Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan dimulai
Aura permusuhan antara Almira dan Rega membuat pagi yang harusnya cerah menjadi agak mendung, Almira selalu menatap sinis kearah Rega.
“Kenapa pagi-pagi ada disini dia?” bisik Almira.
“Aku sudah bilang semalam kalau hari ini kami kencan untuk yang terakhir kali kan, Ra?”
“Tapi tidak datang sepagi ini juga kali, Rhe. Mall belum ada yang buka,”
“Biarkan saja, Ra. Dari semalam memang sudah aneh, lagi pula tidak akan lama. Tidak ke mall juga,” lirih Rhea. “Aku tidak bisa jika harus berlama-lama dengan kak Rega,” imbuh Rhea menatap sendu kearah Almira.
Almira mengangguk. “Semangat dokcan. Sebentar lagi kamu bertemu bahagiamu sendiri,”
Almira kemudian membantu Rhea membuat sarapan, dia membuat jus delima dan juga jus kiwi. Sedangkan Rhea memanggang roti gandum setelah selesai membuat telur mata sapinya.
Rega? Pria itu memilih menyingkir dan duduk di kursi meja makan dari pada harus adu banteng dengan Almira, bahkan dia tidak jadi membuat kopi. Rega duduk diam dan memperhatikan keduanya sibuk dipantry.
“Kamu siap-siap dulu sana, Ra! Sisanya biar aku selesaikan,” titah Rhea pada Almira. “Sudah jam enam lebih itu,” Rhea menggusur Almira pergi dari pantry.
“Iya-iya dokcanku,” Almira menuju kamarnya untuk bersih-bersih lebih dahulu, sementara itu Rhea terlihat begitu cekatan membuat sandwich.
Dia membuat tiga sandwich dan meletakkannya pada tiga piring yang berbeda, Rhea juga mengambil fruit sando dan salad buah dari dalam kulkas dan menatanya di meja makan.
Netra Rega bahkan ikut bergerak kesana kemari mengikuti kemana tubuh Rhea bergerak, pemandangan yang jarang sekali Rega dapatkan. Sebenarnya bisa dia dapatkan pemandangan seperti itu dipagi hari, hanya saja dia memang tidak pernah mampir untuk sarapan pagi diapartemen Rhea.
Jam enam lewat empat puluh lima menit Almira menuju meja makan, dia sudah menggenakan pakaian kantornya.
“Kopi hitam less sugar untuk ibu peri,” Rhea meletakkan cangkir kopi dihadapan Almira.
Almira menghela napas. “Aku pasti kangen kopi buatanmu nanti, Rhe. Kopi buatanmu selalu pas dilidahku,”
“Kenapa Almira harus kangen Rhea? Bukannya mereka masih bisa ketemu setiap hari,” batin Rega yang tidak mengerti maksud ucapan Rhea.
“Minta Sandi buatkan yang seperti itu, Ra. Kopi buatan Sandi lebih enak,” jawab Rhea, keduanya bicara seolah Rega hanyalah sejenis umbi-umbian yang tidak perlu mereka perdulikan.
“Aku tidak tahu kak Rega suka kopi hitam seperti apa. Kalau tidak enak jangan diminum,” Rhea kemudian meletakkan kopi hitam didepan Rega duduk.
“Terimakasih,” jawab Rega, dia langsung menyesap kopinya tanpa protes.
Sedangkan Rhea memilih jus kiwi untuk menu paginya. “Di kulkas masih ada fruit sando sama jus delima, Ra. Bisa kamu bisa bawa kekantor,” imbuh Rhea.
“Boleh deh,” jawab Almira, dia kemudian mulai mengunyah sandwichnya. Begitu juga dengan Rhea dan Rega, ketiganya sarapan dengan tenang. Lebih tepatnya memang tidak ada yang perlu dibicarakan, berbeda jika disana hanya ada Rhea dan Almira. Sudah pasti keduanya akan sambil mengoceh kesana kemari sambil sarapan.
Almira langsung berangkat kekantor begitu mereka selesai sarapan, dia berangkat jam setengah delapan. Sedangkan Rhea juga langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih, karena dia akan pergi kencan dengan Rega. Namun arti kencan dalam pikiran Rega sepertinya berbeda dengan pikiran Rhea.
Sementara Rhea bersiap, Rega melakukan meeting via zoom dengan Aldo dan beberapa staff kantornya. Aldo memang asisten yang terbaik, tidak ada satupun karyawan termasuk Karin yang tahu diamana Rega hari itu.
