NovelToon NovelToon
Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Identitas Tersembunyi / Action / Mafia / Romansa
Popularitas:806
Nilai: 5
Nama Author: Komang basir

Arga adalah remaja SMA yang selalu terlihat ramah dan polos, bahkan dikenal sebagai kuli pikul yang tekun di pasar tiap harinya. Namun di balik senyumnya yang tulus, Arga menyimpan rahasia kelam yang hanya diketahui sedikit orang. Ia diam-diam menyelidiki siapa dalang pembantaian keluarganya yang tragis, terbakar oleh tekad balas dendam yang membara. Perjalanan mencari kebenaran itu membawanya bertemu dua gadis tangguh bernama Kinan dan Keysha, yang ternyata juga anak-anak mafia dari keluarga besar yang menyamar sebagai murid SMA biasa namun tetap memiliki jiwa petarung yang kuat di sekolah. Bersama ketiganya, kisah penuh intrik, persahabatan, dan konflik berseteru di dunia gelap mafia pun dimulai, menyingkap tabir rahasia yang tersembunyi jauh di balik wajah polos mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komang basir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hadiah

“Makasi,” jawab wanita itu singkat.

Setelah itu ia kembali menunduk, makan dengan lahap. Tidak ada sebutir nasi pun yang tersisa di piringnya. Arga hanya memperhatikan dari samping, bibirnya terangkat tipis melihat perubahan wajah gadis itu yang tadinya pucat kini perlahan kembali berwarna.

“Gimana, udah mendingan?” tanya Arga ketika melihat tubuh gadis itu sudah tidak lagi gemetar.

Wanita itu berhenti sejenak, lalu menatap Arga. Senyumnya tipis tapi tulus, matanya penuh dengan rasa terima kasih. Nafasnya sudah teratur, tangannya tidak lagi gemetar.

“Bagaimana caranya aku bisa balas semua ini?” tanyanya pelan, suaranya masih terdengar ragu.

Arga mengangkat botol air, meneguk seteguk sebelum menjawab. Pandangannya sempat mengarah ke dalam warung, lalu kembali pada gadis itu. Senyumnya lebar, tapi nada suaranya tenang.

“Mudah saja,” katanya mantap. “Kamu cukup jalanin hidupmu sekuat mungkin…dan jangan pernah mengeluh.”

Setelah berkata seperti itu, Arga merogoh saku celananya, lalu menyerahkan beberapa lembar uang ke tangan Bu Surti.

“Ini, Buk. Buat bayar nasi saya… sama nasi yang dia makan,” ucap Arga singkat.

Surti sempat ingin menolak, tapi tatapan serius Arga membuatnya hanya bisa mengangguk pelan.

Sebelum benar-benar pergi, Arga menoleh ke arah gadis itu.

“Kalau boleh tahu, siapa namamu?” tanyanya.

Wanita itu meletakkan sendoknya, lalu berdiri di samping Arga. Wajahnya masih tampak lemah, tapi sorot matanya jauh lebih tenang dari sebelumnya.

“Namaku Zara… kalau kamu siapa?” tanyanya balik.

Arga menoleh sebentar, menatapnya sekilas. Bibirnya hanya bergerak tipis sebelum melangkah pergi dari warung.

“Arga.”

Ia tidak menambahkan sepatah kata pun lagi. Langkah kakinya segera menjauh, meninggalkan Zara yang berdiri diam menatap punggungnya, sementara Bu Surti hanya menghela napas kecil melihat tingkah pemuda itu.

“Dia itu orangnya sangat tegar. Hidupnya bisa dibilang menyedihkan… bahkan dia tidak punya keluarga,” ucap Surti dari dalam warung sambil membereskan piring kotor.

Zara yang masih berdiri di depan warung menoleh, matanya tertuju pada Surti. “Kalau boleh tahu… dia tinggal di mana Buk?” tanyanya pelan.

Surti berhenti sebentar, lalu melangkah keluar warung. Ia duduk di kursi kayu panjang di samping Zara, menghela napas panjang sebelum menjawab.

“Aku juga nggak tahu pasti dimana dia tinggal. Katanya sih, sekarang dia sudah diusir dari rumah pamannya. Sejak dulu, dia menjadi pekerja di pasar ini untuk bertahan hidup.”

Zara memiringkan kepala, mencoba mencerna jawaban itu. Ada rasa getir yang merayap di dadanya. Arga yang bahkan tak punya tempat tinggal, masih sempat menolong orang asing seperti dirinya.

“Orang yang sangat baik…” gumam Zara sambil tersenyum kecil.

Surti menoleh menatap Zara, memperhatikan ekspresi lembut yang muncul di wajah remaja itu. Namun, ada sesuatu yang membuatnya heran—senyum Zara bukan hanya sekadar terharu. Ada sesuatu di balik sorot mata itu, seolah ada hal yang disembunyikan.

