafas dan memutuskan untuk segera membukanya. Degup jantungnya tak beraturan, padahal itu keinginannya sendiri.
Perlahan Edgar membuka lembaran kertas putih dengan deretan tulisan yang tidak begitu dipahaminya. Tatapannya tertuju pada tulisan yang paling bawah yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Berdasarkan hasil penelitian tes DNA sembilan puluh sembilan persen si kembar memiliki kesamaan dengan dirinya, dan itu artinya si kembar adalah anak kandungnya.
"Jadi mereka itu anak kandungku?"