Rhea nampaknya tahu kalau Rega sedang meeting zoom, dia kemudian mengirim pesan pada Rega.
“Aku sudah siap. Beritahu saat kak Rega selesai meeting,”
“Oke,”
Rhea memilih menunggu dikamarnya, bersamaan dengan itu layar ponsel Rhea menyala, menandakan ada panggilan masuk yang ternyata dari mama Indah.
“Hallo, Rhea sayang. Mama tidak menganggu kamu kan, nak?”
“Tidak ma. Rhea baru selesai mandi, nanti mau pergi agak siangan dikit. Ada apa ma?”
“Kangen sama anak cantik mama,”
“Nanti sore Rhea mampir sebentar, ma. Tunggu Rhea,”
“Mama tunggu ya, nak! Mama kangen sama kamu,”
“Iya ma,”
Rhea kemudian mengakhiri panggilan teleponnya dengan mama Indah, entah apa yang akan Rhea katakan nanti saat bertemu dengan mama Indah. Bagi Rhea mama Indah adalah mama keduanya setelah mama Alana yang tidak lain adalah ibu kandungnya, sedangkan mama Nirma meskipun dia baik pada Rhea selama dia tinggal dikeluarga Darmawan. Namun Rhea tidak mendapatkan kasih sayang seperti saat dia bersama dengan mama Indah, mama Rega tersebut begitu tulus menyayangi Rhea.
Tok!Tok
“Rhea. Apa kita bisa berangkat sekarang?” dari luar pintu Rega mengetuk pintu.
“Iya, kak. Tunggu sebentar,” Rhea mengambil tas kecilnya, tidak lupa dia membawa dua papar bag yang ada dipojok sofa.
Ceklek
Rhea keluar dengan midi dress warna hitam dibawah lutut, rambutnya dia ikat rapi namun bukan cepol keatas.
“Biar aku bawakan,” Rega meraih dua paper bag dari tangan Rhea saat melihat mantan tunangannya tersebut terlihat kesusahan membawa, karena satu tangannya menenteng sneakers warna putih.
“Terimakasih,” Rhea kemudian memakai sepatunya, setelah itu keduanya keluar dari apartemen dan menuju parkiran.
***
Keduanya sudah ada didalam mobil dan bersiap untuk memulai kencan terakhir, karena setelah itu mungkin keduanya akan berpisah jalan untuk menemukan kebahagiaan masing-masing. Entahlah! Karena hanya Tuhan yang tahu, bukan…bukan Tuhan. Tapi Author yang tahu hehee 🫢✌🏻.
"Waktu kencan dimulai," Rhea langsung menunjukkan maps kemana mereka akan pergi hari itu pada Rega.
“Aku kira mau ke mall,” Rega terkejut saat melihat Rhea bukan menunjukkan maps kearah mall, namun kesuatu tempat yang Rega masih asing.
“Aku tidak suka keramaian, kak. Kecuali UGD,” jawab Rhea.
Rega baru menyadari satu hal, banyak yang tidak dia tau tentang Rhea. Hatinya mulai kembali goyah, mungkin saja dia akan menyesal setelah hari ini. Begitu tahu siapa perempuan yang duduk disamping kemudinya tersebut.
“Mama Indah tadi telepon,”
Rega menoleh, mendengar nama sang mama wajah Rega menjadi pucat. Dia belum mengatakan apapun pada mama Indah tentang keputusannya. “Aku belum mengatakan pada mama,” ucapnya diangguki Rhea.
“Aku tidak bilang apa-apa. Kak Rega yang harus mengatakannya sendiri pada mama dan papa, aku harap kak Rega bisa memberikan penjelasan tanpa melukai hati mama Indah. Diantara semua hal yang paling sulit untukku adalah pergi dari mama Indah dan papa Harun, karena mereka adalah orang tua keduaku setelah mama Alana dan papa Huan. Semoga istri kak Rega kelak bisa membuat mama bahagia,”
“Mama Alana, papa Huan? Siapa mereka Rhea?”
Rhea hanya tersenyum. “Di depan sana ada toko bunga. Nanti berhenti sebentar ya kak,”
Rega mengangguk, sejujurnya dia penasaran siapa Alana dan Huan. Setahunya Rhea adalah putri pertama keluarga Darmawan, anak papa Andi dan mama Nirma.
“Mau toko bunga yang mana, Rhea?” pasalnya jalanan di depan ada beberapa toko florist, dan Rega sepertinya baru menyadari kemana Rhea membawanya.