“Kalau begitu, aku pamit dulu ya Buk,” ucap Zara sambil melangkah pergi.

Surti hanya mengangguk pelan, matanya mengikuti langkah Zara yang makin menjauh. Ada kerut halus di dahinya, tanda ia sedang berpikir.

“Entah kenapa… aku merasa ada yang aneh dengan wanita itu,” gumam Surti lirih.

Sementara itu, Arga sudah lebih dulu pergi. Ia kembali larut dalam pekerjaannya sebagai kuli panggul hingga sore menjelang. Tubuhnya letih, keringat mengalir, tapi ia tetap bertahan sampai pekerjaan selesai.

Saat matahari mulai condong ke barat, Arga memutuskan untuk pulang. Namun, bukannya langsung menuju perumahan tua tempat ia kini beristirahat, ia terlebih dahulu mampir ke sebuah toko kecil di pinggir jalan. Di sana, ia membeli sebuah sapu usang.

Sesampainya di perumahan tak berpenghuni itu, langkahnya perlahan masuk ke dalam rumah kosong yang kini menjadi tempat pelariannya. Pandangannya menyapu setiap sudut ruangan yang berdebu dan penuh sarang laba-laba.

Ia menghela napas, menggenggam sapu erat-erat.

“Kalau aku mau bertahan di sini, setidaknya tempat ini harus sedikit layak ditinggali,” gumamnya pelan.

Arga pun mulai menyapu, mengusir debu yang menumpuk, membersihkan sisa-sisa kaca pecah, dan menyingkirkan dedaunan kering yang terbawa angin ke dalam. Meskipun bangunan itu rapuh dan jauh dari kata layak, ada tekad di dalam dirinya untuk menjadikannya tempat bernaung, meski hanya sementara.

di malam harinya, ketika Arga hendak memejamkan mata di atas kasur rusak yang hanya berlapis debu dan kain usang, tiba-tiba telinganya menangkap sesuatu. Suara langkah kaki.

Sekejap, tubuhnya menegang. Matanya terbuka lebar, tapi ia tetap berpura-pura berbaring.

“Siapa… siapa yang datang ke tempat ini?” gumamnya dalam hati, napasnya ditahan sedemikian rupa agar tak terdengar.

Suara itu awalnya pelan, terdengar dari arah depan rumah. Namun beberapa detik kemudian, dentuman kecil seperti lompatan terdengar, diikuti langkah-langkah yang jelas berderit di atas genteng.

Arga melirik dengan sudut matanya, pandangan bawahnya terarah ke langit-langit. Ototnya menegang, jemarinya refleks meraba ke sisi tubuh, seolah bersiap bila sewaktu-waktu ada serangan.

Suara langkah itu berhenti tepat di atas kepalanya. Sunyi. Hanya deru angin malam yang berhembus melewati celah dinding tua.

Arga menahan diri, matanya tetap waspada, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tahu, malam ini bukan hanya dia seorang yang menghuni rumah lapuk itu.

“Brak!”

Genteng pecah, jatuh berhamburan di samping Arga yang masih terbaring. Debu beterbangan, serpihannya hampir mengenai wajahnya.

Arga sontak menoleh. Pandangannya menangkap sosok seseorang yang berdiri tegak di atas celah genteng yang pecah. Namun gelapnya ruangan membuat wajah orang itu tak jelas, hanya terlihat bayangannya saja—tegak, kaku, dan dingin.

Orang itu tidak berkata sepatah kata pun. Kedua tangannya terangkat, memperlihatkan sebuah koper kecil. Dalam sekejap, koper itu dijatuhkan dari celah genteng, menghantam lantai tepat di samping tubuh Arga. Suaranya berat, menimbulkan dentuman yang menggema di ruangan kosong itu.

Arga tak bergeming. Matanya menajam, menatap koper itu dengan penuh waspada, sementara tubuhnya tetap siaga di atas kasur usang.

“Apa maksudnya? Kenapa dia melempar koper ini kepadaku?” pikir Arga, jantungnya berdetak semakin kencang.

Di atas, bayangan sosok itu masih berdiri diam. Tidak ada suara, tidak ada penjelasan. Hanya kehadiran yang membuat malam semakin mencekam.

setelah Beberapa detik sosok itu berdiri tanpa berkata apa-apa. kini ia mulai perlahan pergi dari sana, langkah kakinya terdengar menjauh di atas genteng, hingga bayangannya hilang ditelan gelap.

Arga bangkit dari kasur usang, matanya masih terpaku pada koper kecil yang tergeletak di lantai.

“Apa maksud dari semua ini…,” gumamnya pelan, suaranya berat.

Kedua kakinya turun menyentuh lantai dingin. Dengan gerakan hati-hati, ia membungkuk, meraih koper itu. Tubuhnya menegang seolah bersiap menghadapi kemungkinan buruk.

