NovelToon NovelToon
Limit Unlock

Limit Unlock

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Epik Petualangan / Bullying dan Balas Dendam / Murid Genius / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Jin kazama

Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.

Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?

Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Jaka Yang Mendominasi.

Bab 20. Jaka Yang Mendominasi.

Semua mata terbelalak lebar.

Bahkan suara alunan musik dari panggung utama seketika langsung berhenti, dan yang tersisa hanyalah desisan napas terkejut dari ratusan pasang mata dari berbagai kalangan yang menatap ke arah sumber keributan.

Waktu seolah membeku. Detik demi detik yang terlewati bahkan tidak menimbulkan suara sedikit pun, seolah semua terjebak di dalam ruang hampa.

Sementara itu, di lantai, William menatap ke arah Jaka dengan linglung. Untuk sementara otaknya tidak dapat merespons apa yang terjadi. Akan tetapi, rasa sakit perih dan panas yang membakar di wajahnya seketika langsung memulihkan kesadarannya.

Detik berikutnya, tubuhnya mulai gemetar hebat karena marah. Matanya nyalang penuh dengan api kebencian yang membara. Dengan bergetar tangannya menunjuk ke arah Jaka. Dengan suara serak dan parau, dia berseru,

“K-Kau... kau berani menamparku? Apakah kau tahu siapa aku? Argh!”

William merintih, menahan rasa sakit. Dia lupa jika mulutnya masih mengucurkan darah akibat gigi yang dirontokkan dengan paksa.

Jaka sendiri yang ditunjuk hanya memiliki ekspresi datar di wajahnya. Itu benar-benar terlihat dingin dan tanpa emosi. Namun detik berikutnya, ketika dia mengambil langkah, aura yang luar biasa meletus dari dalam tubuhnya.

“WUSH! BOOM!”

Fluktuasi energi menyebar. Tekanan gravitasi yang begitu berat langsung menyelimuti seluruh area. Tak terelakkan, seolah diterjang oleh badai yang mengamuk, ruang dan waktu menjadi kacau, dan oksigen yang ada di sekitar langsung membeku.

Napas semua orang menjadi sesak. Untuk sejenak, kepanikan menyelimuti area. Untungnya itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum Jaka menarik seluruh auranya.

Saat itulah semua orang segera bernapas dengan lega. Saat segalanya kembali normal, mereka segera menghirup udara dengan rakus seolah itu adalah sedotan penyelamat nyawa mereka.

Kini tatapan semua orang menjadi sangat kompleks. Ada yang menunjukkan ekspresi ngeri, takut, takjub, bahkan ada juga yang mulai menganggap jika Jaka itu adalah sosok menarik yang memiliki banyak rahasia tersembunyi.

Menanggapi ucapan William, Jaka berkata dengan acuh tak acuh.

“Aku tidak tahu siapa kau,” ucapnya dengan tenang.

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan,

“Dan jujur saja, aku juga tidak peduli. Di mataku, kamu hanyalah seperti seekor cacing kecil yang tidak layak diperhitungkan.”

Begitu kata-kata itu jatuh, semua orang saling memandang. Kata-katanya begitu tajam dan menusuk. Bahkan mereka yang mendengarnya pun mulai merasa kasihan pada William.

William sendiri yang mendengarnya memiliki ekspresi suram di wajahnya. Bangkit berdiri, di matanya, niat membunuh yang begitu besar menyala seperti obor.

Sementara itu, dari kerumunan, beberapa orang saling berbisik pada orang yang ada di sampingnya. Mereka adalah salah satu pemegang Bronze Card, yaitu Raka, Ricky, dan Reno.

“Hei, apakah kau tahu siapa pemuda itu?” tanya Raka dengan suara lirih.

“Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi kayaknya dia juga sama-sama anggota aliansi yang memiliki Bronze Card seperti kita,” jawab Ricky.

“Hsst... Kalian berdua jangan berisik. Apakah kalian tidak melihat ekspresi wajahnya yang sangat menakutkan itu? Kalau dia dengar dan sampai tersinggung, maka kita bertiga bisa habis,” kata Reno memperingatkan.

Mendengar itu, Raka dan Ricky mengangguk.

“Ya, kau benar. Nampaknya mulai dari sekarang kita harus waspada dan tidak bisa memandang seseorang dari luarnya saja, apalagi hanya memandang dari card yang mereka punya,” kata Raka.

Detik berikutnya, Ricky juga menimpali,

“Hei... lihatlah itu. Aku dengar beberapa kali, orang yang bernama William itu sangat sombong, mentang-mentang dirinya adalah anak yang cukup kaya dan berpengaruh di Kota Jepara.”

Seketika, Reno mencibir,

“Cih... Kota Jepara?! Apa yang harus dibanggakan? Itu hanyalah salah satu kota kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Kota Nusantara. Oke, katakanlah jika keluarganya memang berasal dari keluarga kaya, akan tetapi lihatlah sendiri bagaimana situasinya,” ucapnya, berhenti sejenak.

Setelah menarik napas, dia kembali melanjutkan,

“Kau lihat, pemuda itu dengan santai menamparnya sampai terlempar sejauh tiga meter. Itu hanya menunjukkan jika dia bukan orang biasa yang mudah untuk diganggu.”