“Berhenti paling ujung saja, kak. Itu,” tunjuk Rhea pada salah satu toko bunga bernama Aster.
Rega berhenti dan memarkirkan mobilnya diseberang toko Aster, Rhea turun dari mobil tanpa menunggu Rega. Mana mungkin Rega mau ikut turun, itulah yang ada dipikiran Rhea.
Grep
“Lihat kanan kiri kalau mau nyebrang, Rhea! Kamu ini dokter bukan anak kecil,” Rega tiba-tiba menggandeng tangan Rhea.
Rhea memandang tangan yang digandeng Rega. “Kenapa tidak dari dulu,” gumamnya.
“Hmm? Kamu bilang apa?”
“Bukan apa-apa,” jawab Rhea.
Rega menggenggam tangan Rhea, mereka menyeberang jalan untuk sampai ditoko tersebut. Rhea mendorong pintu toko Aster dan masuk kedalam.
“Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu?” ucap seorang wanita yang tidak lain adalah pemilik toko bunga. “Rhea,” sapanya kemudian saat melihat siapa yang datang.
“Pagi kak. Seperti biasanya ya!” pinta Rhea dengan senyum ramahnya.
“Siap dokter cantik. Dua bucket bunga daisy seperti biasa, bukan?”
“Iya mbak,”
Rega semakin penasaran saat melihat keakraban antara pemilik toko bungan dengan Rhea, hal tersebut menandakan kalau Rhea sudah sering datang ketempat itu. Tapi untuk apa Rhea datang, siapa yang dia kunjungi semakin membuat Rega bingung.
“Wah biasanya datang sendiri. Hari ini bawa pacar ya?”
“Bukan mbak. Dia bukan pacar aku,” jawab Rhea.
Ada rasa getir dalam hati Rhea saat mengatakan hal tersebut, lebih tepatnya pria yang ada disampingnya adalah mantan tunangannya. Begitupun Rega, hatinya terasa berdenyut nyeri saat Rhea tidak mengakuinya sebagai kekasih. Tapi bukankah benar adanya yang dikatakan Rhea, karena Rega sudah memutuskan Rhea semalam.
“Kirain pacar atau calon suami,” jawab wanita tersebut. “Seperti biasa ya Rhe!” wanita tersebut memberikan dua bucket bunga daisy.
“Siap mbak,”
“Biar aku saja,” Rega langsung menscan barcode untuk membayar dua bucket bunga tersebut.
“Terimakasih,” jawab Rhea.
Keduanya kemudian keluar dari toko bunga Aster, Rega kembali melajukan mobilnya membelah jalanan diantara rumput-rumput hijau dan juga pohon-pohon yang ada disisi kanan dan kiri. Dia mulai melajukan mobilnya pelan karena Rega tahu tempat apa itu.
“Parkir disana kak!" Rhea menunjukkan area parkir yang diangguki Rega.
Keduanya kemudian turun, Rhea berjalan dengan membawa dua bucket bunga ditangannya. Rega mengikuti dibelakangnya dengan penuh tanya, kencan yang dimaksud Rhea sungguh diluar dugaannya.
“Pagi pak Harsa,” sapa Rhea pada salah satu penjaga makam.
“Pagi mbak Rhea,” balas pak Harsa. “Buat teman ngopi ya pak. Seadanya,” Rhea memberikan amplop coklat pada pak Harsa.
“Mbak yang kemarin itu sudah dikasih. Kebanyakan,” jawab pak Harsa. “Tidak apa-apa pak. Anggap saja sebagai terimakasih saya karena pak Harsa sudah merawat makam,”
“Terimakasih mbak Rhea,”
Rhea kemudian berjalan menuju sebuah lokasi makam, disana terdapat dua makan yang menjadi satu. Rhea duduk ditepian makam yang bernama Alena dan Huan, Rega akhrinya juga ikut berjongkok disamping Rhea.
“Pagi ma, pa. Maaf Rhea baru bisa datang lagi. Happy aniversary ma, pa.” Rhea meletakkan bucket bunga daisy diatas makam mama Alana dan papa Huan, dia mengusap nisan kedua orang tuanya bergantian.
“Mama, papa?” batin Rega semakin bingung.
“Alana dan Huan, dua nisan yang ada didepan kak Rega ini adalah orang tuaku. Orang tua kandungku,” ucap Rhea.
Deg
“Ma-maksudmu apa Rhea?” Rega begitu terkejut, kalau yang ada didepannya adalah orang tua Rhea.
di tunggu sepak terjangnya bang Axel buat jungkir balik si Rega yg sedikit extrim ya bang
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