Koper kecil itu kini berada di pangkuannya. Tangannya menggenggam erat pegangan koper, wajahnya tegas, mata tajam penuh tanda tanya. Ia bisa merasakan bobot koper itu—cukup berat untuk sesuatu yang bukan sekadar barang biasa.

Sunyi. Hanya detak jantungnya yang terdengar keras di telinga.

Arga menarik napas panjang, jemarinya perlahan meraba kunci koper itu.

Arga membuka koper itu perlahan. Begitu tutupnya terangkat, matanya langsung membelalak. Lembaran uang tersusun rapat, memenuhi seluruh ruang koper.

“Apa maksud semua ini?” gumamnya terkejut, lalu menutup koper itu dengan cepat. Rahangnya mengeras. “Aku tidak bisa menerima uang sebanyak ini tanpa penjelasan.”

Di luar, sosok misterius yang tadi melemparkan koper turun dari genteng dengan gerakan ringan. kini Ia mulai melangkah menjauh dari rumah, punggungnya tegap, langkahnya pelan tapi pasti. di Saat dia melewati jalan sempit di antara rumah-rumah, tiba-tiba ia berhenti.

“Apakah uang itu tidak cukup untukmu?” suaranya terdengar datar, namun mengandung tantangan.

Ia menoleh ke arah gelap jalanan. Dari balik kegelapan, perlahan tampak sepasang mata memantul tajam. Tatapan itu bukan sekadar mengawasi—seperti sedang menilai, bahkan menguji.

“Apa maksud dari semua ini? Aku sama sekali tidak butuh uang darimu!” Suara dari balik kegelapan terdengar tegas, disertai lemparan koper kecil yang jatuh keras hingga mengenai kaki orang itu.

Ia menunduk, menatap koper tersebut dengan helaan napas berat, lalu mengangkat pandangan ke arah bayangan yang baru saja bicara.

“Aku hanya ingin berbaik hati. Jadi terimalah,”

ujarnya datar, mencoba tetap tenang.

Perlahan, sosok Arga muncul dari kegelapan. Wajahnya ditutupi kain baju hingga hanya menyisakan dua matanya yang tajam menembus bayangan.

“Aku tidak bisa menerima uang itu sebelum kau menjelaskan semuanya,” ucap Arga, tatapannya penuh tekanan.

Orang itu refleks melangkah mundur. Tubuhnya kembali menyatu dengan kegelapan, seolah berusaha melarikan diri dari sorotan mata Arga yang tak memberinya ruang bersembunyi.

"Aku bisa kasih kamu uang lebih banyak lagi, asalkan kamu mau nuruti perintahku," suara itu terdengar semakin menjauh, orang tersebut terus melangkah mundur ke dalam kegelapan.

Arga tidak sedikit pun tergoda. Ia justru menggerakkan kakinya, mengait koper itu lalu menendangnya ke atas. Dalam satu gerakan cepat, ia menghantamkan tendangan berikutnya, membuat koper itu meluncur deras ke arah sosok yang bersembunyi.

Suara angin terbelah mengikuti laju koper.

Namun sebelum koper itu menghantam, sebuah tangan muncul dari balik bayangan dan menangkapnya dengan mudah.

"Lumayan," ucap orang itu tenang, satu tangannya menggenggam koper seolah benda itu tidak berbobot. Bibirnya melengkung tipis. "Tapi masih terlalu lambat."

Mendengar ucapan itu, darah Arga mulai mendidih. Naluri membunuh yang ia tekan sejak tadi perlahan bangkit. Ia menunduk pelan, bahunya merendah, lalu tubuhnya melesat menembus kegelapan.

“Coba tahan serangan ini,” ucap Arga dengan suara dingin, hampir berbisik.

Gelapnya jalan membuat pandangan tertutup total. Tidak ada yang terlihat selain kilatan bayangan samar yang beradu. Hanya suara yang menjadi saksi—pukulan keras, hantaman kaki, dan dentuman tangkisan saling berbalas. Sesekali terdengar erangan pendek, meringis tertahan dari seseorang yang menerima hantaman telak.

Suasana berubah mencekam. Jalan yang tadi hanya sunyi kini dipenuhi gema benturan tubuh yang saling menguji kekuatan.

Hanya dalam hitungan detik, dari balik kegelapan terdengar suara benturan terakhir yang lebih keras. Sesosok tubuh akhirnya terpental keluar, jatuh menghantam tanah dengan keras.

1
Corina M Susahlibuh
lanjut dong cerita nya Thor
nunggu banget nih lanjutannya
tukang karang: terimakasih atas penantian nya dan juga komen nya, bab apdet setiap hari kak di jam 12 siang🙏🙏
total 1 replies
Aixaming
Bener-bener rekomendasi banget buat penggemar genre ini.
tukang karang: makasi kak, maaf aku baru pemula🙏🙏
total 1 replies
Celia Luis Huamani
Wah, seru banget nih ceritanya, THOR! Lanjutkan semangatmu!
tukang karang: siap, bantu suport ya🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!