Raka dan Ricky mengangguk bersamaan.

“Ya, kau benar. Itu masuk akal. Sepertinya kali ini William telah menabrak dinding besi. Dia mencari masalah dengan seseorang yang seharusnya tidak bisa diprovokasi,” kata Raka yang mulai berspekulasi.

Ketiganya terus mengobrol tanpa henti, sementara orang lain yang mendengarnya beberapa kali juga menganggukkan kepala seolah menyetujui.

...◦~●❃●~◦...

William semakin merah karena marah saat mendengar beberapa bisikan dari kerumunan yang melontarkan makian dan kutukan kepadanya secara samar.

Seolah segalanya berlangsung sangat lama, tapi obrolan orang-orang itu sebenarnya berlangsung cukup singkat. Dan sebelum William sempat memberikan perintah, pria paruh baya bernama Jimmy berusia 45 tahun yang menjadi penjaganya langsung bertindak.

Sebelumnya dia lengah karena tidak menyangka akan ada seseorang yang berani melukai tuannya di acara resmi seperti ini. Maka dari itu, demi menebus kesalahannya, dia akan mematahkan kedua tangan dan kaki Jaka sebagai penebusan.

Menatap tajam, dia segera melesat ke depan dengan kecepatan tinggi. Energi Qi di dalam tubuhnya langsung membeludak, dan kekuatan dari ahli bela diri tingkat master langsung terungkap sepenuhnya.

“Berani menyakiti tuan mudaku! Mati!” ucapnya sambil melayangkan pukulan tepat ke kepala Jaka.

“WUSH!”

Udara seolah terbelah. Gelombang energi meledak dan pecah seperti pusaran badai yang mengamuk, membuat kerumunan mundur terus-menerus dengan ketakutan dan keterkejutan yang memenuhi seluruh wajah mereka.

William yang melihat itu matanya bersinar cerah. Di dalam pikirannya, adegan Jaka yang berdarah-darah, tergeletak tak berdaya dengan seluruh bagian tulang yang patah di berbagai tempat, mulai berputar seperti video rekaman.

Di seberang, Jaka langsung menyipitkan mata. Merasakan aura lawannya, dia menarik sedikit bibirnya.

“Oh... ledakan kekuatan lima ribu kilogram, kah? Menarik,” gumamnya dengan sedikit apresiasi di matanya.

Untuk pertama kalinya, Jaka menemui lawan yang cukup kuat, dan untuk menghadapinya dengan imbang, dia bahkan harus membuka sebanyak 1.500 segel miliknya.

Dan saat segel tersebut terbuka, aura yang tidak kalah dahsyat langsung meledak dari dalam tubuhnya.

“BOOM!”

Seperti ombak besar yang menerjang, aura Jaka langsung melambung, menekan dan mengimbangi penindasan yang dilancarkan oleh Jimmy.

Dengan niat bertempur yang menyala di matanya, tangan kanannya terulur dan tanpa ragu dia langsung menuju ke depan menyambut pukulan Jimmy.

“WUSH!”

Tak terelakkan, dua tinju dengan kekuatan dahsyat langsung bertabrakan.

“BOOM!”

Tak terelakkan, kekuatan keduanya bertabrakan. Suara angin kencang menderu, kekuatan destruktif menghancurkan beberapa meja dan kursi. Tak peduli entah itu gelas, minuman, atau piring-piring yang dipenuhi makanan mewah yang mahal, semuanya pecah dan berhamburan di lantai.

Detik berikutnya, di bawah tatapan terkejut semua orang, sesosok tubuh terlempar ke belakang, mundur sejauh tujuh hingga delapan meter, dan baru berhenti setelah menabrak dinding.

Dan ternyata yang mundur itu adalah Jimmy.

“UHUK!”

Tanpa bisa dicegah, Jimmy memuntahkan seteguk darah. Tangan kanannya hancur dan organ dalamnya mengalami luka yang cukup berat.

Sementara itu, Jaka tetap berdiri kokoh di tempatnya tanpa kakinya bergerak sedikit pun.

1
adi ambara
KEMBALI KE CERITA LA..FLASBACK LA..apa thor ni berapa kali ko nak ulang cerita...jangan jadi thor yg bodoh..kalau tak ada idea jangan menulis...bodoh..
adi ambara
cerita yg banyak basa basinya..skip je cerita yg perlu..jangan jadi thor yg bodoh..walaupun cerita pendek tapi padat..jgn banyak basa basi...tolol
Was pray
wah.... tujuan kepala sekolah menunjuk Jaka sebagai ketua kedisiplinan malah jadi gak. selamat sesuai Krn Jaka malah jadi ketua fraksi geng...
Bollong
saran aja Thor,jangan terlalu kebanyakan flashback Thor,dan jangan terlalu naif,kalo bisa langsung bantai bantai aja.🙏
Was pray
sesudah dianugerahi suatu kelebihan terus jangan lupa diri Jaka...gunakan anugrah yg kamu terima untuk kebaikan diri dan orang2 di sekitarmu, jangan malah timbul sifat sombong
Was pray
up nya lebih rajin biar banyak peminatnya Thor..
Pakde
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!